Wanita Independen Sukses Sebagai Pengusaha Sekaligus Tulang Punggung Keluarga

Wanita Independen Sukses Sebagai Pengusaha Sekaligus Tulang Punggung Keluarga

Komang Suhendrawati sebelum-nya ikut almarhum suami ke Batam untuk bekerja. Saat suami dipindahkan ke Azerbaijan, Ia memutuskan untuk pulang ke kampung halaman. Sesampai di Bali, ia bekerja di toko kain milik kakaknya dahulu, sebagai penjaga toko. Sembari jaga toko, ia berupaya mencari orderan, agar omset toko dan penghasilannya otomatis bertambah. Seiring pengalamannya mengenal ruang lingkup pekerjaan dan para customer, ia merasa mampu untuk mengembangkan toko milik kakaknya yang lain, yang tidak terurus. Setelah memperoleh izin, toko tersebut kemudian ia ambli alih dan mengembangkan usaha.

Setelah berjalan setahun di sebagai penjaga toko, Komang Suhendrawati pindah ke toko kedua yang berlokasi di Jalan Letda Made Putra, yang kini bernama “Dwix Bordir & Sablon Center”. Selain sebagai toko kain, ibu tiga orang anak ini, melihat peluang usaha bordiran yang banyak permintaan, namun saat itu masih sedikit terdapat usahanya. Ia kemudian mengajukan keinginannya untuk memiliki mesin bordir kepada kakaknya. Sang kakak sempat ragu dan menolak, karena idak banyak tahu soal maintenance mesin tersebut nantinya. Namun Komang Suhendrawati tetap pada tujuannya untuk mengembangkan toko dengan melayani jasa bordiran. Ia mulai bergerak sendiri, dengan mencari tahu terlebih dahulu, bagaimana perawatan mesin bordir tersebut.

Baca Juga : Tetap Memfungsikan Intermediasi Meski di Kondisi Pandemi

Wanita kelahiran Buleleng, 20 juni 1973 ini, Akhirnya berhasil membeli dua mesin bordir yang ditempatkan di toko pada tahun 2006 / 2007. Belum setahun, Komang Suhendrawati menambah lagi satu mesin, hingga memiliki delapan mesin. Jasa usaha bordiran tersebut, ia terima dari usaha konveksi – konveksi lain, di samping itu juga melakukan marketing ke kantor – kantor, hotel – hotel yang memerlukan seragam. Seiring berjalan semakin stabil, ia tertantang untuk merambah ke permintaan – permintaan pasar yang berdatangan, seperti permintaan kaos olahraga yang full colour. Daripada permintaan tersebut mubazir dilempar ke usaha orang lain, ia menyanggupi permintaan tersebut, dengan berangkat ke Surabaya, melihat pameran mesin dengan teknik sablon, sekaligus belajar.

Toko yang dikenal dengan nama “Raditya Konveksi” ini, kini kian dikenal, karena mendapat dukungan positif dari masyarakat dan keluarga tentunya. Terlebih saat peristiwa tak terduga menimpanya, Sang Suami yang seharusnya menafkahi keluarga, harus meninggalkan ia dan tiga orang anaknya yang masih kecil-kecil, untuk selama-lamanya pada tahun 2009. Bersyukurnya ia mampu melewati cobaan tersebut dan menjadi single parent yang independen. Tak merepotkan keluarga, bahkan sanggup membiayai keluarga kecil dan mertua, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab almarhum suami.

Raditya Konveksi sampai sesukses ini, tak lepas dari kerja keras Komang Suhendrawati dan seluruh staf, yang terdiri atas tiga shift kerja, pagi. siang dan malam. Wanita kelahiran Banyuatis ini juga belum menutup diri dengan mencari peluang baru atau penawaran kerjasama. Namun ia sempat mengalami pengalaman kurang menyenangkan, dengan salah satu penawaran dari customer yang ingin menggunakan mesin bordirnya. Saat awal – awal pembayaran berjalan lancar, namun kelamaan kualitas komunikasi mulai berkurang bahkan tak bisa dihubungi, pembagian hasil yang harusnya ia terima, harus rugi sebesar 90 juta rupiah. Berangkat dari pengalaman tersebut, berlokasi di Jl. Gn. Batur No.53, Pemecutan, Kec. Denpasar Barat, Raditya Konveksi justru semakin eksis dengan bekerja sama dengan kantor instansi, swasta, hotel, yang hampir melayani semua jenis uniform.

“Saya Harus Ikhlas”
Komang Suhendrawati lahir sebagai anak ketiga dari lima bersaudara, dari kedua orangtua yang merupakan pekerja keras, yakni sebagai pedagang dan petani. Meski dilahirkan di Banyuatis, aktifitas keluarganya banyak dihabiskan di Seririt, begitu juga dengan pendidikan sampai di bangku SMA. Barulah masuk ke bangku kuliah, ia melanjutkan di Denpasar pada fakultas ekonomi di Undiknas.

Baca Juga : Trobosan dan Harapan Baru Untuk Koperasi di Indonesia

Memasuki bahtera rumah tangga, pada tahun 2000, Komang Suhendrawati ikut suami pindah ke Batam. Namun di tengah pekerjaan suami di luar negeri, beliau meninggal dunia. Takdir pun membawa Komang Suhendrawati menjadi ibu sekaligus kepala keluarga yang menafkahi anak – anaknya yang saat itu masih kecil – kecil, di mana yang tertua baru berusia tujuh tahun. Shock sudah pasti mendengarkan kabar tersebut, namun hidup harus tetap dilanjutkan. Upaya pertama yang ia lakukan, ia harus mengikhlaskan yang sudah terjadi, dan memulangkan jenazah suami ke Bali. Selanjutnya, ia harus mengumpulkan tenaganya dan bangkit menjadi wanita petarung demi memenuhi kebutuhan finansial keluarga.

Komang Suhendrawati meyakini apa yang ia perjuangkan, selama itu bertujuan untuk kebaikan, pasti akan diberi jalan oleh Sang Pencipta, meski prosesnya tidak mudah. Bersyukur ia memiliki keluarga yang saling memberi dukungan, atas segala keputusannya dan mengenal dengan baik bagaimana karakternya. Ia memang tidak bisa dengan mudah meminta kepada keluarga, tak peduli itu orangtua. Ia berprinsip, bila ia membutuhkan sesuatu apalagi itu soal finansial, harus ia perjuangkan secara mandiri. Sikap tersebut sudah diturunkan dari orangtua, sehingga tak salah lagi berpengaruh dengan seiring pertambahan usia Komang Suhendrawati.

Kini, Komang Suhendrawati menjadi sosok ibu sekaligus kepala rumah tangga yang tauladan bagi anak-anaknya dan keluarga. Raditya Konveksi berjalan sukses dan masih eksis sampai saat ini. Pencapaiannya tersebut tak lepas dari doa orangtua yang selalu menanyakan kabar, yang semakin memberikan semangatnya untuk terus maju, meski tanpa sosok suami yang mendampingi. Tak hanya menguatkan diri sendiri, Komang Suhendrawati juga menyemangati anak-anaknya, agar tidak minder, apalagi memohon belas kasihan dari orang-orang, hanya karena mereka tidak memiliki ayah. Ia juga meyakini bahwa dirinya mampu menjadi ibu sekaligus ayah untuk mereka. Jadilah anak ceria dan memiliki semangat optimisme untuk menyambut masa depan yang lebih cerah, bila menemukan tantangan, jadikan itu sebagai pembelajaran untuk menjadi pribadi yang lebih kuat daripada sebelumnya.

3 thoughts on “Wanita Independen Sukses Sebagai Pengusaha Sekaligus Tulang Punggung Keluarga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *