Sebagai sorang insan yang hidup di dunia, beragam kondisi harus dijalani seseorang dalam menjalani proses kehidupan. Ada kalanya seseorang merasa berada di titik terendah dalam hidupnya. Dalam kondisi tersebut, biasanya seseorang tidak tahu harus berbuat apa dan melangkah kemana, saat dalam kondisi terpuruk maka sering kali kita putus asa dan kehilangan gairah hidup.
Di setiap keterbatasan manusia itu terkadang Tuhan menghadirkan ragam rencana terbaik, yang kadang kala di luar nalar dan akal sehat. Karena hidup adalah perjalanan panjang dimana kita sebagai insan akan menemukan ribuan keajaiban ketika dihadapkan dengan hal terburuk sekali pun, nyatanya dapat menjadi awal dari babak baru dalam kehidupan. Sama halnya yang dirasakan oleh pengusaha wanita bernama Ni Gusti Ayu Ketut Setiawati dalam menjalani babak demi babak kehidupannya. Baginya masa lalunya yang kelam akan menjadi bagian pelajaran yang memberinya keberanian dan kepercayaan diri untuk mengubah masa depan dan mencapai hal – hal yang lebih besar dalam hidupnya. Ni Gusti Ayu Ketut Setiawati adalah sosok di balik suksesnya perusahaan developer bernama ‘CV. Karya Agung Diva Mandiri’ yang saat ini menjadi salah satu perusahaan pengembang yang berpengaruh di Bali. Namun dibalik semua kesuksesannya saat ini, ternyata kehidupannya dahulu menyimpan lika – liku perjalanan yang dipenuhi dengan kerkil tajam.
Baca Juga : Memberi Kepuasan Pada Mitra Kerja Dalam Mendidik Karyawan yang Berdedikasi Tinggi
Ni Gusti Ayu Ketut Setiawati terlahir dari keluarga pedagang kecil yang jauh dari kata mewah, keadaan ekonomi keluarganya yang serba kekurangan membuatnya sedari kecil sudah dituntut untuk mandiri dan turut serta membantu perekonomian keluarganya. Bahkan mencari nafkah demi membeli secanting beras pun telah ia lakoni semenjak masih duduk di bangku sekolah dasar. Tidak seperti anak-anak pada umumnya, sepulang sekolah biasanya Ni Gusti Ayu Ketut Setiawati langsung pergi ke pasar untuk bekerja serabutan. Apa saja ia lakoni, mulai dari pekerjaan bersih-bersih hingga menjadi penjaga lapak dagangan. Ia ingat betul kala itu dia bisa mendapatkan uang sebesar 200 perak dari pekerjaannya. Dengan itu setidaknya ia dapat sedikit membantu orang tuanya agar asap dapur tetap bisa mengepul.
Meski hidup serba kekurangan dan makan makanan yang jauh dari kata ‘empat sehat lima sempurna’ namun momen kebersamaan keluarganya tetap terjalin. Masa – masa kecilnya di isi dengan kualitas waktu yang intens bersama keluarga. Sosok ibunda adalah suri tauladan baginya, yang menjadi guru juga teman baiknya. Dari beliau ia belajar tentang semangat dan kegigihan, ibunda tercinta dimatanya adalah sosok yang tidak pernah mengeluh, meski harus bekerja keras seharian agar dapat mencukupi hajat hidup kelima anaknya. Mungkin dari latar belakang keluarganya inilah karakter kegigihan Ni Gusti Ayu Ketut Setiawati terbentuk. Sehingga jauh di dalam lubuk hatinya telah terpatri jika suatu saat nanti ia harus bisa menjadi orang yang sukses yang dapat mengubah roda nasib keluarganya.
Hingga, Setelah menamatkan sekolahnya ia pun mempunyai impian untuk dapat melanjutkan studinya di jurusan hubungan international. Dengan niat itu, Ni Gusti Ayu Ketut Setiawati kemudian memberanikan diri mengambil langkah besar untuk hijrah ke Jakarta, dalam misi untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. Di sana ia pun mengkuti tes untuk bisa masuk jurusan sastra bahasa inggris di ‘Universitas Indonesia’ dan hasilnya ternyata Ni Gusti Ayu Ketut Setiawati berhasil lulus. Tapi ada satu hal yang mengganjal dipikirannya, ia pun harus menimang-nimang kembali langkahnya ke depan. Karena saat itu uang tabungannya hanya ada berkisar 4 juta rupiah dari hasilnya menabung selama menjadi pekerja serabutan, hal itu tentu tidak bisa mencukupi biaya hidup dan kuliahnya yang mahal. Akhirnya, meskipun berat, ia pun memutuskan untuk kembali ke Bali dan mengurungkan niatnya untuk kuliah, agar dapat bekerja sambil merawat ibunya.
Tahun 2000 Ni Gusti Ayu Ketut Setiawati memutuskan untuk menikah. Pernikahan yang langgeng dan hidup bahagia sampai maut memisahkan tentu menjadi impian setiap orang, namun kehidupan pernikahannya tak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Ironis memang, hal itu dikarenakan keluarganya yang jauh dari kata mapan di rasa tidak pantas untuk disandingkan dengan keluarga dari pihak laki-laki yang berada. Ni Gusti Ayu Ketut Setiawati pun harus menelan pil pahit dengan perasaan hancur dan kecewa, Merenung dan introspeksi diri adalah suatu alternatif baginya untuk perlahan memulihkan perasaan. Kegagalan itu membuatnya belajar banyak tentang arti mencintai, dan tersadar bahwa manusia adalah mahkluk yang ringkih. Tapi dengan besar hati, ia jadikan bab kehidupan ini menjadi suatu momen yang membentuk mentalnya semakin kuat dan memiliki pribadi yang tangguh. Bagi Ni Gusti Ayu Ketut Setiawati, kesedihan adalah pendidik terbaik, karena dengan itu seseorang dapat bisa melihat jauh melalui air mata.
Kandas dalam pernikahan tak membuat dirinya lantas patah arang. Tak ingin terlalu larut dengan semua kesedihan itu, perlahan Ni Gusti Ayu Ketut Setiawati memulai kembali hidupnya dari nol. Untuk mencukupi kehidupannya ia pun bekerja sebagai staff marketing di suatu perusahaan. Berkat kepiawannya yang sedari kecil telah terbiasa dengan serba-serbi aktivitas jual beli, Ni Gusti Ayu Ketut Setiawati pun dapat dengan mudah beradaptasi. Maka tak ayal karirnya pun dengan cepat menanjak, dan dengan itu ia pun dapat membuktikan bahwa ia dapat menjadi wanita mandiri yang sukses.
Baca Juga : Gaya Fanatik Pengusaha yang Enggan Merambah Bisnis Lain di Tengah Pandemi
Saat berada di puncak karirnya, saat itu pula Tuhan mempertemukannya dengan seorang pria yang menjadi belahan jiwanya. Hingga di tahun 2015 ia kembali merajut tali kasih dan menikah. Hidupnya kini terasa semakin lengkap, meraih pencapaian berupa mencintai dan juga dicintai. Hubungan pernikahan harmonis itu pun memberikan energi baginya dan pasangan, untuk sama – sama berjuang dan saling mengapresiasi. Sehingga ia mempunyai alasan untuk melakukan hal besar, dan memiliki upaya – upaya berharga tanpa hilang arah.
Bab baru pun berlanjut. Tak puas dengan karir pekerjaannya yang bisa dibilang telah berada di zona nyaman, pribadinya yang berdikari selalu menuntunnya untuk dapat membangun bisnis miliknya sendiri, hingga ia pun mulai mencoba untuk merintis usaha sebagai kontraktor yang kala itu dirasa cukup menjanjikan. Dengan modal yang ada, Ni Gusti Ayu Ketut Setiawati memulai usahanya dengan proyek-proyek kecil, yang pelahan – lahan mempertemukannya dengan banyak kolega dan jaringan pertemanan antar pebisnis. Sebagai pebisnis baru di sektor ini, Ni Gusti Ayu Ketut Setiawati pun tak segan untuk belajar dan sharing degan sosok – sosok pebisnis senior yang telah lama menekuni bisnis ini. Sehingga perlahan namun pasti, proyek – proyek lainnya mulai bermunculan. Dengan hasil kerja yang memuaskan dan selalu tepat waktu dalam menyelesaikan berbagai proyeknya, ‘CV. Karya Agung Diva Mandiri’ pun ditangannya dapat meraksasa dan mengurita, dengan banyaknya rekomendasi yang diberikan para klien, hingga sekarang semakin berkembang dengan berbagai proyek-proyek besar.
Berbicara tentang kiat suksesnya. Sebagai pebisnis Ni Gusti Ayu Ketut Setiawati sadar, bahwa kesuksesan memiliki tanggung jawab yang besar. Semakin besar bisnis, maka tanggung jawab pun akan semakin kompleks. Tapi baginya semakin kita bersedia bertanggung jawab atas semua yang dipercayakan, maka akan semakin banyak pula kredibilitas yang kita miliki. Prinsip hidup dari ibunda tercintanya untuk terus gigih dan pantang mengeluh pun tetap ia pegang hingga sekarang. Dan pengalaman merasakan hidup susah nyatanya menjadikan dirinya tetap membumi dan rendah hati.
Setiap orang memiliki keinginan untuk berhasil dan sukses. Namun menggapai kesuksesan tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Setiap orang memerlukan usaha dan perjuangan untuk mewujudkannya. Dari perjalanan jatuh bangun seorang Ni Gusti Ayu Ketut Setiawati dalam menapaki tangga kesuksesannya, kita dapat belajar untuk memotivasi diri sendiri agar konsisten dan fokus terhadap tujuan yang ingin dicapai. Menanamkan sifat mandiri sejak muda juga merupakan kunci untuk menyelesaikan masalah sendiri dengan segala kemampuan yang kita miliki sebelum meminta bantuan terhadap orang lain. Karena setiap detik dalam hidup adalah perjalanan, dan setiap perjalanan adalah pelajaran.