Pembangunan ekonomi mandiri melalui lembaga keuangan milik desa seperti LPD memiliki banyak manfaat, termasuk kepemilikan bersama dan pengambilan keputusan. Karena pada hakikatnya LPD milik desa dikendalikan bersama oleh semua anggotanya dan setiap krama di dalamnya memiliki hak suara yang sama dalam setiap keputusan yang dibuat. Salah satunya LPD Desa Adat Bukih
Struktur demokrasi ini memungkinkan distribusi kekuasaan dan sumber daya yang lebih adil, serta rasa kebersamaan yang lebih besar dengan tanggung jawab bersama.
Dengan karakter kinerjanya ini, LPD dapat menjangkau membantu individu dan masyarakat mencapai aspirasi ekonomi, sosial dan budaya di wilayah mereka.
Hal itu jugalah yang menjadi landasan Lembaga Perkreditan Desa / LPD Desa Adat Bukih’ berdiri. Tujuannya tak lain adalah untuk tercapainya pemerataan ekonomi dan pengembangan infrastruktur di desanya.
Adalah seorang putra daerah bernama I Nengah Wates yang saat ini menjadi sosok pimpinan ‘LPD Desa Adat Bukih’. Dengan niat tulus untuk membangun tanah kelahiran tercinta, ia pun kemudian melaksanakan dharmanya menahkodai lembaga keuangan ini yang dimulai pada tahun 2018.
Baca Juga : Jejak Kesuksesan Perempuan Bali Mandiri, Transformasikan Warung Sederhana Menjadi Restoran Bertaraf Dunia
I Nengah Wates sebenarnya telah terjun langsung dalam pengelolaan LPD ini sedari tahun 2001 sebagai staff analisis lembaga.
Namun transisi kepemimpinan yang terjadi kemudian mendatangkan sebuah amanah dari pimpinan sebelumnya yang merekomendasikannya untuk memimpin laju LPD ini, yang kemudian berjalan beriring dengan dukungan krama dan bendesa dengan cara mufakat.
Dengan langsung mengorganisir lembaga kemasyarakatan ini memberikannya banyak pelajaran menyangkut industri keuangan dan simpan pinjam, meskipun latar belakang I Nengah Wates sejatinya adalah seorang petani dan pedagang.
Karena mengelola LPD menurutnya bukan menyangkut keuntungan individu, namun keguyuban untuk dapat maju bersama.
Hal tersebut menjadi mindset dan juga visi bagi I Nengah Wates dalam menjalankan amanah kinerjanya, sehinggga sikap disiplin juga integritas pun dapat terbentuk.
Berbicara tentang kunci suksesnya mengelola lembaga LPD ini, I Nengah Wates tetap condong dan menyesuaikan arah kebijakannya dengan kondisi kebutuhan masyarakat diwilayahnya. Seperti prosedur yang sederhana, proses yang singkat dan pendekatan personal yang menjadi faktor paling esensial untuk terus menumbuhkan kepercayaan dari berbagai lapisan masyarakat.
I Nengah Wates juga meyakini bahwa kedekatan sosial dan emosional yang terbangun lewat komunikasi dan karakter yang adaptif dapat menjadi kekuatan dan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja ‘LPD Desa Adat Bukih’ terus dinamis dan berdaya saing.
Baca Juga : “RSUD WANGAYA” Transformasi Besar-Besaran Setelah Hampir Satu Abad Berdiri
Pembenahan demi pembenahan terkait pelayanan pun dilakukan I Nengah Wates untuk mengimbangi laju pertumbuhan industri global saat ini. Program-program yang dijalankan pun terus di pantau dan diselaraskan dengan isu-isu nasional yang ada, terlebih dalam warsa terakhir Indonesia harus berhadapan dengan situasi pandemi yang berdampak pada kemerosotan perekonomian di segala lini dan industri, termasuk Bali.
Peningkatan baik dari segi pelayanan hingga sistem kinerja pun kini semakin bergerak dinamis seiring dengan tumbuhnya daya gabung masyarakat yang semakin terkonsolidasi.
Memang butuh proses dalam penitian dan adaptasi ritme kinerjanya, Namun dengan kegigihan dan komitmen yang kuat, I Nengah Wates membuktikan bahwa niat baik jika dileburkan dengan kerja keras akan berbuah manis pada waktunya.
Ia pun meyakini bahwa perjalanannya membawa ‘LPD Desa Adat Bukih’ hingga sampai di titik ini tidaklah lepas dari sinergitas tokoh masyarakat, struktur pemerintahan desa dan seluruh krama yang menjadi unjung tombak pengorganisiran lembaga ini, sehingga program-program yang dihadirkan pun dapat selalu mengena dengan kebutuhan masyarakat desa itu sendiri dan berjalan seiring dengan kontribusi bersama.
I Nengah Wates lahir dan dibesarkan di tengah keluarga yang terbilang serba pas – pasan. Ayahanda berprofesi sebagai petani tulen dan ia pun telah ditinggal oleh sosok ibunda tercinta saat ia masih kanak kanak.
Alhasil ayahanda menjadi sosok wali tunggal yang tanpa Lelah mencukupi hajat hidup ke tujuh anaknya. Kehidupan masa kecilnya yang sungguh susah, memaksanya untuk turut membantu pergejolakkan ekonomi keluarga dengan turut bekerja sejak dini agar dapat memenuhi hajat hidup keluarga dan pendidikannya. Mulai dari membantu orang tuanya bekerja di ladang, mengurus hewan ternak atau menjadi pekerja serabutan harian.
Meski terus dihadapkan dengan keadaan hidup yang begitu susah, tak pernah sekalipun I Nengah Wates mengeluh. Karena ia tahu betul perjuangan ayahanda yang terseok-seok untuk mencukupi hajat hidup dan pendidikan anak-anaknya.
Sehingga suri tauladan ayahandanya itu menjadi energi pendorong bagi dirinya untuk selalu bersungguh-sungguh jika itu menyangkut dengan urusan pendidikan. Jerih payah dan kegigihan I Nengah Wates dalam menuntut ilmu akhirnya terbayar saat ia berhasil menamatkan pendidikan formal hingga tingkat SMA.
Mungkin lembar kehidupan dan perjalanan kehidupannya inilah yang kemudian membentuk karakter berdikari dan jiwa sosial I Nengah Wates, hingga kini niatnya semakin kuat untuk dapat terus menyokong pertumbuhan ekonomi masyarakat diwilayahnya melalui laju lembaga LPD yang diamanahkan kepadanya.
Semakin berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini khususnya di bidang industri keuangan, menyebabkan banyak persoalan dan tuntutan di dalamnya. Hal ini dapat berpengaruh pada proses pencapaian tujuan lembaga atau perusahaan yang dilakukan oleh pelaku masing-masing industri.
Masalah internal yang terjadi dapat bermacam-macam yang dapat disebabkan oleh tidak hanya faktor lingkungan saja melainkan juga faktor dari sumber daya manusianya sendiri.
Namun terlepas dari itu, I Nengah Wates meyakini bahwa hidup bukan hanya tentang pemberian, tetapi juga ada amanah untuk dipertanggungjawabkan. Karena itu dalam menjalani hidup harus ada sikap kehati-hatian, setiap insan tidak boleh lupa bahwa hidup tidak akan berjalan tanpa adanya instruksi dan instruki paling baik adalah instruksi yang datangnya dari hati.