Pendidikan hanya sampai di SMA, tak berarti memupuskan harapan I Ketut Budiarta begitu saja untuk menyerah pada nasibnya. Semangatnya justru bisa saja lebih berkobar dibandingkan yang lebih memiliki titel di belakang nama mereka. Ilmu yang dimiliki mungkin tak sebanding, tapi keteguhan tekad untuk menjadi pribadi yang lebih bersyukur, seiring dengan karir yang semakin matang.
Tak ada ‘warisan’ sebagai pedagang yang diturunkan dari orangtua kepada I Ketut Budiarta. Ia menyelami usahanya dari nol, baik itu dari segi ilmu dan pengalaman, terlebih modal sebagai pembuktian fisik usaha. Lulusan dari sekolah pariwisata ini pun tak lantas berkiprah di dunia yang mengarumkan pulau Bali sebagai destinasi wisata, ia justru lebih tertarik saat mendapatkan ilmu marketing atau menjual produk perusahaan. Namun di usia remaja tersebut, dalam benaknya sudah terpikirkan, mengapa ia harus sukses menjual produk perusahaan, bukan produk dari usahanya sendiri. Rumusan permasalahan tersebutlah yang mendorongnya mencari tahu lebih banyak, bagaimana caranya agar sukses berdiri di kaki sendiri.
Kemauan untuk belajar hal baru dan pandai membaca situasi, bagi Ketut Budiarta merupakan akar dari kesuksesannya membangun usaha di bidang grosir dan sembako bernama “Toko AA”. Bila tidak menerapkan demikian, akan banyak hambatan yang ditemui kedepannya dan tak terkondisikan dengan baik. Seperti halnya di pariwisata, bagaimana ia memiliki pengalaman bekerja di bar dan restoran, yang berupaya meng-handle complain dari customer, begitu pula dalam bisnis yang dimiliki sendiri saat ini, ia harus lebih ekstra bekerja dikarenakan tanggung jawab yang sepenuhnya kini ada di pundaknya.
Baca Juga : Tetap Menjaga Kualitas Sebagai Prioritas
Berlokasi di Jl. Kecubung No.22 Semarapura Klod, Klungkung, Ketut Budiarta memberanikan dirinya membangun usaha. Ilmu dan pengalamannya ia latih secara perlahan, dari meminjam modal untuk membeli tanah, membeli barang, hingga memperluas area usaha, ia lakoni murni dari kerja kerasnya sendiri, tanpa melibatkan warisan apapun, hanya dukungan dan doa yang ia andalkan dari keluarga untuk kelangsungan usaha kedepannya.
Masa kecil Ketut Budiarta dari orangtua sebagai petani dan pedagang di daerah Kusamba, Klungkung, sudah terbiasa berteman dengan pekerjaan-pekerjaan yang diberikan orangtua hal ini bertujuan agar ia mulai mengenal adanya ‘beban’ tanggung jawab dalam keluarga, sejak dini. Mulai di pagi hari, bila tidak besekolah, ia yang masih di kelas I SD saat itu, harus mencari rumput untuk sapi. Pulang sekolah ia kembali ke sawah, tak kenal panas atau hujan, ia harus membantu pekerjaan orangtua. Pergaulannya pun hanya seputaran anak petani dan anak nelayan, di mana anak bungsu dari delapan bersaudara ini, juga terbiasa melakoni pekerjaan sebagai pencari ikan, demi menutupi kebutuhan ekonomi.
Baca Juga : Pertahankan Karya Tradisi Kian Eksis dengan Bisnis Tekstil Tenun Songket & Endek Bali
Selain harapan orangtua, di usia yang semakin bertambah, diharapkan ia tumbuh menjadi pria yang tak lari dari kewajibannya sebagai pemberi nafkah untuk istri dan anak-anaknya kelak.
Setelah bekerja di restoran, kemudian berlayar selama 10 tahun. Dengan target yang telah ditentukan, ia memutuskan untuk berhenti demi istri dan anak – anak. Ketut Budiarta sempat kebingungan pekerjaan apa yang akan ia ambil selanjutnya. Akhirnya timbul gagasan untuk membangun usaha di bidang grosir dan sembako dari uang pensiun yang ia manfaatkan menambah modal usaha. Ia, istri dan anak – anaknya pun bergotong berbagi tugas saat merintis usaha, karena belum sanggup membayar karyawan.
Kini Toko AA yang sukses dan diminati masyarakat, yang tak pernah absen ada dalam doa Ketut Budiarta akhirnya terjawab sudah. Rasa syukurnya pun tak bisa ia sembunyikan, segala pujian dan ucapan terimakasih, ia panjatkan kepada Sang Pencipta dan para leluhur, sebagai keyakinan orang Hindu Bali. Sisanya ia tak mau hanya menyatakannya lewat kata-kata saja, dalam segala perbuatan ia berupaya selalu berada di jalur yang positif dan sebaik – baiknya mampu bermanfaat bagi banyak orang. Niscaya bila disertai dengan kemauan untuk berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya yang lebih menantang dan diselaraskan dengan doa, proses tersebut suatu saat nanti akan menjawab afirmasi positif tersebut dengan kesuksesan.