Tekun Menjadi Modal Berharga Merubah Nasib Menjadi Lebih Baik dari Sosok Owner UD. Bumi Lestari

Tekun Menjadi Modal Berharga Merubah Nasib Menjadi Lebih Baik dari Sosok Owner UD. Bumi Lestari

Percaya atau tidak, kejujuran menjadi kunci keberhasilan dalam menjalani kehidupan. Keanggunan kejujuran tentu tidak membutuhkan perhiasan atau harta kekayaan. Nilai sikap yang tidak ternilai harganya itu, tentu akan selalu membukakan jalan untuk kita lewati demi melawan dinamikanya hidup. Terlebih dalam menekuni bidang usaha atau bisnis, orang yang selalu bersikap jujur akan mendapatkan tiga hal penting; kepercayaan, cinta dan rasa hormat. Dan keistimewaan itu pula yang turut dirasakan oleh I Nengah Resman, salah satu pengusaha sukses di bidang distributor bahan perlengkapan pertanian. Usaha yang kian berkibar dan di kenal dengan nama UD. Bumi Lestari ini berlokasi di Kintamani – Bali.

Nasib seseorang tak ada yang tahu. Rahasia dan misteri. Dan kisah yang dilakoni I Nengah Resman tentu turut menjadi salah satu cerita yang mampu menarik jawaban dari ragam misteri kehidupan itu. Tidak ada yang menduga, ketekunan menjadi senjata ampuh merubah nasib anak kampung kian melambung. Namun untuk sampai pada titik pencapaian itu, pria yang lebih akrab disapa Pak Resman ini harus melewati ragam tanjakan dan curamnya tantangan. Ia mengilhami bahwa perjalanan hidup tidak selamanya diwarnai pelangi kebahagiaan. Roda kehidupan yang berputar membawa takdir manusia pada titik nadir, di mana seseorang melewati sebuah proses panjang yang penuh liku.

Sebelum berkecimpung di dunia bisnis dengan mendirikan usaha UD. Bumi Lestari, Pak Resman tinggal di sebuah pelosok desa,tepatnya di Desa Bayung Gede, Kintamani. Hidup yang tentu jauh dari rasa bahagia layaknya anak-anak desa lainnya. Sebab ia mesti hidup sebatang kara dan mandiri tanpa sentukan kasih sayang dan dukungan dari kedua orang tua. Pak Resman mengatakan bahwa Ayahnya telah meninggal dunia sejak masih kecil dan sampai sekarang ia tidak mengetahui sosok Ayah. Ia pun tumbuh bersama kakak perempuannya dan di rawat oleh sosok Ibu. Namun rasa sayang yang mesti ia nikmati itu tak bertahan lama. Pak Resman mesti merasakan kenyataan hidup yang pahit ketika ibunya meninggal. “Saat itu saya baru menempuh pendidikan sekolah dasar kelas empat,” tuturnya tertegun saat berkesempatan menceritakan kisah masa lalu.

Baca Juga : Entrepreneur Muda yang Berperan Mempromosikan Gaya Hidup Sehat Melalui Klinik “Fisioterapi Astina”

Kondisi tersebut akhirnya memaksa dirinya untuk mulai hidup mandiri. Putra bungsu dari pasangan suami-istri Alm. Wayan Tutup dan Alm. Nengah Degeng ini akhirnya mulai ikut bekarja mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Serta yang paling penting adalah agar tetap merasakan aktivitas sekolah seperti teman-teman seusianya dulu. “Jadi memang segala sesuatu mesti saya urus sendiri. Karena mesti bertumpu kepada siapa?, Sementara saudari saya sudah menikah dan hidup bersama suaminya sejak saya menginjak usia 16 tahun. Jadi memang kalau pun saat itu terjadi sesuatu pada saya, tentu tidak akan ada yang mengetahui. Karena selain jarak tempuh ke rumah cukup jauh dari jalur utama, saya hanya tinggal seorang diri di rumah,” kenang Pak Resman dengan sedih.

Sekali waktu di masa lalunya, Pak Resman mesti memutar otak mencari cara agar bisa mencari tambahan rezeki. Memanfaatkan sumber daya alam yang ada di lingkungan tempat tinggalnya dengan menjual sejumlah buah-buahan hutan, ia mampu menabung untuk memenuhi kebutuhan sekolah. “Ya paling tidak untuk bisa membeli kebutuhan sekolah, seperti pakaian seragam dan lain sebagainya. Jadi memang kalau saya mengingat kembali lembaran kenangan itu, jujur saya akan menangis sejadi-jadinya. Namun di satu sisi, saya selalu merasa bersyukur bahwa meski situasi dan kondisi saya saat itu sangat memprihatinkan, saya tidak pernah merasa lapar. Bisa bekerja dan mendapat makan untuk sehari saja, saya sangat bersyukur,” ujar pria yang hanya menamatkan pendidikan SD ini.

Waktu terus berjalan, Pak Resman mulai tumbuh dewasa. Selain aktif mengikuti ragam kegiatan kepemudaan dan acara adat lainnya di Desa Bayung Gede, ia mulai bekerja dengan lebih serius. Meski melakoni pekerjaan serabutan, ia selalu memanfaatkan peluang dan kesempatan dari setiap pekerjaan dan relasi untuk tekun belajar. Di suatu kesempatan, ia pun mendapat pekerjaan sebagai buruh di salah satu toko pertanian yang berukuran kecil. Titik terang perjalanan yang tentu tidak ia bayangkan bisa merubah perjalanan hidupnya. Meski hanya di upah 20 ribu rupiah per hari, Pak Resman terus melakoni pekerjaannya untuk ikut menjual produk-produk kebutuhan para petani yang ada di sekitar desa tempat tinggalnya di Kintamani. Namun usaha tempat ia bekerja tidak berjalan mulus dan mesti gulung tikar. Kondisi itu membentuk inisiatifnya untuk mencoba meminta kepada pemilik toko dan sejumlah distributor yang telah lama bekerjasama dengan toko tersebut, untuk memudahkannya mengambil alih barang-barang jualan untuk kembali ia distribusikan yang pada akhirnya mampu membawanya bisa membawanya berdikari dan menjadi cikal bakal berdirinya UD. Bumi Lestari.

Baca Juga : “SIAP MENGEMBAN TANGGUNG JAWAB” Rumah Sakit Mata Bali Mandara Siap Memberikan Pelayanan Terbaik

Berkat keseriusan serta loyalitasnya selama bekerja, rasa percaya pun ikut tertanam di setiap orang yang telah mengenalnya. Pak Resman diberi kemudahan untuk mengelola sisa barang jualan dan bisa ia distribusikan, meski dimulai dari rumah tempat tinggalnya. “Waktu itu kurang lebih di tahun 2008, dengan tanpa adanya jaminan uang muka, saya mulai menjual barang-barang pertanian di kampung saya dengan menggunakan rumah pribadi berukuran 5×7 meter. Tanpa disadari, akhirnya lama kelamaan ada banyak yang datang berbelanja,” pungkas Pak Resman. Pria kelahiran 10 Juli 1971 itu pun menambahkan bahwa ada keuntungan dari penjualan yang sedikitnya bisa menjadi modal untuk pengembangan usaha. Ia pun mulai serius untuk mengembangkan usaha sebagai distributor bahan pertanian yang dengan bermodal keberaniannya untuk mulai berhutang di sejumlah lembaga keuangan.

“Hingga akhirnya 4 tahun berjalan, tepatnya pada tahun 2012 saya mulai berani untuk sewa tempat selama 10 tahun. Jadi sebelum 3 tahun habis masa kontrak, saya sudah mulai membeli tanah dan mengembangkan toko jualan saya dengan bangunan pribadi. Sehingga setelah saya menikah, saya tidak pernah tahu kalau bisnis saya ini (UD. Bumi Lestari) bisa berjalan dan berkembang sampai sekarang ini, meski banyak hutang yang mengikuti, namun saya selalu yakin bahwa pekerjaan ini bisa menutupi segala kekurangan. Dan hingga akhirnya saya pindah di tempat yang sekarang dan sudah berjalan selama 7 tahun,” aku ayah dua anak ini. Saat ini, usaha yang dikenal dengan nama UD. Bumi Lestari kian menunjukan perkembangan signifikan. Tidak hanya bahan dan alat pertanian yang disiapkan secara lengkap, namu juga mulai dari bibit, pupuk, insektisida sampai kebutuhan vitamin tanaman hingga panen.

“Selain itu juga, terkait usaha ini masih berjalan baik khususnya di bidang relasi. Pengusaha atau pun distributor – distributor tetap bersinergi. Bahkan hingga pulau Jawa, kedekatan saya dengan relasi-relasi ini dikuatkan dengan rasa saling percaya. Tidak ketinggalan, sejumlah lembaga keuangan daerah dan nasional pun sudah percaya ketika meminta peminjaman dana demi pengembangan usaha saya. Sehingga untuk sekarang, kurang lebih 50 toko pengecer yang telah menjalin kerjasama dengan UD. Bumi Lestari untuk menjual produk dari kami. Intinya saya tetap berkomunikasi baik dengan sejumlah relasi itu. Kunci bagi saya adalah perbanyak relasi pertemanan. Semakin banyak teman semakin pintu rejeki juga turut terbuka,” jelas suami dari Nengah Werdi ini.

Baca Juga : Jejak Kesuksesan Perempuan Bali Mandiri, Transformasikan Warung Sederhana Menjadi Restoran Bertaraf Dunia

Pastinya, menjalankan usaha agar tetap bertahan dan berkembang bukan sebuah tugas yang mudah. Tentu membutuhkan kiat-kiat yang lebih serius untuk memeraninya. Seturut yang dilakukan oleh Pak Resman dalam membina usaha UD. Bumi Lestari. Hal pertama yang mesti ia lakukan adalah membentuk mindset untuk tidak memikirkan sesuatu hal yang negatif. Dalam artian, membentuk konsep pikiran agar terus menjalankan usaha dengan fokus memperbaiki sistem kerja yang baik agar terus berjalan tanpa harus memikirkan persoalan – persoalan lain yang mampu menghambat pertumbuhan penghasilan dari sebuah usaha. “Saya selalu membangun gagasan untuk tidak memikirkan utang yang banyak akan tetapi selalu berpikir tentang pekerjaan. Dengan maksud mencari cara bagaimana agar usaha ini berjalan dan bisa menghasilkan. Sehingga paling tidak bisa menutup sedikit demi sedikit utang atau pun bisa memperbaiki sesuatu yang kurang,” tegasnya.

Hal berikutnya, Pak Resman selalu menjalankan setiap pekerjaan dengan tekun. Hal yang selalu ia yakini sejak kecil. Bahwa masa lalu yang kelam tidak membuatnya bertekuk lutut pada keadaan dan pada akhirnya, ketekunan lah yang merubah hidup Pak Resman. “Masa lalu tidak bisa saya lupakan seumur hidup. Membicarakan kenangan, memang terasa sangat sulit. Saya selalu merasa terpukul dengan kondisi saya yang dulu. Dan jujur saya tidak pernah bermimpi tentang kehidupan seperti sekarang ini. Apalagi berangan-angan. Jadi saya selalu merasa bahwa setiap perjalan tersebut berkat Tuhan. Saya hanya bisa menjalankan dan mengerjakan tapi yang menghantarkan adalah sang pencipta. Sehingga kunci yang bisa saya pakai adalah selalu tekun. Sebuah hal yang juga membuat saya bersemangat untuk bekerja. Dalam artian, ketika menjalankan usaha dengan tekun saya selalu meyakini bahwa akan ada hasil yang baik,” imbuhnya.

Meski sukses dalam mengembangkan UD. Bumi Lestari, Pak Resman tak melulu angkuh dengan apa yang dimiliki. Belajar dari pengalaman masa lalu, pada akhirnya membentuk karakter serta rasa empati demi memandang kesuksesan dari sisi yang berbeda. Di mana dirinya selalu bersikap rendah hati kepada siapa saja dan mampu mengangkat derajat hidup orang lain yang menjadikannya kini bermanfaat bagi hidup orang banyak. “Dari kisah hidup masa lalu, sekiranya mampu membentuk kepribadian saya yang juga akan cepat merasakan kesakitan yang sama ketika melihat orang-orang di luar sana yang susah hidupnya. Sepertinya merasa senasib. Jadi saya selalu berupaya untuk rendah hati. Dan harapan kedepan, pertama pasti kesehatan. Kedua, mudah-mudahan semasih saya masih bekerja saya bisa menuntaskan tanggung jawab saya, tidak hanya di keluarga, namun juga di dunia pekerjaan. Ketiga, semoga apa yang bisa saya kerjakan bisa dilanjukan oleh anak-anak saya,” tutupnya dengan penuh harap.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *