Membangun LPD Desa Adat Penida Kaja dengan Semangat, Disiplin dan Jujur

Membangun LPD Desa Adat Penida Kaja dengan Semangat, Disiplin dan Jujur

Kesuksesan adalah mimpi setiap individu. Termasuk bagi sejumlah orang yang bekerja dalam tim untuk mengelola sebuah lembaga atau perusahaan. Mimpi bersamanya adalah menghantarkan nama dengan predikat kualitas lembaga yang terus melekat dengan asas kebermanfaatannya untuk banyak orang. Tentu agar tercapainya hal tersebut, modal serta usaha tentu tak cukup, namun mesti didukung dengan mental yang tangguh. Mereka yang tergabung dalam tim baik itu pimpinan maupun staff pada sebuah lembaga pada dasarnya adalah fasilitator yang bergerak untuk mengaktualisasi perkembangan sebuah lembaga sehingga mencapai apa yang menjadi fokus tujuannya.

Aktualisasi dari apa yang telah dikatakan itu, bisa kita temukan di salah satu lembaga keuangan milik desa adat di Bali yang masih eksis sampai saat ini, yang beralamat di Desa Adat Penida Kaja, Tembuku, Bangli yaitu Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Penida Kaja. Ya selama belasan tahun, lembaga tersebut telah cukup banyak berkontribusi memajukan perekonomian warga desa dan terlibat aktif dalam pembangunan desa adat, baik itu dari segi infrastruktur maupun kegiatan kebudayaan dan keagamaan. Kehadiran LPD di Desa Adat Penida Kaja ini tentu dapat menciptakan model pemberdayaan masyarakat yang dapat mengedepankan nilai sosial sekaligus membantu masyarakat desa adat yang masih terbentur dalam mengakses layanan perbankan. LPD Desa Adat Penida Kaja begitu memperhatikan peran dan fungsinya, LPD termasuk lembaga yang menjalankan program pelayanan keuangan yang berbasis sosial, budaya dan kerakyatan dimana masyarakat berperan sebagai pemilik dari lembaga. Sehingga, dalam proses perjalanannya pula, ada upaya membantu masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup dalam memenuhi kebutuhan pokok, menyokong kegiatan adat maupun keagamaan serta sebagai fondasi bagi masyarakat untuk mengembangkan kewirausahaan mandiri.

Hingga kini, LPD Desa Adat Penida Kaja masih eksis bertumbuh sampai sekarang. Sebuah pencapaian yang signifikan, sebab upaya itu merupakan kiat serta upaya dari perjalanan panjang para pengelola LPD untuk terus mempertahankan eksistensinya sejak tahun 2002 silam. Salah satu aktor penting yang ada di balik keberlanjutan lembaga tersebut adalah I Nyoman Sandi yang sampai saat ini menjabat sebagai pimpinan. Saat ditemui disela kesibukannya, I Nyoman Sandi banyak menceritakan bagaimana dirinya dan sejumlah staf dalam lembaga tersebut bekerja dengan sangat profesional.

Baca Juga : Lewat Tangan Kreatif Putu Mahendra Sukses Dorong Geliat Industri Pariwisata yang Bermanfaat Bagi Lingkungan

Ia mengaku, awalnya ia dipercaya dan ditunjuk langsung oleh masyarakat untuk masuk mengurus sekaligus menjadi pegawai di LPD Desa Adat Penida Kaja “Saat itu memang banyak yang ditunjuk. Tapi banyak yang tidak mau. Sehingga, saya dan beberapa anggota lain berinisiatif dan memberanikan diri untuk mengelola LPD Desa Adat Penida Kaja. Saat pemilihan itu di tahun 2002,” kenang I Nyoman Sandi.

Pria yang akrab disapa Nyoman Sandi ini begitu percaya tentang indikasi bahwa LPD sebagai inisiator kewirausahaan sosial. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan LPD di Bali yang terus meningkat sejak tahun 1985 dan semakin dapat mengambil peran dalam pemberdayaan masyarakat dengan menyalurkan permodalan, sehingga masyarakat kecil dapat memulai usahanya untuk meningkatkan perekonomian keluarga khususnya bagi krama desa adat.

Dengan dasar semangat itu pula, ia bersama tim betul-betul mengarahkan pusat perhatian serta kerja yang profesional untuk mengembangkan lembaga tersebut. Apalagi, demi kepentingan bersama, Nyoman Sandi sangat tergerak untuk melakukan hal yang lebih besar. “Saat itu LPD ini mendapat bantuan modal sekitar10 juta, darisitulah kami mulai mengelola modal tersebut dengan bentuk pelayanan yang merakyat dan tepat guna untuk masyarakat sendiri,” imbuhnya.

Pria yang hanya menamatkan pendidikan terakhir SMA di tahun 1982 itu memang memiliki mental yang berbeda. Keberaniaannya untuk bisa mengambil kesempatan dan mulai belajar dari hal terkecil. Tak hanya itu, Nyoman Sandi berani untuk berkorban dengan banyak hal demi memajukan LPD tersebut. Bahkan tak tanggung-tanggung, kurang lebih dua tahun saat awal menjalankan lembaga tersebut, dirinya bersama staf lain tidak mendapat upah kerja. “Jujur, selama dua tahun kami tidak mendapat gaji. Awalnya memang harus berjuang untuk memutar modal yang ada. Semua ini terasa berat karena belum banyak masyarakat yang paham akan LPD, sehingga sambil berjalan dan mendidik secara personal kepada masyarakat bagaimana pentingnya LPD dan keuntungannya. Darisitulah masyarakat mulai menabung sedikit demi sedikit di LPD sampai hari ini,” jelasnya tegas. Ayah 3 anak ini tidak menampik bahwa dalam perjalanannya tentu ada kendala yang mesti dihadapi. Apalagi ketika berhadapan dengan macetnya kredit dari anggota LPD. Namun, semuanya bisa terselesaikan dengan pola pendekatan yang lebih humanis. Dalam artian, hubungan antara pengurus dan krama bukan sebuah hubungan antar kreditur dan debitur, namun jauh diatas itu ada hubungan yang lebih mulia yaitu asas kekeluargaan. Sehingga, setiap hal apapun mesti dibicarakan secara terbuka untuk mencari jalan keluarnya. “Sehingga dengan metode ini terbangun hubungan kekeluargaan yang baik terhadap pengurus, pengawas dan masyarakat,” aku Nyoman Sandi.

Baca Juga : “SIAP MENGEMBAN TANGGUNG JAWAB” Rumah Sakit Mata Bali Mandara Siap Memberikan Pelayanan Terbaik

Bagi pria kelahiran tahun 1963 ini, kiat-kiat yang akhirnya menjadi kunci keberhasilan dari LPD Desa Adat Penida Kaja adalah semangat disiplin dan jujur. Dua hal penting baginya agar pengelolaannya tetap berkembang dan sehat dari berbagai aspek, seperti permodalan, likuiditas dan manajemen. Hal itu telah ia buktikan selama masa kepemimpinannya. Mental yang kuat serta kiat yang telah diperlihatkannya itu tentu tidak datang begitu saja. Ia tidak menampik jika karakter tersebut terbentuk dari pengalaman hidup semasa kecil.

Penempaan-penempaan dari kedua orang tua, Ayah I Made Koti (alm) dan Ibu Ni Wayan Rembung (alm), turut membentuk karakternya hingga kini. “Saya berasal dari keluarga petani yang tidak memiliki lahan, hanya menjadi buruh tani di tuan yang mempunyai sawah. Saya lebih dekat dengan sosok ayah dan beliau seorang pekerja keras dan kreatif. Selama 67 tahun beliau memimpin kelompok buruh tani di desa sehingga secara tidak langsung, pengalamannya mengajarkan kepada anak-anaknya untuk tetap berjuang dengan sehormat-hormatnya, walau dengan pekerjaan yang kecil. Disiplin, jujur dan semangat dalam bekerja adalah dasar dari manusia yang lurus,” tutup suami dari Ni Made Murni ini.

Keistimewaan yang ada dalam diri Nyoman Sandi turut diakui oleh I Made Tindih selaku bendahara di LPD Desa Adat Penida Kaja. Baginya, karakteristik beliau dalam bersikap sangat mempertegas kepeduliannya terhadap sesama. Terlebih khusus bekerja dalam tim, Pak Nyoman Sandi sangat memahami untuk mencari jalan keluar dari persoalan. “Menurut saya pak Nyoman ini orang yang sederhana dan tegas dalam membangun komunikasi dengan tim. Kepemimpinannya baik sekali. Pak Nyoman sosok yang terbuka dalam persoalan apapun. Karena hakikatnya LPD ini adalah kerja Tim yang harus kompak dan solid,” tutur I Made Tindih. Ia pun berharap, agar LPD ini akan terus eksis memberi dampak yang baik bagi masyarakat luas di Desa Adat Penida Kaja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *