Yang dimaksud dengan integritas adalah berpikir, berbicara, bersikap dan bertindak secara benar, tepat, yang sesuai dengan kode etik dan prinsip. Umumnya integritas dimulai dengan pikiran, bukan kata-kata. Berpikir menimbulkan pengetahuan, pemahaman, nilai, keyakinan dan prinsip. Untuk memulai dan menjalankan integritas harus diawali dengan berpikir positif. Hal itu juga yang menjadi bagian dari kebiasaan Luh Suliani selama menjalankan pekerjaannya. Tidak hanya sebagai seorang perempuan yang mengambil peran sebagai ibu rumah tangga, akan tetapi bertanggung jawab mengelola LPD Desa Adat Sukasada sebagai seorang pemimpin.
Tanggung jawab menjadi seorang ibu rumah tangga tak jauh berbeda ketika mengambil peran sebagai seorang pimpinan di sebuah lembaga atau perusahaan. Bagi Luh Suliani, kedua profesi tersebut tidak jauh berbeda. Masing-masing mesti memiliki integritas. Ketika di rumah, kebiasaan mengurus anak-anak, suami serta membereskan hal lain di rumah adalah sebuah kewajiban. Aktivitas itu juga yang ia terapkan ketika berganti peran menjadi seorang petinggi yang mengelola Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Sukasada. Ketelatenan, keuletan, bertanggung jawab, bersikap dan bertindak secara benar dengan setiap pekerjaan menjadi nilai yang sangat penting untuk menjadikan fondasi dasar ketika dipercaya untuk mengemban tugas. Menurutnya, sejumlah nilai itu adalah modal dasar baginya untuk melangkah maju.
Karakter itu juga tidak serta merta ia dapatkan begitu saja. Ia mengaku bahwa nilai integritas telah ia temukan dari tengah lingkup keluarga yang membesarkannya hingga saat ini. Terlahir sebagai seorang anak perempuan desa, tidak harus membuatnya bersedih. Ada banyak hal baik yang ia rasakan dengan begitu luar biasa. Perempuan kelahiran Penglatan, 27 Januari 1980 ini tumbuh dan besar dari kedua orang tua sebagai seorang buruh tani. Meski demikian, Ia dan adiknya dididik di tengah lingkup keluarga yang hangat. Segala tugas, pekerjaan, tutur kata dan bahkan cinta yang besar selalu ia temukan dalam sikap kedua orang tua.
Terkait jiwa kepemimpinan, Luh Suliani selalu bersyukur di sela kesibukannya, ia kerap mengamati sosok ayah yang kerap dipercaya memimpin sejumlah organisasi di desa. Aktivitas untuk bisa dekat dengan masyarakat pun turut menjadi bagian penting yang bisa ia tiru. Ketika itu, hal-hal sederhana namun begitu istimewa yang ia dan saudaranya temukan dan rasakan. Cerminan hidup yang bernilai dari sosok ayah, I Nyoman Artawa dan Ibu, Ni Ketut Wilaning (alm). Pekerjaan-pekerjaan di luar rumah, seperti mengurus kebun atau bertani, tidak mereka lewatkan. Semua pekerjaan dilakukan dengan suka-cita.
Baca Juga : Lewat Tangan Kreatif Putu Mahendra Sukses Dorong Geliat Industri Pariwisata yang Bermanfaat Bagi Lingkungan
Hal lain yang tidak luput dalam ingatan Luh Suliani adalah kedua orang tua yang begitu memperhatikan kedua anaknya untuk bisa merasakan pendidikan. Luh Suliani hanya menamatkan pendidikan hingga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 1 Singaraja. Tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, tentu ada alasan lain baginya. Menurut Luh Suliani, karena keterbatasan biaya dan ia tak ingin membuat kedua orang tuanya sakit dan lelah berjuang hanya untuk membiayai pendidikan kami. “Kasihan mereka jika sudah tua dan harus bekerja terus menerus,” tutur Luh Suliani dengan sedikit senyum.
Ibu dua anak ini pun tidak berdiam diri. Usai menamatkan sekolah SMK, ia memilih untuk bekerja dan menambah penghasilan orang tua demi memenuhi kehidupan sehari-hari. Pengalaman demi pengalaman itu pun yang akhirnya menjadi ilmu lebih yang dimilikinya.
Hingga di suatu kesempatan yang tak diduga, karakter yang ada pada diri Luh Suliani serta pengalaman hidup di dunia pekerjaan, menghantarkannya untuk menjadi pimpinan di LPD Desa Adat Sukasada dengan status sebagai PLT Ketua di bulan Oktober 2023, kemudian di tanggal 18 Februari 2024 melalui paruman (rapat) desa adat, Luh Suliani di sahkan menjadi ketua dengan SK per 1 Maret 2024 oleh Bendesa Adat sekaligus Ketua Badan Pengawas LPD Desa Adat Sukasada. Karir yang tumbuh atas dasar kepercayaan banyak pihak dan tentu menjadi tanggung jawab yang besar. Pekerjaan itu pun ia terima dan mulai bekerja dengan serius. Sebab, lembaga keuangan yang ia mesti pimpin pernah terkendala masalah, bahkan pernah di tutup selama 5 tahun lamanya. “Awal sekali LPD ini dari tahun 2002 kemudian tahun 2004 sempat tutup selama lima tahun karena ada kasus sampai Oktober tahun 2009. Kemudian, karena masyarakat juga merasakan dampak positif dari LPD ini, akhirnya didesak oleh masyarakat adat agar LPD kembali dihidupkan untuk membantu perekonomian rakyat. Tapi karena kasus itu membuat tertatih-tatih untuk memulai kembali, apalagi ini berhubungan dengan kepercayaan masyarakat, jadi kami mesti bekerja keras lagi,” jelas Luh Suliani.
Awalnya, lanjut Luh Suliani, pengurus LPD tersebut dimulai dengan pengurus yang jumlahnya tidak banyak. Tugas-tugas pun lebih banyak dirangkap demi memenuhi kebutuhan LPD agar bisa berjalan. Misalkan mengurus dan merapikan kembali administrasi lembaga, kemudian juga sambil berupaya membangun kembali hubungan baik dan kepercayaan kepada nasabah. Semuanya dikerjakan dengan tulus oleh Luh Suliani beserta pengurus yang ada. “Hingga akhirnya, di tahun 2009 sampai tahun 2024, Astungkara LPD berjalan dengan lancar dan berkembang. Juga masyarakat mulai percaya dengan pengelolaan kami hingga sekarang.” imbuhnya. Istri dari I Ketut Seriada ini tidak menampik bahwa begitu banyak tantangan yang mesti dihadapi ketika mengemban tugas sebagai pimpinan di lembaga tersebut.
Terlebih untuk mencoba memulihkan rasa percaya masyarakat. Namun, berkat keseriusan serta integritas yang kami perlihatkan, tentu dengan sendirinya menarik kembali rasa percaya itu. “Dulu banyak nasabah yang takut untuk menabung karena kasus yang pernah terjadi, tantangan kami adalah kepercayaan masyarakat. Saya bermodalkan keyakinan, karena ini LPD untuk masyarakat walaupun harus dihadapi satu persatu. Dan hal paling penting lainnya adalah jujur dan tulus melayani. Jangan sampai melakukan kesalahan dan tetap melakukan yang terbaik, sehingga dengan sangat yakin bahwa pasti hasilnya juga akan baik,” tegas perempuan yang selalu ramah ini.
Baca Juga : “SIAP MENGEMBAN TANGGUNG JAWAB” Rumah Sakit Mata Bali Mandara Siap Memberikan Pelayanan Terbaik
Selain itu juga, Luh Suliani tidak juga lupa dengan kerja-kerja baik dari pimpinan sebelumnya, yaitu Pak Putu Yasa. Baginya, beliau telah berhasil memberikan contoh untuk dirinya. Bahkan membukakan jalan baik di masa kepemimpinannya saat ini. “Pak Putu Yasa sosok yang tegas dalam pendirian, beberapa kali ditawarkan untuk kerjasama dengan bank-bank besar dengan menawarkan cash back yang besar, tapi Pak Putu Yasa tetap tidak mau dengan alasan bertumbuh secara mandiri dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat,” kenangnya.
Sehingga, ketika ditanya terkait seperti apa semangat yang ingin dibawa kepada masyarakat sebagai seorang perempuan yang memimpin LPD Desa Adat Sukasada?, dengan jelas Luh Suliani mengaku jika dirinya ingin meneruskan semangat dari Pak Putu Yasa. “Pastinya, saya tetap melanjutkan semangat Pak Putu Yasa. Untuk tegas dan selalu memberikan kepercayaan kepada masyarakat,” pungkasnya. Harapan serta komitmen lain pun, tambahnya, agar amanat-amanat positif, baik dari kepercayaan masyarakat, bisa ia jalankan dengan maksimal. Sebagai seorang perempuan dan pemimpin, saya terkadang minder karena akan berhadapan dengan orang banyak. Tapi saya yakin harus bisa menjalankan amanat dengan baik secara administrasi, manajemen dan pelayanan kepada masyarakat. LPD ini harus berkembang lebih baik dan memberikan dampak manfaat lebih. Tentunya dengan doa dan dukungan teman-teman kantor kami bisa berjalan bersama,” aku Luh Suliani.
Selain menjamin kebutuhan masyarakat dan kepercayaan, LPD Desa Adat Sukasada pun berupaya untuk bisa memberikan kontribusi positif kepada masyarakat selain dana 20% untuk pembangunan desa adat. “Biasanya ini untuk dana sosial, untuk pembuatan ogoh-ogoh. Ketika hari kemerdekaan pada tanggal 17 agustus juga kami berpartisipasi untuk memberikan hadiah. Selama 5 tahun ini baru masyarakat tahu dan paham apa saja kontribusi LPD untuk desa. Akhirnya supaya masyarakat percaya kami selalu membuat plang simbolis untuk diberikan secara langsung kepada desa,” tutupnya.
Sementara itu, Putu Sugiartana selaku karyawan LPD Desa Adat Sukasada menuturkan bahwa dirinya sangat beruntung karena mendapatkan banyak pengetahuan selama 4 tahun mengabdi bersama lembaga tersebut. Selain dipercaya untuk bekerja di sebuah lembaga keuangan, karena sebelumnya menjalankan profesi sebagai tukang bangunan, Putu turut termotivasi untuk bisa memberikan dampak lebih kepada pembangunan desa. “Jujur saja ada banyak hal positif dari sosok Pak Putu Yasa dan Ibu Luh Suliani. Pak Putu Yasa adalah orang lapangan dan tahu bagaimana situasinya, bergaul dengan nasabah dengan baik serta ramah. Sedangkan Ibu Luh Suliani baik dalam perkantoran dan mampu menyelesaikan lebih baik urusan administrasi. Beliau sangat telaten dan ramah kepada siapa pun. Keduanya memiliki semangat yang sama untuk membangun desa, sehingga dengan semangat itu pula sepertinya termotivasi untuk bisa bekerja sesuai dengan karakter mereka,” tutur Putu bersemangat.
Dengan begitu, ia pun sangat berharap agar kesempatan bisa mengabdi di lembaga tersebut menjadi jalan baginya menemukan ruang untuk belajar lebih. Khususnya di bidang Informasi teknologi yang saat ini sangat-sangat dibutuhkan oleh lembaga dan masyarakat. Sehingga, urusan mempercepat, memudahkan urusan LPD bisa lebih efektif. “Juga yang paling besar adalah agar masyarakat lebih sadar untuk mendukung LPD ini. Simpan-pinjam disini sehingga bermanfaat untuk semua,” tutup Putu Sugiartana.