Jiwa sederhana adalah suatu sikap yang tidak berpokok kepada kemewahan. Hidup sederhana berarti hidup sesuai dengan kebutuhan. Kesederhanaan perlu ditanamkan ke dalam prinsip setiap individu, karena jika dipahami lebih jauh kesederhanaan dapat juga dipahami dengan artian sikap utuh, cara pandang, berpikir, bertutur, dan bertindak menyeimbangkan paradigma dengan realitas yang ada.
Kesederhanaan itu jugalah yang menjadi pedoman hidup sosok bersahaja putra daerah bernama Ketut Gunastha, S.E hingga kini di usianya yang menapaki 82 tahun ia pun masih dapat terus bergerak dinamis menjadi sosok garda depan yang menahkodai jalannya perusahaan eksportir / cargo bernama PT. Angkasa Jaya yang telah dimulainya sejak tahun 1978.
Lewat tangan dingin Ketut Gunastha, PT. Angkasa Jaya dapat terus eksis dan meraksasa sampai saat ini. Dengan segala integritas dan kredibilitas yang dimilikinya, hal itu pun kemudian berhasil menempatkannya di jajaran entrepreneur industri ekspor / impor yang bergengsi dan diperhitungkan.
Diawali dari proyek – proyek yang dijalaninya dengan tekun saat turut bekerja di sebuah perusahaan eksportir milik orang lain selama hampir 15 tahun, ia jadikan setiap langkahnya tersebut menjadi sebuah pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. Suka maupun duka yang ada di dalamnya, mendidik sosok Ketut Gunastha menjadi manusia tangguh yang siap berkarya di kemudian hari.
Baca Juga : Menjadi “Bank Desa” yang Membantu Masyarakat Petani Merambah di Bidang Agribisnis
Membangun sebuah bisnis memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, meskipun segala upaya dan strategi bisnis sudah kuat, tapi ada – ada saja hambatan dan batu terjal yang harus ia lewati setapak demi setapak. Bagi Ketut Gunastha hambatan-hambatan dalam mengawali bisnisnya adalah hal yang menempa mentalnya sebagai pengusaha yang tahan banting.
Tak memiliki banyak modal tak membuat Ketut Gunastha lantas patah arang, baginya yang terpenting dalam menjalankan roda bisnis adalah pengalaman yang diasah. Sebagai pebisnis ia harus memikirkan dan mengupayakan hal lain agar bisnisnya dapat berjalan.
Dengan komitmen dan keseriusannya dalam meyakinkan peluang bisnisnya, maka secara perlahan pintu – pintu yang tadinya tertutup, sedikit demi sedikit terbuka memberinya peluang. Sebuah ‘komitmen’ bagi Ketut Gunastha bisa dikatakan adalah awal dari kunci suksesnya sebagai pengusaha.
Karena benar saja, komitmen menggambarkan seberapa besar keseriusannya dalam menjalin hubungan dengan kolega bisnis yang kebanyakan dari mancanegara, komitmen merupakan kunci yang paling fundamental.
Ketut Gunastha sangat meyakini bahwa tanpa komitmen maka seseorang akan sulit menentukan arah tujuan dalam hubungan. Menciptakan komitmen dalam sebuah bisnis memang tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Namun, setelah komitmen terjalin, kepercayaan tentu didapat, maka makin terarah jugalah ke mana hubungan bisnisnya akan dibawa.
Mengingat pengalaman-pengalaman lapangan yang dimilikinya, resiko dan tanggung jawab adalah faktor utama yang harus dijalani, mulai dari pengorganisiran perizinan yang dahulu cukup sulit hingga, mengorganisir barang-barang kiriman agar dapat sampai tujuan dengan kondisi baik dan lengkap.
Meskipun saat itu PT. Angkasa Jaya yang baru dirintisnya di era 1978an telah memiliki beberapa pegawai, sosok Ketut Gunastha pun tidak serta merta melepas roda kemudi perusahaannya, dalam hal ini ia terus terlibat langsung dalam proyek-proyek yang dijalankan.
Bagi Ketut Gunastha terlibat langsung dalam aktivitas proyek yang sedang berjalan dapat menjadi cara yang efektif untuk membangun bisnis yang fleksibel.
Terlebih dengan komunikasi langsung ia dapat membangun hubungan dengan relasi yang tahan lama karena menghilangkan perantara yang terlibat dalam proses produksinya. Jadi resiko akan hal-hal yang tak diinginkan pun menjadi semakin kecil. Alhasil dengan prinsip tersebut pelan – pelan bisnisnya pun mulai berjalan signifikan dengan relasi – relasi baru yang berdatangan secara organik.
Kesuksesan yang dirasakan Ketut Gunastha saat ini merupakan sebuah pencapaian yang dilalui dengan proses panjang dan melelahkan. Tapi, pekerjaan apapun jika dilakukan secara benar dan konsisten maka kesuksesan pun akan semakin dekat dengan pelakunya.
Namun, tak sedikit pengusaha yang menutup jalan suksesnya dengan menyerah, ketika dihadapkan dengan keadaan-keadaan pelik dan mungkin hanya doa yang menjadi satu-satunya sandaran untuk tetap teguh menjalani apa yang diimpikan.
Perasaan mudah menyerah inilah yang kemudian ditepis oleh Ketut Gunastha dengan upaya dan berdoa, baginya kedua hal tersebut membuatnya tetap kokoh dan mempunyai mindset positif dalam mengarungi lautan kehidupan yang mendera.
Siapa yang menyangka bahwa sebelum sampai dititik gemilang saat ini, Ketut Gunastha sempat merasakan hidup susah.
Baca Juga : PT. BPR Mitra Bali Artha Mandiri, Konsistensi dan Optimisme Dalam Memperjuangkan Masa Depan
Ketut Gunastha lahir pada tahun 1940, jauh sebelum gedung- gedung tinggi menjulang. Karena seingatnya pada masa pasca kemerdekaan pulau Bali belum mempunyai lapangan pekerjaan yang cukup, sehingga rata- rata masyarakat di Bali lebih banyak menjadi petani dan pengangon sapi.
Ia pun terlahir ditengah keluarga yang sangat sederhana dan jauh dari kata mewah, orang tua nya berprofesi sebagai petani. Karena itulah, sejak kecil Ketut Gunastha telah terbiasa dengan aktivitas membantu pergelutan ekonomi keluarga dengan turut bekerja membantu orang tuanya bertani dan berladang.
Meski sedari kecil sudah terus dihadapakan dengan pekerjaan yang berat, tidak pernah sekalipun Ketut Gunastha mengeluh akan apa yang dikerjakannya, karena di dalam lubuk hatinya ia hanya ingin menjadi anak yang berbakti dan dan dapat membantu mencukupi keterbatasan ekonomi keluarganya. Dan siapa yang tahu, bahwa keseharian itulah yang membentuk karakter dan sikap integritas Ketut Gunastha dalam bekerja, yang tanpa disadari dapat mengubah garis takdir hidupnya.
Sosok ayahanda tercinta merupakan suri tauladan dan sosok yang sangat dekat dengannya secara emosional. Ayahanda merupakan sosok single fighter yang menjadi pahlawan keluarga, karena pada kenyataannya Ketut Gunastha harus menerima takdir dengan ditinggal wafat sosok ibunda saat ia lahir ke dunia. Beruntung ia masih mempunyai sosok kakak yang menjadi teman dan penyemangat hari-harinya.
Mungkin mengingat betapa keras orang tuanya bekerja untuk terus bisa mencukupi kebutuhan ekonomi dan hajat hidup keluarganya yang kian hari kian menggepit, maka kehidupan masa kecil Ketut Gunastha yang serba kekurangan inilah yang menuntunnya untuk segera dapat berdikari. Hingga setelah menamatan pendidikan SMEA nya, Ketut Gunastha pun tak ingin membuang waktunya dengan langsung mencari lapangan pekerjaan.
Bermodalkan ijazah, semangat dan ketekunan, akhirnya Ketut Gunastha dipertunjukan kesempatan dan jalan untuk dapat bekerja menekuni bidang eksportir milik pengusaha turunan Cina yang telah memberikannya banyak ilmu dan pengalaman yang menempa perjalanan karir dan titik balik hidupnya.
Kebanyakan orang hanya menengok akan pencapaian yang diperoleh oleh seseorang dengan rasa kagum menyaksikan, tanpa tahu betapa orang tersebut bisa membangun impiannya dari puing – puing kegagalan.
Menilik perjalanan hidup Ketut Gunastha dalam mencapai impiannya, harusnya membuat kita untuk berhenti meratapi nasib buruk dan berkeluh kesah. Semangat untuk bangkit dan kerja keras untuk menyelamatkan yang masih tersisa adalah romantika kehidupan yang harus di jalankan dengan penuh harapan. Dalam perjalanannya, Ketut Gunastha juga meyakini bahwa kegagalan dan kesukaran dalam hidup adalah satu – satunya pengalaman menuju pendewasaan untuk dapat memulai lagi dengan lebih cerdas.
Hingga kini Ketut Gunastha masih terus aktif mendorong dan menjalankan kinerja PT. Angkasa Jaya. Selain bisnis di bidang cargo / ekspor impor, kini bisnisnya pun telah merambah ke bidang akomodasi dan pariwisata dengan dibangunnya sebuah vila bernama ‘Calna Villa’ yang terletak dikawasan Kuta.
Berbicara tentang kunci suksesnya, Ketut Gunastha pun mengatakan bahwa modal terpenting dalam menjalakan bisnis ini adalah membangun kepercayaan, dimana ‘kejujuran’ merupakan faktor utama yang krusial. Menurutnya kejujuran dalam berwirausaha adalah sebuah etika bisnis yang merangkap sebagai identitas entrepreneur.