Drs. I Made Sila, M.Pd tidak hanya mewarisi kebijakan ayahnya, tetapi juga melangkah lebih jauh dengan melibatkan diri dalam berbagai aspek masyarakat. Dari dunia pendidikan hingga organisasi desa, dari kegiatan ngayah hingga beternak, Drs. I Made Sila, M.Pd menjelajahi perannya dengan penuh semangat dan integritas. Tidak hanya mengejar kesuksesan pribadi, tetapi juga berkontribusi besar untuk kemajuan desa.
Menulis kisah para pengabdi desa adat di Bali, rasanya belum lengkap tanpa menampilkan jejak orangtua mereka. Pengabdian dalam bermasyarakat biasanya diturunkan dari generasi sebelumnya, yang telah berpengalaman menghadapi tantangan internal serta eksternal, terlebih menjaga kerukunan masyarakat yang dijumpai sehari-hari. Kisah dari Drs. I Made Sila, M.Pd sendiri yang lahir di Banjar Semaon, Desa Puhu, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, dibesarkan oleh orangtua yang bekerja sebagai petani yang berjuang dalam kondisi ekonomi pada tahun 1970an. Selain aktif di bidang pertanian, ayahnya, I Made Rayem (alm) juga menjabat sebagai prajuru desa, lebih tepatnya sebagai Kepala Dusun, sejak sebelum beliau menikah.
Pada tahun 1972, ayah Drs. I Made Sila, M.Pd memutuskan untuk mundur dari jabatan Kepala Dusun. Berselang empat tahun setelah keputusan tersebut, tahun 1976 beliau terpilih sebagai Bendesa Adat, sebagai bukti jiwa kepemimpinannya memang diakui dan pantas menjadi seorang pemimpin di kalangan masyarakat.
Drs. I Made Sila, M.Pd merupakan anak laki-laki satu-satunya dari empat bersaudara. Kondisi ini menjadikannya memiliki tanggung jawab yang besar dan dilarang untuk meninggalkan rumah, sebab ia sudah ditetapkan untuk mengemban tanggung jawab. Pertama, ia bertanggung jawab merawat orangtua, kedua, berperan aktif sebagai warga desa, subak dan banjar.
Sejak masa kecil, disamping kegiatannya bersekolah, Drs. I Made Sila, M.Pd disibukkan dalam aktivitas beternak itik. Dari rutinitasnya tersebut, ia pun tak berpikir sama sekali untuk bekerja sebagai pegawai, apalagi guru. Karena ia mengetahui gaji guru dalam satu bulan saat itu, sebanding dengan penghasilannya selama seminggu dalam beternak itik. Namun, suatu ketika ia termotivasi untuk melanjutkan kuliah ketika teman dekatnya yang baru datang dari Singaraja, mengeluarkan gurauan. Gurauan tersebut mengaitkan status temannya yang sudah menjadi mahasiswa, dengan dirinya yang hanya sebagai peternak itik. Meskipun sambil bercanda, apa yang dikatakan temannya membuat Drs. I Made Sila, M.Pd termotivasi, sementara ini ia mungkin masih mendapatkan penghasilan dari beternak itik, namun ia meragukan kecukupan pendapatan itu untuk memastikan masa depannya.
Baca Juga : Jejak Kesuksesan Perempuan Bali Mandiri, Transformasikan Warung Sederhana Menjadi Restoran Bertaraf Dunia
Termotivasi Gurauan Teman
Dengan tekad untuk meraih pendidikan lebih tinggi, Drs. I Made Sila, M.Pd menjual seluruh itiknya sebanyak 75 ekor dan mengumpulkan dana sebanyak Rp. 225 ribu untuk mendaftar kuliah di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja pada Program Pendidikan Matematika. Namun, hasil seleksi menunjukkan ia lulus pada Program Pendidikan PPKN. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia langsung diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ditempatkan di Flores pada tahun 1984, di Sekolah Tinggi Teologi Katolik. Di sana, ia mengabdikan diri selama sekitar sembilan tahun. Kemudian, seperti yang disinggung di awal, sebagai anak laki-laki satu-satunya ia diminta oleh orangtua untuk segera pulang dan menikah. Akhirnya, Drs. I Made Sila, M.Pd kembali ke kampung halamannya dan pindah bekerja sebagai Dosen Pendidikan PPKN di Universitas Dwijendra. Dengan kepadatan aktivitas di desa, Drs. I Made Sila, M.Pd memilih untuk bolak-balik antara Gianyar dan Denpasar.
Seiring berjalannya waktu, Drs. I Made Sila, M.Pd terus menunjukkan integritas diri dalam karirnya. Prestasinya diakui dan akhirnya ia ditunjuk sebagai Wakil Rektor II Bidang SDM dan Keuangan Universitas Dwijendra. Sebagai praktisi pendidikan, Drs. I Made Sila, M.Pd terlibat dalam kerjasama Universiyas Dwijendra dengan Indonesia – Japan Research Institute dalam memperkenalkan berbagai bahan obat dari tanaman produk pertanian yang berbasis usada herbal tradisional Bali, atau dalam lontar Bali bernama Taru Pramana.
Drs. I Made Sila, M.Pd yang mewakili Universitas Dwijendra juga menginformasikan, bila ada generasi muda yang berminat bekerja di Jepang, bisa mendapatkan pendidikan dan pelatihan di Universitas Dwijendra untuk dikirim menjadi tenaga kerja setiap tahunnya. Universitas Dwijendra juga bekerjasama dengan agen-agen luar negeri dalam konteks penyaluran tenaga kerja.
Dalam bermasyarakat, Drs. I Made Sila, M.Pd pernah menjabat sebagai Bendesa Adat selama lima tahun. Saat ini, ia memiliki peran penting sebagai bagian dari Kerta Desa, yang bertugas mengadili ketika terjadi permasalahan di desa. Di subak, Drs. I Made Sila, M.Pd menjabat sebagai Ketua Pengritik, yang mewakili tempekan, dengan tugas membuat analisis-analisis tentang organisasi subak dapat berjalan dengan optimal.
Dari perannya yang semakin diakui masyarakat, Drs. I Made Sila, M.Pd tak begitu kesulitan dalam pendirian Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sari Parama Dana sebagai penunjang Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di desa yang menghadapi masalah, terutama terkait banyaknya kredit yang macet. Di tengah kekhawatiran bahwa LPD mungkin akan tutup, timbul pertanyaan tentang bagaimana cara mengelola uang mereka. Dalam menghadapi kondisi tersebut, Drs. I Made Sila, M.Pd mengambil keputusan untuk mendirikan KSP Sari Parama Dana. Pendirian koperasi ini bertujuan untuk saling mendukung antara lembaga koperasi dengan LPD sekaligus memperbaiki manajemen yang ada.
Di awal tidak ada tantangan signifikan terkait kepercayaan masyarakat terhadap koperasi ini. Dengan modal awal sebesar Rp. 25 juta, kini KSP Sari Parama Dana terus mengalami pertumbuhan pesat, hingga memiliki aset mencapai Rp. 11 miliar. Keberhasilan ini menunjukkan dedikasi dan komitmen Drs. I Made Sila, M.Pd dalam memberikan solusi nyata bagi permasalahan di komunitasnya.
Menjalani peran yang sangat beragam, Drs. I Made Sila, M.Pd tidak hanya berperan sebagai praktisi pendidikan, tetapi juga memimpin lembaga keuangan, berpartisipasi dalam kegiatan ngayah di organiasai desa, dan bahkan mengisi waktu luangnya dengan beternak babi. Keberagaman perannya mencerminkan komitmen dan kontribusinya yang luas dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat dan pengembangan diri secara holistik.
Dalam melandasi aktivitasnya, Drs. I Made Sila, M.Pd tak pernah melupakan pesan dari ayah yang paling diingat adalah, “Jika kamu mendapat tanggung jawab memimpin, jangan pernah terjerumus dalam tindakan korupsi atau menyalahgunakan uang organisasi atau banjar. Sebab, begitu kamu menggunakan uang tersebut, kamu seakan-akan berhutang kepada seluruh anggota dan masyarakat. Jika kamu tidak memiliki uang, lebih baik pinjamlah dari satu orang saja. Dengan begitu, kamu hanya berhutang pada satu individu. Jaga integritas dan kepercayaan yang telah diberikan, karena itu merupakan pondasi utama kepemimpinan yang kokoh”.