Bisnis toko kayu atau material bangunan memiliki peluang pasar yang sangat bagus. Bisnis ini terus mengalir tak mengenal musim dan akan selalu bertumbuh. Seiring dengan kebutuhan manusia akan properti yang tak pernah surut, maka bahan – bahan yang di jual pun akan selalu di cari. Namun untuk menjalankan bisnis ini tentulah diperlukan langkah dan strategi yang tepat, mulai dari menentukan supplier hingga pelayanan.
Nyatanya, seorang pengusaha yang sukses telah mengalami banyak hal terlebih dahulu, sebelum akhirnya mendapatkan kesuksesan yang diimpikan. Sama halnya seperti perjalanan seorang pebisnis bahan bangunan asal Bali yang bernama I Made Ana. Sesesorang yang bisa menepis keraguan, walau dihadapkan dengan ekonomi keluarga yang tidak begitu baik. Mungkin cucuran keringat dan air mata akan gambaran-gambaran masa kecilnya masih terekam begitu jelas hingga saat ini.
Baca Juga : Wanita Independen Sukses Sebagai Pengusaha Sekaligus Tulang Punggung Keluarga

Namun perlahan tapi pasti I Made Ana jadikan lembar kehidupan itu menjadi bekal dirinya untuk selalu tegar dan gigih untuk mengubah garis takdirnya. Berbekal niat tulus untuk membantu perekonomian keluarga, I Made Ana pun akhirnya membuka usaha kerajinan bambu pada tahun 1998 yang bertepatan saat itu sedang terjadi krisis perekonomian, berlanjut pada tahun 2016 ia mencoba membuka bisnis yang lain, yaitu pada sektor penyedia bahan bangunan yang ia beri nama TB. Tomblos, hingga sekarang masih bisa tetap berjalan meskipun diterjang pandemi covid -19 yang melanda saat ini.
Benar kata pepepatah “Dimana ada keinginan di situ ada jalan”. Setelah menamatkan pendidikan SMA nya I Made Ana mulai mencari peluang untuk dapat mencukupi hajat hidupnya. Dari sana ia pun mencoba merespon material sisa kayu untuk ia jadikan suatu produk kerajinan yang kemudian ia jual. Berbekal keahliannya dalam mengolah kayu itulah yang kemddian menuntun I Made Ana memantapkan langkahnya untuk mencoba peluang di usaha kayu.
Mulailah ia mempelajari seluk beluk bisnis ini dari teman – teman dan lingkungannya, baginya jangan malu untuk belajar. Ada sederet kunci yang memang harus seorang pengusaha lakukan demi mendapatkan kesuksesan di masa depan, salah satunya dengan belajar dari lingkaran sosial terdekat. Tapi rasa malu jika terlihat orang lain gagal bisa jadi akan membunuh kesuksesan seseorang di masa depan. Rasa malu untuk belajar inilah yang di tepis I Made Ana untuk terus mengasah kemampuannya. Alhasil pada tahun 2016 I Made Ana akhirnya mulai merintis usaha material bangunan miliknya sendiri dengan modal seadanya.

Sebagai napas pertumbuhan pariwisata di Indonesia, pembangunan di pulau Bali sangatlah pesat. Tidak hanya sarana umum dan perkantoran, pembangunan perumahan juga gencar dilakukan oleh para developer dan investor perumahan sejak tahun 1990an. Menggeliatnya pembangunan yang ada akhirnya membuka peluang I Made Ana untuk mendapatkan banyak relasi. Usahanya pun semakin terlihat memiliki progress dan bergerak dinamis dari waktu ke waktu.
Perlahan dengan modal yang mulai tercukupi, I Made Ana kemudian dapat sedikit demi sedikit meningkatkan kualitas dan melengkapi barang di toko miliknya. Karena dari pengalamannya, ia meyakini bahwa kunci sukses dalam usaha ini tidak hanya bergantung pada barang toko yang lengkap, tapi juga harus memiliki kualitas.
“Segala sesuatu tidak bisa di raih dengan gampang, harus dengan perjuangan dan kejujuran yang menjadi pokok utama.” I Made Ana yakin jika bekerja dengan niat yang baik akan menghadirkan karma yang juga baik. Dari kejujuran itu pula konsumen akan menaruh kepercayaan penuh dengan apa yang kita jual. Tahapan-tahapan itulah yang pada akhirnya menjadikan I Made Ana kini sukses menjadi seorang pengusaha material bangunan.
Baca Juga : Tetap Memfungsikan Intermediasi Meski di Kondisi Pandemi

Hidup ini memang penuh perjuangan, I Made Ana terlahir dari keluarga yang serba pas-pasan dari segi perekonomian. Kedua orang tuanya hanyalah pekerja serabutan yang harus menghidupi kedelapan anaknya. Tidak seperti anak-anak seumurannya, untuk mencukupi hajat hidup dan kebutuhan sekolahnya I Made Ana pun sedari kecil telah ikut terjun langsung membantu perekonomian keluarganya.
Apapun ia lakukan, mulai dari pekerjaan kasar, menyabit padi hingga mengurus ternak sapi orang lain. Semua itu ia lakukan untuk dapat terus bersekolah, karena ia meyakini bahwa ilmu pendidikan lah yang akan dapat mengubah garis takdir hidupnya. Dan siapa sangka, lembar kehidupan yang sungguh susah ituah yang kemudian membentuk karakter I Made Ana tumbuh menjadi anak yang mandiri dan berjiwa berdikari.
Meski kini usaha yang dirintisnya telah sukses dan memperlihatkan hasil yang dinamis, I Made Ana tak lantas berhenti belajar tentang bisnis yang dijalankannnya. Jika diingat lagi masa-masa kecilnya yang pahit. Ia merasa apa yang dicapainya saat ini adalah berkat doa dan harapan yang menjadi kekuatannya untuk terus bertahan dan berjuang, ia yakin akan dahsyatnya kekuatan sebuah doa. Kesuksesan yang tak pernah terpikirkan olehnya, kini dapat diraih, dan berbagai prahara kehidupan dapat diselesaikan dengan doa dan pertolongan Tuhan. Andai saja dulu I Made Ana berpangku tangan atau menyerah meratapi hidupnya, mungkin hal-hal baik dan pencapaiannya saaat ini juga tidak akan terjadi.
2 thoughts on “Berbagi Harapan Untuk Masa Depan”