“MENGANDALKAN KEKUATAN DOA” Sikap dan Pelayanan yang Baik, Menguatkan Kepercayaan

“MENGANDALKAN KEKUATAN DOA” Sikap dan Pelayanan yang Baik, Menguatkan Kepercayaan

Banyak kata bijak yang mengatakan, bahwa doa itu sari patinya ibadah. Apabila ibadah tanpa diiringi doa, sama halnya seperti buah tanpa isi. Ya, sebagai makhluk ciptaan yang beriman, doa adalah kekuatan ampuh. Nilai spiritualnya mampu di akomodir sebagai kompas hidup. Kekuatan batin, pembuka pintu rezeki serta jalan menuju keberkahan menjadi sebuah hal yang bisa dirasakan. Pada hakikatnya, doa adalah sebuah harapan. Segala yang tidak mungkin akan menjadi mungkin atas kehendak-Nya.

Refleksi kebatinan itu turut diamini dalam tindak-tutur salah satu sosok perempuan hebat dalam menjalani setiap tugas serta kewajibannya sehari-hari. Siapa kah sosok perempuan asli Bali itu?. Ni Nyoman Sri Ani menjadi salah satu orang yang turut masuk dalam hitungan perempuan hebat dan mandiri. Dalam karir, beliau cukup menarik perhatian. Selain sibuk mengurus pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan keterlibatan aktif dalam lingkup sosial sebagai masyarakat adat di Banjar Dinas Dalang Desa, ia adalah salah satu aktor dibalik berdirinya Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Adat Dalang Pondok.

Sudah beberapa tahun terakhir bahkan hingga saat ini, lembaga tersebut masih dipimpin oleh Ni Nyoman Sri Ani. Ia satu-satunya perempuan yang telah mendapatkan kepercayaan untuk menahkodai LPD Desa Adat Dalang Pondok agar tetap hadir memberi dampak baik bagi kebutuhan serta kemajuan perekonomian warga adat di sekitar tempat tinggalnya. Menjalankan tugas dengan sepenuh hati, tertib atau disiplin, mengedepankan sikap yang baik, serta konsisten menjalankan setiap tugas yang ia emban, menjadi karakter yang sangat kuat tentang sosok Ni Nyoman Sri Ani. Tak hanya itu, Ibu dua anak ini memiliki sifat yang ramah dan selalu menebarkan keceriaan kepada siapa saja. Karakteristik itu pula turut menjadi nilai penting di tengah lingkup masyarakat tempat tinggalnya.

Baca Juga : Lewat Tangan Kreatif Putu Mahendra Sukses Dorong Geliat Industri Pariwisata yang Bermanfaat Bagi Lingkungan

Dan sebagai pemimpin, ia tidak menampik bahwa kesederhanaan serta kerendahan hati yang diimbangi dengan dukungan perjalanan spiritual hidup untuk selalu bersyukur dan berbuat baik, akhirnya mampu membuahkan hasil yang sepadan. Bahkan lebih dari apa yang diinginkannya. “Adanya campur tangan Tuhan, membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, menguatkan setiap langkah menjadi nyata dan sejahtera. Dan itu turut saya rasakan,” ungkap Ni Nyoman Sri Ani dengan penuh keyakinan, saat ditemui disela kesibukannya.

Perempuan yang akrab disapa Ibu Intan itu juga menceritakan, bagaimana kekuatan doa mampu membukakan jalan ditengah kesulitan dalam perjalanan hidupnya. Tekanan ekonomi yang menghantam bahtera rumah tangga, terkendala biaya berobat ketika mertua sedang sakit, sementara dilain sisi Ibu Intan harus membayar cicilan Bank serta harus banting tulang memenuhi kebutuhan anak-anaknya yang sedang kuliah, merupakan ujian hidup yang pernah ia lalui.

Namun baginya, hanya doa yang bisa menjadi sandaran utama. “Jujur, siapa pun pasti pernah mengalami masa-masa sulit. Banyak sekali masalah yang datang, apalagi ketika masa pandemi. Pernah juga pada saat Ngaben mertua laki-laki, saya hanya ada uang tiga juta rupiah, tapi total acara itu bisa sampai dua puluh juta rupiah. Darimana saya bisa dapatkan uang sebanyak itu. Namun, di tengah kebimbangann itu, ternyata banyak yang membantu untuk kelancaran acara. Dan bagi saya, itu semua adalah kekuatan doa. Hanya dengan doa, saya mampu melewati badai masalah itu. Saya selalu berdoa meminta untuk diberikan kekuatan untuk bisa menghadapi itu semua,” kenangnya.

Pengalaman lain yang juga turut ia rasakan adalah tentang perjalanan kehidupannya semasa kecil hingga dewasa dan bertemu dengan banyak pengalaman kerja di usianya saat muda, turut memberi banyak penempaan hidup yang sangat berarti. Terlahir di tengah keluarga petani, membentuk perilaku serta hidup yang sederhana. Meski kedua orang tua sebagai petani di Dusun Munduk Juwet, Kecamatan Penebel yaitu I Ketut Sumada dan Ni Nengah Nitri (alm) , mampu membesarkannya dengan penuh cinta dan perhatian. Sebagai anak perempuan, Ibu Intan menjadi salah satu orang yang beruntung bisa mengecap pendidikan hingga menamatkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA 1 Tabanan. Kemandirian kian terbentuk dari pola asuh keluarga dan ia pun sudah mulai mencari pengalaman kerja sejak tamat SMA. “Jujur saja, saya lebih dekat dengan ibu saya. Saya mendapat banyak pelajaran darinya. Jiwanya yang tangguh tampak di keramahannya, rajin sekali bekerja dan suka membantu orang lain. Kami selalu disuguhkan dengan masakan yang enak setiap hari. Sosok beliau selalu saya ingat dan apa yang melekat padanya, saya pelajari sepanjang hayat,” ujar Ibu Intan.

Baca Juga : “SIAP MENGEMBAN TANGGUNG JAWAB” Rumah Sakit Mata Bali Mandara Siap Memberikan Pelayanan Terbaik

Seiring berjalannya waktu, pada sebuah kesempatan yang baik di tahun 2004, Ibu Intan mendapat kesempatan untuk bekerja di LPD Desa Adat Dalang Pondok sebagai pengurus. Gonjang-ganjing soal turut ia rasakan saat bekerja di lembaga tersebut dan mengharuskan Ibu Intan untuk mengisi posisi sebagai bendahara, menggantikan pengurus sebelumnya. Sejak menjabat di posisi itu lah, ia diminta sekaligus diberikan kepercayaan sepenuhnya untuk mengelola LPD tersebut. Hal yang patut ia syukuri kerena bisa dipercaya, namun disisi lain belum terlalu yakin dengan kapasitas diri. Terlebih, bukan sebuah pekerjaan yang mudah untuk mengembalikan kondisi lembaga keuangan yang sempat terjatuh. Terlebih lagi, untuk menjaga kepercayaan masyarakat yang telah lama menabung di lembaga desa adat itu.

“Ya, saya harus berusaha mengembalikan kepercayaan masyarakat agar tetap menabung di LPD ini. Kemudian untuk urusan kredit yang lama dari anggota, kami meminta untuk dibayarkan kembali, kemudian tabungannya dikembalikan tanpa bunga atau pokoknya saja. Intinya bagaimana pun caranya agar LPD kami ini masih tetap berjalan. Ya syukurnya pengalaman saya menjadi Bendahara adat selama 10 tahun adalah pembuktian profesionalitas saya dalam bekerja. Paling tidak dengan begitu bisa membayar semua ketidakpercayaan masyarakat. Dan astungkara, semuanya bisa saya buktikan. Karena jujur saja, saya sebenarnya tidak percaya diri mendapat mandat sebagai kepala LPD, apalagi diminta untuk bicara di depan umum. Namun saya buktikan dengan perbuatan yang baik dan pelayanan yang menguatkan kepercayaan,” tegas Istri dari I Made Mustika ini.

Sekarang, LPD Desa Adat Dalang Pondok berlahan mulai berjalan dengan baik. Meski dimulai dengan pembukuan yang baru dengan pungutan biaya Rp.10.000 per kepala keluarga, LPD tersebut menunjukan perubahan yang signifikan. “Kami memiliki anggota 84 kepala keluarga. Lalu pokok awal menabung dengan iuran 500 ribu dikalikan 84 kepala keluarga menjadi sekitar empat puluh juta rupiah. Nah uang inilah yang dikelola kembali bersama di LPD dan sekarang. Tentu harapan kedepan untuk LPD ini adalah lebih maju dan berkembang untuk terus memberikan yang terbaik kepada masyarakat. Apalagi masyarakat disini kebanyakan berprofesi sebagai petani,” tutup perempuan kelahiran Munduk Juwet, Tabanan, 9 Juli 1976 itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *