Jadikan Kopinkra Karya Utama Sebagai Lembaga Ekonomi yang Memberi Rasa Nyaman dan Aman di Berbagai Kalangan Masyarakat

Jadikan Kopinkra Karya Utama Sebagai Lembaga Ekonomi yang Memberi Rasa Nyaman dan Aman di Berbagai Kalangan Masyarakat

Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan Rakyat (KOPINKRA) Karya Utama sempat mengalami hambatan dalam perjalanannya. Diceritakan oleh I Ketut Widjaja, selaku Ketua Koperasi, beruntung mendapat dukungan dari ketua sebelumnya, I Gusti Ngurah Sumertayasa, yang secara intens memberi pengarahan agar koperasi tetap bisa dipertahankan dan dipertanggungjawabkan demi para anggota.

Sinergi pun dikerahkan I Ketut Widjaja bersama tim untuk mengukuhkan kembali koperasi, dengan mengikuti Program MAP (Modal Awal dan Padanan) yang diselenggarakan Kementerian Koperasi dan UKM (Usaha Kecil Menengah). Setelah proposal diajukan, dana sebesar Rp. 150 juta pun berhasil mereka kantongi demi memberdayakan kembali KOPINKRA Karya Utama.

Baca Juga : “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” SMK Bali Dewata Siap Mencetak Lulusan yang Berkarakter dan Mampu Bersaing di Dunia Industri

Membangun kepercayaan masyarakat kembali bukanlah hal yang mudah, Widjaja melakukan pendekatan tersebut dari berbagai sudut koperasi, seperti membentuk manajemen karyawan, khususnya yang terjun langsung ke lapangan. Secara lebih personal, tim koperasi menawarkan produk tabungan menjadi produk prioritas awal Widjaja untuk menarik simpatisan masyarakat. Seiring berjalannya waktu, tata kelola yang giat dilakukan, apa yang diharapkan agar koperasi ‘bersemi’ kembali, cukup relevan dengan respons dari masyarakat.

Selaras dengan upaya diatas, kontribusi memiliki pengaruh yang tak kalah krusial dalam mempererat koneksi dengan para anggota. Dalam sebuah Rapat Anggota Tahunan (RAT), selain mempresentasikan sistem transparansi koperasi, para anggota juga akan mendapat uang saku Rp. 150 ribu/anggota. Dana bela sungkawa untuk anggota keluarga dari anggota koperasi sebesar Rp. 2.000.000 dan untuk anggota koperasi yang meninggal dunia, menerima 5 kg beras, 3 kg gula dan 1 roll kain kasa dan ½ kg kopi.

Mewarisi DNA Pimpinan Sang Ayah
I Ketut Widjaja lahir di Desa Sedang, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung pada tahun 1954. Ia merupakan lulusan Teknik Sipil, namun sempat mencoba beberapa asupan pengalaman di bidang yang berbeda. Ia pernah bekerja sebaga tukang jahit, namun karena perkembangan pakaian jadi semakin banyak dipilih, membuatnya beralih ke pekerjaan selanjutnya.

Bekerja di perusahaan AJB Bumiputera 1912 sempat juga dilakoni oleh Widjaja, namun tak sesuai dengan passion-nya. Tukang patung juga sempat digeluti dan terakhir bekerja di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Denpasar.

Baca Juga : Siap Hadir 24 Jam! Layani Perawatan Intensif Hingga Aneka Kebutuhan Hewan Peliharaan

Sebelum akhirnya terjun melayani masyarakat desa, tak teridentifikasi Widjaja aktif dalam perangkat banjar maupun desa. Ia menafsirkan, mungkin kemampuannya dalam memimpin, diwarisi dari almarhum ayah yang dipercaya sebagai Kelian Banjar, Kelian Dinas dan Kelian Pura. DNA tersebut pun kini ia optimalkan di KOPINKRA Karya Utama.

Widjaja meyakini koperasi adalah satu kesatuan yang memiliki praktek visi misi yang sama mensejahterakan ekonomi kerakyatan. Ia dibantu tim, diantaranya I Gusti Ngurah Ketut Suparta sebagai Bendahara dan Sekretaris pada I Wayan Arsa, terus berupaya terus membenahi dan evaluasi pada struktural agar terus memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh anggota. Pernyataan itu dipertegas oleh Suparta, yang telah bergabung dengan KOPINKRA Karya Utama, sejak berdirinya tahun 1997. Wayan Arsa pun menambahkan, kualitas komunikasi dan membina rasa kekeluargaan, pun perlu selalu dipelihara. Terutama bagi para anggota, pentingnya memberikan rasa nyaman dan aman, saat nasabah membutuhkan edukasi soal produk koperasi maupun bertransaksi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *