Di usia dr. Bagus Gede Krisna Astayogi yang tergolong masuk dalam kriteria wirausahawan muda yakni 29 tahun, ia telah stabil dengan usahanya yang tak jauh dari lingkungan pekerjaannya “Apotek Hari Farma”. Di tengah marak bermunculnya fasilitas kesehatan untuk bertipe klinik pratama dan medical tourism, pria kelahiran Denpasar ini, memilih fokus dengan pelayanan kesehatan yang tak kalah berinovasi kepada masyarakat lokal.
dr. Bagus Gede Krisna Astayogi lahir sebagai anak pertama, dibesarkan oleh orangtua yang memiliki karakter yang berbeda, almarhum ayahnya “Bhagawan Hari” merupakan sosok yang spiritual, tenang, berprinsip dan efektif. Sedangkan ibu, lebih komunikatif dan pandai dalam manajemen keuangan rumah tangga. Dalam pengaruh kedua karakter tersebut, tumbuh rasa kagum kepada orangtua sebagai putra, karena berkat didikan mereka, ia menjadi pribadi yang mandiri dalam menentukan pencapaian seperti apa yang ia inginkan terjadi di masa depan.
Baca Juga : Tantangan Tanamkan Rasa Memiliki Dari Masyarakat Untuk Pasar Tradisional
Kehidupan di masa kecil dr. Bagus Gede Krisna Astayogi bisa dikatakan tidak selalu terpenuhi seratus persen, apalagi menyangkut keinginannya untuk membeli mainan seperti yang dimiliki teman-teman sepermainannya. Ia ingat sekali kejadian itu saat ia masih bersekolah di lingkungan yang rata-rata berasal dari ekonomi menengah keatas. Bersyukurnya, prestasinya di sekolah yang sebagian besar meraih juara pertama di sekolah, mampu menyelamatkan keinginannya untuk membeli barang kesukaan. Seiring bertambahnya usia, barulah ia memahami bahwa pencapaian terpentingnya saat itu adalah agar tetap bersemangat melanjutkan sekolah. Setelah lulus SMA, dr. Bagus Gede Krisna Astayogi kemudian melanjutkan ke bangku kuliah di salah satu perguruan tinggi di pulau Jawa.
Sadar akan dirinya dahulu juga berangkat dari latar belakang ekonomi sederhana, dr. Bagus Gede Krisna Astayogi lantas mendirikan usahanya sendiri “Apotek Hari Farma” yang lebih banyak fokus memberi pelayanan utama kepada masyarakat lokal menengah dan menengah ke bawah. Sebagai pemberi jasa kesehatan, sudah seharusnya pekerjaan tersebut didasari dengan rasa tulus dan passion dalam menolong sesama atau beretika dalam menjalani profesi kedokteran dan profesi di bidang kesehatan lainnya.
Keputusannya untuk mengembang-kan diri dengan mendirikan fasilitas kesehatan yang telah hadir di dua cabang yakni di Jl. Tukad Badung No.108, Renon, Denpasar Selatan dan Jl. Pulau Galang No 2, Pemogan, tersebut diharapkan dapat sebagai pelayanan praktek dokter bersama, disertai fungsinya melakukan pekerjaan kefarmasian oleh tenaga profesi apoteker dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat.
Meski berstatus profesional dalam profesinya, dr. Bagus Gede Krisna Astayogi merasa tertantang untuk membangun dan mengelola manajemen di sebuah perusahaan. Tantangan pun diakui memang ia rasakan, terutama saat mulai menciptakan manajemen yang baik, kemudian pengembangan sistem marketing terutama menginformasikan kepada masyarakat lokal, agar tak terlalu cepat menarik keseimpulan penampakan luar fasilitas kesehatan yang ia rintis meski tidak semodern klinik internasional, tapi memiliki kualitas pelayanan yang tak kalah berbintang lima.
Tak hanya apotek, dr. Bagus Gede Krisna Astayogi pun mengembangkan kreatifitasnya dan sekaligus sebuah kepuasaan bisa memfasilitasi peluang lapangan pekerjaan yang telah merekrut 30 orang karyawan di tiga klinik yang berlokasi di Badung, bernama Bali Clinic beralamat di Jl. Laksamana Basangkasa No.52, Kerobokan Kelod, Kec. Kuta Utara, Sosmed di Jl. Pantai Batu Mejan No.108xx, Canggu, Kuta Utara, Badung, Canggu Medical di Jl. Pantai Batu Bolong No.51, Canggu, Kec. Kuta Utara dan di Jl. Subak Sari 13, Tibubeneng, Kec. Kuta Utara, Kabupaten Badung. Sebelum masa pandemi memang dirasakan bisnisnya berjalan stabil, namun setelah adanya wabah ini, ia kembali diingatkan satu-satunya ‘warisan’ yang ditinggalkan oleh almarhum ayahnya tentang bagaimana agar tidak mudah putus asa dengan permasalahan yang datang menghampiri.
Baca Juga : Berkah Rezeki dan Umur Panjang Memberikan Jasa Pelayanan Kesehatan
Wejangan – Wejangan Saat Muda.
Usia pria kelahiran 17 April 1992 ini, saat itu masih sangat muda yakni di usia sekolah dasar, namun ia sudah mendapat wejangan – wejangan yang bisa jadi tak semua anak – anak seusianya dapat dengan mudah mencernanya dan belum berfungsi benar dalam penerapannya di kehidupan.
Dalam masa perjalanan hidup, khususnya merintis usaha, barulah ia menemukan apa maksud dibalik kata-kata waktu itu diberikan kepadanya. Dimulai dari agar tidak mudah menyerah bila menemukan keadaan yang berada di luar rencananya. Sebagai generasi keluarga Bali, ada kata – kata yang paling diingat dari ayahnya bahwa bisa dikatakan generasi kesuksesan keluarga di Bali akan hanya mampu melanjutkan kesuksesan tersebut sampai di generasi ketiga atau bila diposisikan pada dirinya, bisa saja kesuksesan tersebut hanya berlaku sampai di cucunya nanti.
Pandangan lain ayahnya mengatakan, agar dr. Bagus Gede Krisna Astayogi banyak belajar dari orang Tionghoa dalam membangun bisnisnya yang dikenal dengan istilah ‘Tidak boleh terkena matahari’ artinya berangkatlah bekerja sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam. Tak sampai disana, ayahnya tak mau ia membatasi langkahnya untuk berkreatifitas dalam berbisnis, hanya karena minim modal materi. Tetaplah berpedoman pada konsistensitas, dan kerja cerdas.
dr. Bagus Gede Krisna Astayogi mengaku dirinya bukanlah umat yang taat dalam beribadah, namun keyakinannya pada Sang Pencipta memiliki andil besar dalam proses perjalanan karirnya. Makna tersebut kali ini bukan ia dapatkan dari pesan orangtua, melainkan dari pengalaman hidupnya. Meski disibukkan dengan rutinitas, ia berupaya tetap fleksibel dan menjalankannya penuh keharmonisan dengan semesta yang bertujuan memberikan kesejahteraan kesehatan masyarakat lokal khususnya.
4 thoughts on “Sederhana Tampilan Luar Namun Ber-Pelayanan Bintang Lima”