Dahsyatnya kekuatan niat memang tak disangka pengaruhnya. Untuk menuju sebuah perubahan yang baik, tentu dibutuhkan niat yang baik pula. Hal itu tentu akan mejadi kunci pembuka kebaikan dan rezeki dalam kehidupan. Tak berlebihan bila niat yang ada pada diri seseorang adalah ibadah tersembunyi. Sebab, hal itu yang akan selalu menjadi pengingat. Makin termotivasi untuk bekerja keras, seseorang makin cerah menapaki langkah kehidupan. Terlebih, makin bijak dalam menentukan arah dan makin disenangi banyak hati, bahkan dipercaya. Hingga akhirnya, niat mampu menentukan nilai amal perbuatan. Amal perbuatan diterima atau ditolak, diberi pahala atau diberi hukuman akan bergantung dari apa niatnya.
Keistimewaan itu lah yang tentu diperlihatkan oleh I Made Suweta, S.H sosok pria paruh baya yang saat ini dipercaya untuk menahkodai lembaga keuangan dalam bentuk Koperasi Serba Usaha (KSU). Koperasi itu di kenal banyak pihak dengan nama KSU Satya Karya yang beralamat di Ambengan, Sukasada, Singaraja. Saat dijumpai di tempat kerjanya, pria yang akrab disapa Made Suweta ini menceritakan banyak hal tentang motivasi apa yang ada di balik niatnya itu. Made Suweta mengaku bahwa kunci utama untuk meraih hasil yang luar biasa dalam hidupnya sangat sederhana. Cukup memiliki niat kuat, fokus dan menentukan satu hal. Dengan niat yang kuat, semangat dan energi turut meningkat. Itu akan jadi modal agar mampu mewujudkan impian dengan efektif, efisien dan berkualitas.
“Kemungkinan – kemungkinan bisa saja terjadi, jika semua yang kita kerjakan diawali dengan niat baik, saya yakin akan berbuah dengan hasil yang baik pula. Sehingga saya dipercaya untuk ikut pada lembaga koperasi ini pun barangkali karena, pertama, apa yang telah melekat pada diri mampu memberikan nilai lebih kepada orang lain. Bisa saja karena pendidikan dan pencapaian lain, yang tidak hanya berkutat pada nilai akademik, namun dalam lingkup sosial. Alasan lain yang akhirnya saya dipercaya sebagai pimpinan di KSU Satya Karya ini, kedua, mungkin juga karena dianggap sebagai tokoh yang dipercayakan. Sehingga sebenarnya, saya yakin dengan diri sendiri untuk bisa menjadi pemimpin,” jelas Made Suweta sambil tersenyum.
Dalam buku “The ONE Thing: The Surprisingly Simple Truth About Extraordinary Results”, karya Gary Keller dan Jay Papasan itu menarik. Mereka menekankan pentingnya menentukan “one thing” yang membuat segala sesuatu menjadi lebih mudah dan sederhana. Sayangnya, banyak orang cenderung ingin menyelesaikan banyak hal sekaligus (ambisius). Akibatnya, energinya terpecah-pecah dan banyak tugas tak selesai. Oleh karena itu, penting bagi Made Suweta membulatkan niat yang kuat, fokus dan menentukan “one thing” yang paling penting dalam setiap aspek kehidupan. Dengan begitu, Made Suweta pun mampu meraih hasil luar biasa dalam hidup dan karir. Ayah dua anak ini mengaku, jika niat serta tekad yang besar dalam dirinya sudah tertanam sejak kecil, ketika kondisi dan situasi yang mengharuskan Made Suweta untuk bisa berjuang dengan caranya sendiri. Di tengah keterbatasan ekonomi, Made Suweta diharuskan untuk terus bekerja dan mandiri.
Baca Juga : Tekun Menjadi Modal Berharga Merubah Nasib Menjadi Lebih Baik dari Sosok Owner UD. Bumi Lestari
Made Suweta pun menceritakan kembali kisah yang membekas dalam ingatan. Pria kelahiran 12 Desember 1962 ini terlahir dari keluarga yang sederhana dari sebuah desa yang cukup jauh dari pusat kota, Yaitu Banjar Bukit Balu, Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada, Singaraja. Ia tumbuh dari kedua orang tua yang merupakan petani garapan, yang menggantungkan hidup dari hasil pertanian di lahan yang luasnya tak seberapa. Ayah, Nyoman Mudana (Alm) dan ibunya, Ni Ketut Jepun (Alm) cukup banyak menghabiskan waktu menggarap lahan pertanian, layaknya warga yang tinggal di desa-desa pada umumnya.
“Hidup di zaman dulu dengan kondisi serta situasi relasi sosial di kampung, tentu sangat jauh berbeda dengan cara hidup saat ini. Dulu semasa kecil, kami tidak dituntut banyak hal. Paling diutamakan kami bisa kerja ikut membantu menggarap lahan pertanian. Tidak sekolah pun tidak menjadi soal. Karena, dulu kami mesti bekerja dan merambah banyak hal untuk bisa menghidupi diri sendiri. Tidak begitu besar mimpi yang ingin dicapai. Sehingga, kami pun tidak ada motivasi atau dorongan, baik dalam lingkup keluarga atau pun lingkungan sosial,” ungkap Made Suweta.
Meski kondisinya demikian, Made Suweta memiliki konsep dan pola pikir yang berbeda. Di tengah kesibukannya sebagai anak desa yang ikut sibuk membantu kedua orang tua, ia masih tetap tekun dan serius untuk belajar, untuk lebih mengenal banyak hal melalui ilmu pengetahuan di sekolah. Suatu karakter yang tentu dibarengi dengan niat yang besar. Baginya ketika itu, segala sesuatu tidak akan berubah jika tidak dimulai dari niat yang ada dalam diri. “Tidak ada yang bisa dirubah kalau tidak kita sendiri yang merubahnya. Tapi semuanya karena memang ada niat yang besar untuk bisa sekolah,” ujarnya tersenyum.
Melihat semangat itu, kedua orang tua pun turut mendukung keinginannya. Made Suweta pun tidak begitu bergantung dengan kondisi orang tua. Dengan segala kemampuannya, ia menjalani masa muda dengan hidup mandiri untuk membiayai segala kebutuhannya. Hingga ia pun mampu menamatkan pendidikan perguruan tinggi pada tahun 1989. Ketika itu, Made Suweta menambahkan, ia ikut bersama kakaknya merantau ke Tabanan. Disana ia bekerja dan sebagian dari hasil kerjanya itu dipakai untuk membiayai kuliah. “Motivasi saya ketika itu, jujur saja, ialah sosok Ibu. Karena kebetulan, saya sangat dekat dengan sosok Ibu. Bagi saya, beliau begitu luar biasa dalam hidup saya. Sosok yang begitu tulus memperhatikan, merawat dan menjaga kami. Sosok yang pekerja keras dan tidak banyak mengeluh. Bagi saya, sosok ibu nomor satu di hati saya,” ungkapnya.
Made Suweta pun sadar diri, apa yang telah ia dapat dari pengalaman serta pemahaman pengetahuan di bidang hukum, menghantarkan arah perubahan kepada dirinya sebagai awal penempaan hidup. Usai berkelana mencari nafkah dan belajar banyak hal, Suami dari Komang Ayu Witrini ini kembali ke kampung halaman dan mencoba mencari peluang untuk melakukan perubahan. Bersama teman-temannya di desa, Made Suweta pun bersepakat untuk mulai membangun sebuah lembaga koperasi yang mandiri dan berupaya hadir untuk memenuhi kebutuhan warga di desa setempat. Bermodal relasi, kelompok mereka pun mendapat kesempatan untuk belajar meningkatkan pemahaman tentang koperasi. Sejumlah pelatihan turut diikuti oleh Made Suweta.
Baca Juga : Lewat Tangan Kreatif Putu Mahendra Sukses Dorong Geliat Industri Pariwisata yang Bermanfaat Bagi Lingkungan
Upaya bersama itu pun membuahkan hasil. Pada tahun 2004, koperasi yang kini mentereng dikenal dengan nama KSU Satya Karya mulai berdiri di tengah kebutuhan warga. Ide di balik berdirinya KSU ini tentunya adalah untuk memberikan kesempatan kepada anggota untuk berinvestasi dalam berbagai bidang usaha, sehingga menciptakan perekonomian yang beragam dan berdaya saing. Made Suweta bersama anggota lainnya mulai menyiapkan prosedur, konsep serta strategi agar upaya hadirnya koperasi turut dirasakan oleh banyak pihak. Bagi Made Suweta, lembaga KSU mampu menjadi salah satu upaya alternatif yang cocok diterapkan di desa. Karena, KSU Satya Karya memiliki upaya bagi siapapun untuk bisa meningkatkan kesejahteraan ekonomi melalui keuntungan yang adil serta pengembangan usaha yang berkelanjutan.
Tak hanya itu, hadirnya koperasi ini juga sebagai sarana untuk membangun sekaligus mempererat kebersamaan dan solidaritas. Karena hal itu bisa dijalankan melalui kerjasama dan partisipasi aktif dari semua anggota. Sehingga, koperasi dapat mencapai tujuannya dengan lebih efektif. Manfaat lainnya adalah mendorong pemberdayaan ekonomi, mengembangkan keterampilan, meningkatkan penghasilan dan memperoleh kontrol atas kehidupan ekonomi. Dengan manfaat yang beragam itu pula, selama 20 tahun Made Suweta menahkodai KSU tersebut, berupaya untuk selalu siap meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan.
Baca Juga : UD. Bhuana Rahayu Bangunan Petik Hasil Masimal dengan Bermodal Kepercayaan dan Pengalaman
“Di mana-mana, lembaga keuangan pasti punya masalah atau problem, tetapi selaku pimpinan, berupaya hadir untuk bagaimana meminimalisir kejadian – kejadian tersebut untuk tidak terjadi persoalan. Juga, kepada anggota pengurus, tentunya tetap diberi arahan atau petunjuk bagaimana mengelola keuangan dengan penuh tanggung jawab. Sebab, saya punya prinsip bahwa uang yang ada di lembaga koperasi ini adalah bukan milik pribadi, tetapi diperuntukan kepada kepentingan bersama. Sebab, apapun yang kita lakukan di lembaga ini adalah tetap tanggung jawab kita. Kita yang membawa resiko. Hal terbaik tetap kita lakukan karena pada akhirnya nanti hasilnya pasti baik. Makanya, saya sering bilang, kalau kita di koperasi atau di lembaga keuangan manapun, kita harus tebarkan bau. Kalau menebarkan bau yang tidak baik, tentu akan ditinggalkan. Tetapi, kalau bau harum yang kita tebarkan, maka kita akan dicari dan didekati,” tegas Made Suweta.
Keseriusan itu tentu menjadi tolak ukurnya demi menjaga kepercayaan dari anggota koperasi. Hal itu bukan tanpa alasan, karena Made Suweta tahu betul bahwa cukup mudah untuk membangun sesuatu, namun sangat sulit untuk merawat atau memeliharanya. Sehingga, nilai-nilai penting selama pelayanan seperti toleransi, ramah, berperilaku baik, jujur dan terbuka adalah kunci agar apa yang telah dibangun tetap berumur panjang. Selain itu, KSU ini juga berupaya untuk memberikan sumbangsih kepada anggota dan masyarakat sekitar. Tidak hanya kegiatan-kegiatan sosial, akan tetapi wajib memenuhi kebutuhan anggota koperasi. Seperti kemudahan layanan kredit dan pengambilan tabungan yang bisa diakses kapan saja.
Ketika ditanya terkait kesulitan yang dihadapi demi membangun kepercayaan anggota, Made Suweta menjawab dengan sedikit tertawa. Ia tidak menampik bahwa akan ada keraguan serta ketidakyakinan anggota. Namun semua itu ia tepis dengan pembuktian kerja yang kian berkembang setiap waktu. “Omongan miring pasti selalu ada. Ada yang katakan, orang ini bisa mendirikan koperasi bisa jalan atau tidak. Tetapi, kita tetap harus punya niat yang besar untuk terus berjalan memberikan pembuktian. Karena sebenarnya, kalau yang namanya lembaga koperasi, di mana-mana pasti dari anggota dan untuk anggota. Kalau saya, yang namanya manajemen itu sudah pasti diperlihatkan secara transparan dan terbuka. Semua teman-teman tau itu. Sehingga dengan begitu, apa yang kita upayakan bersama akan terus berdampak baik bagi banyak pihak,” tutup Made Suweta.