Dalam tema utama mengangkat “Program Tenaga Sosial dan Transparan”, I Wayan Rusih telah membuktikan sebagai pelopor program bekerja keluar, satu-satunya di Baha dengan berbagi pengalaman dan ilmunya yang telah merantau ke 60% daerah di Indonesia. Perjuangannya mendapatkan dana dari pemerintah untuk pembangunan di Banjar Kedua seluas tujuh are dan terdiri atas empat lantai, paving di wilayah yang belum pernah tersentuh bantuan dan pembangunan wantilan desa dengan dana pemerintah sebesar Rp. 16 miliar. Tak dipungkiri, untuk menjadi penyambung lidah dan mengawal kebutuhan masyarakat baik tingkat banjar maupun desa, dukungan strategis dari kakak di anggota dewan pun semakin memacunya untuk memajukan Desa Baha dan menggali potensi masyarakatnya yang tak kalah viral.
Baca Juga : Tetap Membumi Dengan Impian Besar Untuk Masa Depan Keluarga dan Anak Bangsa
Gagasan tersebut, sempat tak mendapat dukungan dari lembaga adat ialah membangun “Pasar Bunga Taman Sari” di tengah situasi pandemi COVID-19 sedang memanasnya yaitu pada Maret 2019. Pasar yang berdampingan dengan lokasi tempat Pembibitan Benih Ikan Taman Sari Kabupaten Badung tersebut, pun diinisiasi saat menyaksikan para pedagang di Pasar Mengwi yang tak bisa berjualan terkait praktik social distancing. Wayan Rusih menarik para pedagang tersebut untuk berjualan di pasar yang baru dibukanya. Alhasil pedagang yang berasal dari masing-masing banjar Desa Baha yang kemudian memberikan retribusinya ke desa adat dengan perbandingan 60% ke desa dan 40% ke pengolah sesuai dengan AD/ART desa dan tentunya dapat membantu masyarakat memiliki pendapatan dan juga lapangan kerja. Manfaat lainnya yakni peningkatan PAD Desa, sesuai dengan visi misi desa untuk mengoptimalkan Bumdes dan membuat unit usaha.
Suksesnya Wayan Rusih sebagai Perbekel, kendati mengalami keterlambatan dalam segi usia untuk menempuh pendidikan, ia harapkan bisa menginspirasi generasi muda yang jauh lebih beruntung dalam memperoleh gelar sarjananya dengan lancar, tak terkecuali kepada anak-anaknya. Bahwa tidak ada yang tidak mungkin, selama kita mengerahkan yang terbaik dari kualitas diri kita. Proses naik turun wajib dijalani, agar lebih bijaksana dan biarkanlah masyarakat yang membangun perspektif mereka, pantas atau tidaknya untuk mewakili suara mereka adalah proses waktu yang tak bisa dibayar dengan uang senilai apapun.