Wariskan Koperasi Sebagai Lembaga Perekonomian yang Lebih Realistis Mencerminkan Kepentingan Anggota

Wariskan Koperasi Sebagai Lembaga Perekonomian yang Lebih Realistis Mencerminkan Kepentingan Anggota

Penting tidak pentingnya pendidikan formal, bergantung bagaimana seseorang menyikapinya. Ada yang cukup hanya sampai tamatan bangku sekolah dasar, entah karena keterbatasan biaya atau lebih suka langsung bekerja, namun tak menutup kemungkinan bisa tetap sukses. Ada juga yang menempuh pendidikan setinggi – tingginya karena memiliki pola pikir akan dibutuhkan untuk bersaing di dunia kerja. Semua kembali ke pilihan masing – masing, bukan perkara benar atau salah. Terpenting, temukan minat kita saat muda, kemudian tekuni pilihan tersebut dan jadilah ahli dalam suatu hal, maka kebutuhan akan materi akan datang dengan sendirinya.

I Nyoman Kartun, S.E sebagai Ketua Pengurus dari Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Dhana Artha, sempat mengalami kemelaratan pada kondisi perekonomian keluarga. Meski demikian, bisa dikatakan hanya ia yang berpikir keras untuk terus melanjutkan pendidikan, diantara 9 orang saudaranya. Ya, baginya pendidikan adalah hal yang mutlak dipenuhi, untuk bekal masa depan. Tak hanya mengukur kemampuan akademis, tapi juga membuka pola pikir di dunia yang terus berkembang.

Baca Juga : “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” SMK Bali Dewata Siap Mencetak Lulusan yang Berkarakter dan Mampu Bersaing di Dunia Industri

Nusa Dua yang kini bertransformasi menjadi kawasan wisata elit, I Nyoman Kartun dilahirkan dari orangtua yang bekerja sebagai petani sekaligus nelayan. Bagaimana tidak, dua pekerjaan yang menyumbangkan daya tubuh tidak sedikit harus dilakoni, karena lahan tani yang dimiliki tidak luas, tak mampu memenuhi kebutuhan ia dan sembilan orang saudaranya. Bila mengingat-ngingat lagi kala itu, ia tak mampu menutupi kasihannya kepada orangtua yang sudah bekerja keras, namun belum memperoleh hasil yang sepadan, sehingga kualitas ekonomi sangat jauh dari ideal. Sontak, ia berpikir agar bisa keluar dari situasi ini, ia harus tetap mengenyam pendidikan apapun tantangannya. Kendati ada saudaranya yang memilih putus sekolah, ia tetap teguh untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, meski perjalanannya tidak mudah.

Lulus SMA, I Nyoman Kartun melanjutkan selama setahun ke BPLP (Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisata) Nusa Dua yang kini bernama Politeknik Pariwisata Bali. Ia kemudian langsung bekerja di satu – satunya hotel di Nusa Dua saat itu dengan jumlah pelamar yang tak main – main saingannya. Setelah mengikuti rangkaian sistematis perekrutan karyawan, sampai pada tahap wawancara dengan manajer yang merupakan WNA asal Belanda, ia ditetapkan memenuhi kualifikasi dan diterima untuk bekerja di hotel.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *