Cerita di balik pendirian Koperasi Kerta Yuga Sedana dimulai saat I Made Sukerta, S.E masih berstatus karyawan di PT. Astra International sudah menargetkan langkah kedepannya ketika sudah pensiun dari perusahaan tersebut dengan kembali ke kampung halamannya di Desa Beraban, Kab. Tabanan dan berencana merintis sebuah lembaga koperasi, dengan hanya berdasarkan alasan sembari mengisi kesenjangan waktu dengan kesibukkan baru. Namun ternyata saat mengurus izin dengan rekan dekatnya Dewa Made Indra, yang saat itu merupakan Kepala Dinas Provinsi Bali, ia mendapatkan masukan yang lebih serius dan menantang baginya. Ia diamanahkan untuk membangun koperasi yang tak hanya bermanfaat warga desa Beraban, tapi kenapa tidak sekaligus mengukur kemampuan membangun koperasi yang merangkul masyarakat berskala provinsi.
Orangtua Made Sukerta, yang berbekal pendidikan sampai SMP hanya mampu memobilisasi ekonomi keluarga dari berprofesi sebagai peternak. Meski dibalik kesederhanaan pekerjaan tersebut, sukses menggiring masa depan pendidikan Made Sukerta lebih mujur, hingga bangku kuliah di Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana. Ia kemudian sempat bekerja di perusahaan kontraktor dan PT. Astra International pada posisi supervisor, sembari mengelola usaha peternakan ayam orangtua.
Baca Juga : Optimis Membentangkan Layar Semangat Untuk Masa Depan Industri Pariwisata
Sebelum memasuki masa pensiun sebagai karyawan swasta, pria kelahiran Tabanan, 26 September 1958 ini, sudah menyiapkan strategi untuk mengisi waktu dalam hidupnya agar tetap produktif di masa tua. Bukan merintis toko atau usaha kuliner yang ia pilih, seperti orang kebanyakan. Melainkan lembaga keuangan koperasi yang bisa dikatakan masih disangsikan kehadirannya di tengah masyarakat. Apakah koperasi benar-benar bisa membantu nasabah dalam urusan pengelolaan keuangan atau hanya menjadi bagian formalitas saja dari struktur desa atau perkotaan.
Skeptis masyarakat soal lembaga keuangan sejenis koperasi tak dipungkiri sempat menjadi perdebatan hati dan logika Made Sukerta sebelum mendirikan koperasi, karena tantangannya memang beda daripada yang lain. Lebih kompleks dan membutuhkan persistensi dalam menghadapi polemik di tengah masyarakat. Kendati demikian, ia tak mau terpaku dengan hal – hal yang membuatnya pesimis, justru harus fokus mengembalikan reputasi positif koperasi sebagai lembaga yang paling bersahabat untuk masyarakat.