Ni Rai Warniti – Toko Nari’s
Dalam hidup, kita sering berjumpa dengan keadaan atau kondisi yang tidak diharapkan sebelumnya. Seperti halnya ketika kegagalan menghampiri. Pada saat itu, ada banyak orang yang merasa, ada sesuatu yang seakan menghantam mental atau personality yang kita punya. Perasaan kecewa, sedih, marah, lebih mendominasi. Di sisi lain, orang yang lebih mudah mengabaikan pengalaman buruk, sebenarnya adalah orang dengan ketahanan mental yang kuat. Orang seperti ini lebih berlapang hati dan mau menerima kekalahan, mereka lebih mudah buat melangkah ke depan. Seperti perjalanan yang dialami Ni Rai Warniti hingga bisa merasakan buah kesuksesan lewat usaha yang banyak dikenal dengan nama Toko Nari’s. Seperti apa kisahnya?
Perempuan paruh baya yang lebih akrab disapa Bu Rai ini merupakan salah satu orang yang tergolong sukses, semua itu bersumber dari sosoknya yang memiliki jiwa besar dan pekerja keras. Hal itu ditandai dengan dirinya yang tidak begitu peduli dengan pengalaman jatuh bangun yang pernah ia alami. Bu Rai hanya merasa senang ketika melakukan sesuatu, bangkit ketika gagal, dan terus melakukan apa yang membuatnya puas dan nyaman. Semua itu menjadi jalan terang baginya untuk bisa menjalankan sebuah usaha yang ia rintis bersama sang Suami Ir. Wayan Serina. Kini bisnis yang ia rintis dari nol ini di kenal dengan nama Toko Nari’s yang berlokasi di Jalan Raya Gadon, Kerobokan Kaja, Kuta Utara, Badung.
Usaha yang sudah bertransformasi menjadi sebuah outlet modern serupa minimarket ini kian berdiri kokoh memudahkan konsumen mencari kebutuhan sehari – hari. Baik sembako dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Semuanya tersaji cukup lengkap dengan dipadukan konsep pelayanan prima dan ramah dari sejumlah staff yang kian menambah kesan nyaman dan tidak menyulitkan konsumen untuk mencari barang kebutuhannya. Saat ditemui di kediamannya, Bu Rai banyak menceritakan tentang pengalaman dan lika – liku perjalanannya selama membangun bisnis Toko Nari’s. Nampaknya, semua yang bisa ia rasakan saat ini tidak semudah membalikan telapak tangan. Bagaimana tidak, awalnya, Bu Rai menjalankan profesinya sebagai staff di salah satu hotel ternama di Bali.
Baca Juga : Temukan Pencerahan Dengan Pola Pikir Seimbang di Masa Pandemi
Namun, karena beberapa hal penting yang mesti ia pilih mengharuskan Bu Rai untuk berhenti dari pekerjaan yang sejak lama ia lakoni. Sejak saat itu pula, perempuan yang kini menginjak usia 56 tahun tersebut mencoba bergelut di bidang bisnis. “Awalnya sharing dengan keluarga dekat juga tentang seperti apa sistem dan konsep ketika ingin mengembangkan bisnis seperti minimarket. Hingga akhirnya saya mencoba dengan usaha kecil – kecilan, seperti membuka kios kecil di tempat tinggal. Saat itu, anak saya masih kecil dan tentu dengan membuka usaha sendiri, saya bisa mendapatkan biaya tambahan untuk kebutuhan keluarga dan membantu penghasilan suami sebagai tenaga pengajar,” jelas Bu Rai sambil mengenang. Awalnya ada banyak tantangan, termasuk harus memikirkan strategi agar semakin banyak yang datang membeli dan mengenal toko sederhananya itu. Namun Astungkara, ungkap Bu Rai, pelan – pelan usaha tersebut kian berkembang dengan jumlah pembeli yang datang semakin banyak.
“Saat itu Toko Nari’s kami dirikan sejak April 2012 dan pemilihan namanya sendiri gabungan dari nama saya dan suami saya,” imbuhnya dengan sedikit tersenyum. Berlandas dengan keyakinan, Bu Rai pun terus memilih jalan di jalur bisnis dengan memilih untuk berkawan dengan kegigihan. Perempuan kelahiran Kerobokan itu pun tidak menampik jika ada banyak tantangan serta kesulitan yang mesti ia lalui. Akan tetapi, ia mesti berbesar hati untuk tetap menjalaninya dengan suka cita. “Membuka usaha ini sih awalnya harus di jalani dengan senang hati ya. Sehingga memang suka-dukanya tidak begitu terasa. Bagi saya saat itu adalah tetap jalani dan tekuni saja dengan penuh keyakinan. baik dari pemasarannya ataupun menempatkan posisi ketika ada persaingan harga. Sehingga kita juga bisa sedikit mendapat keuntungan,” jelas Bu Rai. Sikap itu pula yang ia tanamkan ketika merasa terpukul dengan penyakit yang ia derita yaitu mengidap kangker payudara.
Sebuah musibah yang tentu tidak mudah bagi Bu Rai untuk di jalani. Terlebih kurang lebih 4 tahun lamanya, Bu Rai harus berbaring lemah dan menjalani perawatan intens demi memulihkan kembali kondisi gangguan kesehatannya. Meski demikian, kondisi tersebut tidak menjadi batu sandung atau penghalang baginya untuk cepat menyerah. Berkat semangat dan keyakinannya yang besar pula, akhirnya ia mampu membalikan situasi tersebut menjadi obat yang paling ampuh untuk bisa kembali pulih dan sembuh. “Pastinya, saya pernah mengalami masa – masa sulit dan bahkan hanya doa yang menjadi sandaran. Terlebih saat saya jatuh sakit selama 4 tahun karena penyakit kangker payudara. Hanya saja, meski kondisi serumit demikian, saya tidak bisa menyerah begitu saja. Saya selalu berusaha untuk menjalankan rutinitas saya dan tetap menjalankan usaha ini. Dengan semangat itu, saya menyikapi situasi dan kondisi dengan sangat tenang,” aku perempuan kelahiran 15 Juni 1965 itu.
Perjalanannya itu, diakuinya menjadi sebuah mujizat berkat campur tangan Tuhan. Karena telah memulihkan kembali kondisi sakit, bahkan hingga merasa sangat bersyukur karena bisa hidup di tengah – tengah orang yang begitu setia menuntun dan mendukung setiap pilihan serta keinginannya. Bagi Bu Rai, kehadiran sosok orang tua, suami, anak dan keluarga terdekat adalah mujizat yang begitu besar. “Saya meyakini ada campur tangan dan mujizat dari Tuhan. Tentu semua ini melalui orang tua, suami, dan keluarga yang begitu mendukung saya. Yang pasti saya selalu berdoa untuk mensyukuri, karena setiap sakit dan tantangan bisa saya lewati,” imbuhnya.
Baca Juga : Kepekaan Mendengar Panggilan Hati Dalam Gaya Ekstrem Berkarya Seni, Berinovasi dan Berprestasi
Tidak ketinggalan, tempaan – tempaan kedua orang tua I Made Brata (Alm) dan Ibu Ni Nengah Mundri, sehingga Bu Rai memiliki karakter yang mandiri serta semangat juang di setiap tugas demi meraih cita – citanya. “Masa kecil saya sih sangat baik, meski terlahir di tengah keluarga sebagai petani, namun saya merasakan betul manfaatnya. Sehingga, kita memang sudah sejak kecil diajarkan untuk mandiri dan bekerja keras. Saya sudah ikut membantu membajak hingga memanen sawah bersama orang tua, bahkan sebelum berangkat ke sekolah. Dan semenjak tamat SMA di tahun 1984, saya langsung bekerja di sebuah hotel dan mampu membiayai kuliah hingga tamat di D1 Pariwisata,” ungkapnya haru. Lebih jauh ia mengaku bahwa kedekatannya dengan sosok Ibu pun berpengaruh terhadap karakter yang kini ia miliki saat ini.
Ia mengaku, bahwa Ibunya merupakan cerminan sekaligus panutan yang sangat tepat untuk ditiru. Mulai dari semangatnya untuk bekerja, bertanggung jawab mengurus keluarga, hingga turut mencari tambahan biaya dengan berjualan. “Nasehat yang sampai sekarang saya ingat, kebetulan dulu itu cita – cita saya ingin menjadi guru, sehingga memang yang Beliau sampaikan adalah meyakinkan diri saya bahwa saya bisa meraih cita-cita. Karena untuk menyekolahkan saya dan 4 saudari lainnya pun, Ibu tidak begitu mampu. Tetapi beliau selalu menguatkan kami bahwa semua yang mengatur adalah Tuhan. Sehingga dengan daya yang ada, tetaplah untuk terus bekerja keras. Tetap rendah diri, hidup bersosial dan kalau bisa tetap membantu orang-orang yang membutuhkan. Semua itu menjadi bekal untuk kehidupan yang lebih baik,” pungkas Bu Rai.
Sementara itu, Ari Cahya Nugraha, Putra kedua dari pasangan Ir. Wayan Serina dan Bu Rai yang sempat diwawancarai ini mengatakan bahwa dirinya pun merasakan jika sosok Ibu menjadi panutan hidupnya. Dimatanya, sang Ibunda adalah orang tua yang memiliki jiwa pantang menyerah. Tak hanya itu, Bu Rai memiliki jiwa pekerja keras. Meski dalam situasi apapun Ibu selalu memiliki semangat yang begitu besar untuk selalu tekun dalam mengerjakan sesuatu. “Seiring berjalannya waktu, saat usia sudah mulai beranjak dewasa, saya merasakan bahwa sikap dan nasehat dari Ibu ternyata benar juga. Termasuk bagaimana harus berjuang dan bekerja keras untuk membina sebuah usaha. Tentunya, harapan kedepan, saya ingin membahagiakan orang tua dan yang kedua saya ingin sukses dalam meneruskan dan mengembangkan usaha beliau,” tutup Ari Cahya Nugraha.
One thought on “Berjiwa Besar dan Bekerja Keras, Kunci Sukses Jalankan Toko Nari’s”