Sejak tahun 2018, Putu Hartawan Sipit dipercaya menduduki kursi Direktur Utama BPR Suar Artha Dharma yang beralamat di Pertokoan Plaza, Jalan Sunset Road No. 2-3 Seminyak, Kabupaten Badung. Setelah sebelumnya, mentalnya sudah teruji berpengalaman di bank-bank umum selama 25 tahun. Dengan bekerja penuh loyalitas, dedikasi dan tanggung jawab, diungkapkan olehnya, hal ini sudah menjadi sebuah passion bagi pria kelahiran Denpasar, 30 Agustus 1976 ini dalam dunia perbankan.
Pengalaman dan suksesnya Hartawan mengembalikan posisi BPR Suar Artha Dharma masuk dalam kategori sehat dalam rentang waktu hanya setahun, menurutnya tak lepas dari kerjasama dan dukungan tim yang solid dalam perusahaan. Sampai saat ini posisi tersebut masih berlaku, terlebih di tahun 2001-2022, bertepatan masih di masa pandemi, BPR Suar Artha Dharma memperoleh penghargaan sebagai salah satu bank dengan kinerja terbaik. Sebagai pimpinan, ia pun tak luput dari apresiasi media Bali dan Jakarta, sebagai pembawa perubahan dan salah satu direktur terbaik di perbankan.

Baca Juga : Terus Beradaptasi dan Berinovasi Menggerakan Laju Pertumbuhan Ekonomi Desa
Kemudian apa rahasia BPR Suar Artha Dharma sampai meraih penghargaan demi penghargaan?. Dijelaskan Hartawan, BPR Suar Artha Dharma hampir sama sama seperti kiat – kiat bisnis perbankan lainnya dalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat, namun bukan secara teknologi, karena disadari bahwa BPR dibandingkan dengan bank-bank umum, masih ketinggalan. Dalam kekurangan ini, Hartawan kemudian memilih mengedepankan membangun hubungan emosional dengan nasabah yang tak kalah menarik simpatisan masyarakat. Jadi bila misalnya ada perubahan aturan yang terkait dengan transaksi nasabah, misalnya kenaikan suku bunga, masyarakat atau nasabah tak mudah pindah ke lain hati, karena sudah terlanjur nyaman dengan gaya pendekatan BPR Suar Artha Dharma dalam melayani nasabah dan pertimbangan akan permintaan demi permintaan yang berupaya untuk dipenuhi, sebagai pengelola dana pihak ketiga.

Menjadi BPR yang tumbuh sehat, kokoh, kuat dan dipercaya, Hartawan menjelaskan hal tersebut harus didasari dengan manajemen yang baik dari para karyawan dan rasa memiliki serta kekeluargaan di BPR Suar Artha Dharma. Diiringi dengan langkah-langkah kerja nyata seperti pembinaan kepada masyarakat, mengikuti SOP (Standard Operating Procedure) yang ada, perubahan-perubahan pun terjadi secara signifikan yang dilakukan secara nyata. Tentunya dalam proses tersebut, tak selalu berjalan mulus. BPR Suar Artha Dharma sudah menemui beberapa peristiwa yang tak menyenangkan, seperti krisis ekonomi global hingga wabah pandemi. Dengan penuh rasa tanggung jawab, Hartawan dan seluruh stakeholder lainnya, bisa betul-betul dipertanggungjawabkan tugas dan kewajiban dalam menglola dana masyarakat, terutama meminimalisir kredit macet yang bisa mengurangi daya kepercayaan masyarakat kepada BPR Suar Artha Dharma.
Pernah Bercita-cita Menjadi Musisi Rocker.
Diakui suami dari Nyoman Sutriani ini, separuh nafasnya ada di pekerjaannya di BPR, dalam hal ini dukungan keluarga sangat berperan penting, karena sampai harus mengorbankan waktu bersama istri dan anak, hingga pencapaian Hartawan sampai di titik ini. Bahkan diceritakan olehnya, bahwa ia sebenarnya berangkat dari keluarga berlatar belakang pekerjaan di bidang hospitality, di mana kedua orangtua bekerja di hotel ternama di Bali.

Kedisiplinan orangtua dalam bekerja, terbawa sampai mendidik Hartawan sebagai anak. “Kalau sekarang, mendapat kata ‘Jangan’ dari orangtua, anak-anak masih suka tawar-menawar. Dulu di zamannya, saat orangtua melontarkan kata-kata tersebut, ia benar – benar tak berani melawan.” ucapnya. Kerasnya mereka karena faktor dari orangtua yang merupakan perantau dari Klungkung ke Denpasar, jadi harus gigih menghidupi keluarga, terutama dari karakter ayahnya (Putu Sukertha). Sedangkan ibu (Kadek Yusmawati), sifatnya mengayomi dalam memberikan pandangan-pandangan hidup. Intinya kolaborasi keduanya sama-sama menginginkan yang terbaik untuk masa depan dirinya.
Masih di masa remaja, bicara soal cita-cita, Hartawan tak pernah tertarik bergelut di bidang ekonomi, melainkan ingin menjadi musisi. Ia pernah tergabung dalam sebuah band rock yang meraih juara satu dalam festival musik. Namun seperti yang kita ketahui, profesi tersebut tidak menjadi prioritas, dikarenakan kurangnya fasilitas untuk mengembangkannya. Sampai akhirnya, tak sengaja ia mulai terjun ke perbankan.

Baca Juga : Bersatu Padu Menyongsong Masa Depan yang Gemilang Bersama KSU Hening Rahayu
Selain bidang tersebut, Hartawan juga sempat mencoba peruntungan di dunia bisnis selama dua tahun, namun ternyata tak semudah yang ia sangka. Ujung – ujungnya, nasib membawanya kembali ke “neraca perbankan”. Merintis karir dari karyawan, hingga membutuhkan waktu yang tidak singkat, melebur dengan pengalaman – pengalaman di lapangan yang semakin mematangkan dirinya, sampai di kursi direktur BPR Suar Artha Dharma. Memimpin di zaman yang begitu cepat dengan perubahan, Hartawan bukan tipe yang idealis – idealis amat, meski idealisme zaman ini memang langka dan sedikit orang yang bertahan dalam idealisme mereka, karena akan ada pengorbanan yang besar untuk mempertahankan dan memperjuangkan idealisme tersebut.
Hartawan pun mengakui dirinya bukan tipe yang selalu terpaku dalam idealisme, namun gaya kepemimpinannya juga diharmonisasikan dengan dinamis, mengikuti perubahan yang akan terus ada dalam dunia kerja. Idealisme tanpa dinamis, tidak akan ada gagasan – gagasan atau inovasi-inovasi baru, untuk bertahan di tengah persaingan dunia kerja itu sendiri. Apalagi kedepannya pasti kita memiliki target – target baru, untuk mencapai peningkatan level diri atau perusahaan, tentu harus meninggalkan cara lama, dengan beradaptasi gaya baru, agar tak ketinggalan zaman dan tergerus penyesalan. Jangan sampai malah diri kita menjadi korban dari idealisme kita sendiri.

2 thoughts on “Idealisme dan Dinamisme Dalam Dunia Kerja Harus Berjalan Beriringan Agar Tiada Penyesalan dan Stuck di Tempat”