Bila biasanya kepemimpinan badan usaha ekonomi atau Lembaga Perkreditan Desa (LPD) didominasi oleh gen laki-laki, di LPD Desa Pakraman Darmasanmata tampil beda. Digawangi oleh Ni Ketut Puji, wanita asal Desa Pupuan, Kota Tabanan, kelahiran 23 Mei 1965. Ia memiliki latar belakang keluarga dari ekonomi sederhana, yang cukup untuk meluluskannya sampai SMA. Setelah itu langsung bekerja di sebuah percetakan di area Tohpati, Denpasar. Hingga perubahan drastis terjadi padanya, dari menyandang status karyawan kemudian ia beralih sebagai Pemucuk LPD Desa Pakraman Darmasanmata yang berdiri tahun 2003.
Sebelumnya LPD Desa Pakraman Darmasanmata dipimpin oleh Ketut Rai Mulyana, setelah beliau tutup usia, LPD sempat mengalami kekosongan kepemimpinan dan vakum di tahun 2012. Bendesa Adat kemudian mengarahkan agar LPD dikelola kembali dan dari dinas terkait di Gianyar pun mendukung hal yang sama, karena LPD Desa Pakraman Darmasanmata juga memiliki kinerja dan tergolong LPD yang sehat. Jadi sayang untk tidak diteruskan kiprahnya menjembatani masyarakat dalam hal keuangan.
Dari sekian kandidat yang digadang-gadangkan menjadi Pemucuk LPD Desa Pakraman Darmasanmata, akhirnya terpilihlah Ni Ketut Puji. Padahal dilihat dari segi usia dan pengalaman, ada yang lebih muda dan berprestasi. Namun, mereka enggan untuk bergabung dengan LPD, karena kondisinya juga harus kembali lagi dari nol, ngayah atau bekerja secara sukarela menjadi fondasi awal untuk membangkitkan lagi LPD Pakraman Darmasanmata.
Sesuai dengan kapasitas kemampuannya, Ni Ketut Puji mengisyaratkan perfomanya di lembaga keuangan tersebut. Ia juga mempelajari wasiat berupa buku harian kerja milik almarhum yang rutin ia baca, namun ia akui masih kurang dimengerti. Berdoa kepada Sang Pencipta hingga memohon petunjuk kepada almarhum seolah menjadi upaya akhir untuknya membuka jalannya. Akhirnya berkat ketenangan hatinya dalam berdoa, bersambut dengan ‘kedatangan’ almarhum di dalam mimpi Ni Ketut Puji. Di alam bawah sadarnya, ia mengungkapkan dirinya tak bisa apa-apa di LPD ini, apalagi soal penyusunan neraca. Almarhum kemudian meyakinkan Ni Ketut Puji, untuk menjalankan saja kewajibannya, seiring waktu dan pengalaman, pasti berhasil. Beliau juga memberikan sebuah uraian tulisan kepadanya, entah bagaimana melalui mimpi tersebut, ia bisa memahami maksud dari tulisan almarhum.
Pembelajaran Ni Ketut Puji berlanjut dengan berguru dari salah satu rekan LPD Adat Buruan, namun hanya satu hari saja. Setelah mencoba melatih diri membuat neraca percobaan, ia sudah berhasil ‘menaklukan’ ilmu tersebut, yang biasanya dibutuhkan satu minggu untuk memecahkannya. Alhasil Ni Ketut Puji, kini semakin mantap mendampingi masyarakat Desa Darmasanmata yang terdiri atas 37 kepala keluarga ini, memberi pelayanan terbaik dan menggeliat dalam manajemen ekonomi.
Di awal memegang LPD Desa Pakraman Darmasanmata, masih beraset Rp. 300 juta, kini kurang lebih sudah mencapai aset Rp. 2 miliar. Pencapaian ini tak lain berkat partisipan masyarakat dan tim LPD, diantaranya ada suami, yang lebih dulu bertindak sebagai Pengawas sekaligus Kelihan Adat. Sekretaris oleh Ni Wayan Susilawati dan Bendahara pada Ni Kadek Fitriani, yang juga diperankan juga oleh perempuan. Hal ini membuktikan gerakan feminisme tak hanya terekspos di ranah publik level kota, tapi juga masifnya sosok perempuan dalam kegiatan menyama braya di Bali, juga mampu berhasil dalam kepemimpinan strategis di organisasi dan kelembagaan desa.