Siap Meneruskan Usaha, Kerja Keras, dan Keringat Orangtua Sejak Usia Muda

Siap Meneruskan Usaha, Kerja Keras, dan Keringat Orangtua Sejak Usia Muda

Kondisi pandemi yang masih menyelimuti Indonesia, Khusus di Pulau Bali, membuat beberapa sektor industri lumpuh dan berdampak pada lesunya kegiatan bisnis. Tak terlepas pula aktivitas pariwisata. Namun ada beberapa sektor yang masih bisa bergerak yang paling tidak mampu mendenyutkan nadi perekonomian. Sebut saja seperti bisnis e-commerce dan bisnis distributor penjualan produk kebutuhan primer. Peluang dan jalan itu pula yang tengah menjadi pilihan I Kadek Swidartana selama wabah covid-19 melanda merubah pola hidup serta beragam rencana yang telah ditargetkan. Melalui usaha rintisan kedua orang tua, dari kerja keras, pengorbanan dan keringat Ayah-Ibunya, bisnis yang di kenal dengan nama Toko Dua Putra yang beralamat di jalan Tukad Yeh Aya IX No. 38, Renon, Denpasar ini menjadi tanggung jawab besar yang siap ia emban di atas pundaknya.

Menggerakan roda bisnis keluarga tentu bukan suatu pekerjaan yang mudah. Terlebih jika basic, keinginan serta passion yang dimiliki tidak sesuai dengan apa dikerjakan. Namun, semua itu mesti dilakukan I Kadek Swidartana agar dapur usaha keluarga tetap mengepul menopang kebutuhan sehari – hari. Dan lebih dari itu, agar apa yang menjadi cita-cita, mimpi serta harapan dari kedua orang tua mampu diteruskan oleh anak cucu.

Baca Juga : Tangguh dan Inovasi Pejuang UMKM Agar Terus Bertahan di Maraknya Toko Modern

Baik untuk menopang kebutuhan pendidikan yang lebih tinggi hingga mampu mengatasi setiap kerikil kehidupan yang tak tentu kehadirannya. Semuanya berangkat dari latar belakang pendidikan orang tua yang hanya menamatkan sekolah dasar. Sehingga melalui usaha ini pula, harapan besar kedua orang tua untuk bisa merubah status sosial yang lebih baik di tengah masyarakat mampu terpenuhi. Tidak untuk menjadi seseorang yang terpandang, namun mampu menjadi individu yang bertanggung jawab dan bermanfaat untuk banyak orang.

Karena situasi itu, I Kadek Swidartana mengambil banyak pelajaran. Termasuk mengambil pelajaran tentang bagaimana menjalankan peran dan keberanian sebagai orang muda dalam menentukan pilihan, bahwa tidak mesti untuk bekerja pada sebuah perusahaan, melainkan menjaga, mengembangkan ataupun membangun bisnis sendiri adalah langkah tepat untuk memulai mewujudkan cita – cita orang tua. Saat di temui di waktu senggang, pria yang akrab disapa Kadek ini banyak menceritakan kisah perjalanannya hingga memilih di jalur bisnis keluarga. Mulai dari perjalanan hidupnya sebagai orang muda hingga motivasi orang tua, Ayah I Ketut Widana dan Ibu Ni Made Switi, yang sepenuhnya memberikan kepercayaan kepada Kadek untuk meneruskan bisnis tersebut.

“Saya dulu kuliah di Pariwisata. Jadi memang sudah sejak SMA, saya sambil kerja di hotel dan begitu pun saat kuliah. Sehingga memang, ibu coba mengarahkan saya untuk mulai merambah usaha sendiri. Salah satu dukungan besar itu pun berangkat dari melihat karakter saya yang cukup buruk saat dulu ya. Sehingga satu – satunya cara, sebagai bentuk dukungan orang tua demi merubah karakter saya itu ya dengan memberikan kepercayaan lewat usaha ini,” tutur alumnus STPBI dengan konsentrasi Pariwisata ini. Kadek tidak mengelak, jika awalnya hanya sekedar mencoba, namun lama kelamaan, ia tertarik dan mulai serius mengelola mulai 1 tahun lalu. Sejak saat itu pula, dengan modal yang seadanya, Kadek yang di dukung oleh orang tuanya ini mulai merenovasi tempat tinggal mereka. Berawal dari tempat yang kecil menjadi rumah yang cukup luas untuk disatukan dengan tempat usaha mereka.

“Tempat usaha sekarang ini sudah sedikit berubah ya. Dari rumah kecil yang kami tinggali, sejak kami harus tidur bersama barang-barang jualan, kini kami berani untuk merenovasi untuk meluaskan lagi area sebagai tempat usaha,” aku Kadek. Lebih lanjut, anak muda kelahiran Denpasar, 29 Desember 1993 ini menuturkan jika mengelola bisnis di tengah zaman yang semakin berkembang ini tentu membutuhkan sistem yang berkorelasi atau yang sesuai dengan tren teknologi masa kini. Tidak hanya memerlukan kemampuan dalam menerapkan sistem manual yang sejak awal diterapkan oleh sosok Ibu sejak awal menjalankan bisnis Toko Dua Putra ini, akan tetapi juga membutuhkan kemampuan manajerial yang mumpuni. Beruntung, sebagai generasi milenial yang sangat fasih dengan penggunaan teknologi komputer dan sistem e-commerce yang baik, penerapan dalam bisnis kian memudahkan Kadek untuk mengontrol segala sesuatu produk yang mesti disiapkan dan dipasarkan.

“Sejak dipercayakan kepada saya, usaha ini memang sudah saya arahkan untuk masuk ke dalam sistem. Dan saya bertugas untuk coba mengemas kembali semua barang usaha ke dalam sistem komputer untuk bisa menyesuaikan dengan teknologi saat ini. Sementara orang tua, khusus Ibu memang masih mengontrol secara manual. Jadi dalam sistem ini, saya hanya mengecek stok barang-barang yang tersisa saja, sehingga bisa memudahkan saya untuk kembali mengorder barang sesuai dengan kebutuhan. Kemudian, sistem belanja online juga sudah mulai saya terapkan dalam usaha ini. Bisa di antar langsung ke konsumen,” imbuh Kadek.

Baca Juga : Berani Keluar Dari Zona Nyaman Untuk Masa Depan yang Gemilang

Sosok Ibu Sebagai Penyelamat
Hadirnya bisnis keluarga berupa toko supplier kebutuhan primer yang dikenal dengan nama Toko Dua Putra ini merupakan sumber penghidupan. Di balik kokoh dan masih konsistennya demi menjawab kebutuhan masyarakat, ada jerih payah, keringat, dan pengorbanan yang besar. Kadek mengisahkan bahwa peran Ibu, Ni Made Switi, sangat berpengaruh dalam usaha tersebut. “Bisnis ini memang bisnis turun-temurun. Awalnya dari nenek, terus ke Ibu saya. Karena kebetulan, Ibu satu – satunya anak perempuan dari 4 sadara laki – laki, sehingga punya kewajiban besar untuk membantu nenek saat itu. kemudian, saat berkeluarga, Ibu mulai sibuk jualannya dulu di pasar sejak saya kecil. Sementara Bapak kerjanya di bagian pariwisata sebagai staff di hotel. Karena berhenti, akhirnya bisa ikut membantu Ibu untuk jualan,” jelasnya.

Ayah satu anak ini tidak mengelak jika pelajaran yang kini bisa ia rasakan adalah bagaimana perjuangan beliau selama menjalankan usaha. Sambil mengurus kebutuhan keluarga dan mendidik Kadek dan adiknya, sosok Ibu masih tetap konsisten dengan semangat dan kerja keras. Dari penuturan Ibunya, kesulitan yang paling terasa dan begitu menyiksa adalah saat dua orang anaknya, kakak dari Kadek dan adiknya, tidak selamat saat proses kelahiran. Pukulan kuat yang tentu tidak mudah diterima oleh sosok Ni Made Switi. Namun dengan tegar, bahwa dirinya mengaku jika kondisi itu dikarenakan kesibukan yang tanpa lelah untuk memikirkan kondisi kehamilannya.

“Saat kehilangan anak pertama itu saya merasakan luka yang paling dalam. Begitu pun saat mengandung anak yang ketiga, adik dari Kadek ini. Memang saya akui karena terlalu sibuk bekerja saat itu. Bayangkan, sejak jam 12 saya sudah mulai sibuk jualan di pasar. Dan rutinitas itu terus saya lakukan. Saat situasi seperti itu memang betul – betul hancur dan merasakan sakit yang begitu berat. Kerja keras dari awal memulai usaha. Sejak jam 12 sudah mulai sibuk jualan di pasar,” tutur lirih Ni Made Switi.

Perempuan desa yang hanya menamatkan Sekolah Dasar ini mengaku jika hal yang utama yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana menyambung hidup dan memenuhi kebutuhan keluarga. Bersama sang suami, keringat yang bercucuran keluar itu akhirnya menemukan jalan. Mereka pun hidup dengan jalan yang cukup sulit, namun tetap merasa bahagia dengan semakin bertumbuh dua buah hatinya. “Yang membuat ibu semangat ya ingin maju dan bisa merubah kondisi ekonomi keluarga saja. Kemudian menyiapkan segala sesuatu untuk bekal hidup dari dua anak kami sekarang ini. Saya bekerja keras untuk anak – anak saja, biar tidak menderita seperti saya dulu. Harapan saya untuk anak sih sederhana saja, mereka bisa sehat dan bisa menjalankan usaha ini,” harap Ni Made Switi.

Baca Juga : Menjadi Entrepreneur Sukses Dengan Passion dan Kreatifitas

Dalam kehidupan Kadek saat ini, kerja keras dari sosok beliau semacam pemantik api semangatnya untuk terus berjuang menjaga tonggak harap dan cita – cita kedua orang tua. Bersama sang istri, Ni Luh Putu Miranda Krisna Dewi, yang begitu setia mendampingi Kadek, menaruh harapan besar agar apa yang saat ini mereka kerjakan mampu bertahan dan semakin berkembang. “Saya lebih dekat dengan sosok Ibu. Ibu itu bagi saya penyelamat lah. Seperti dengan situasi pandemi saat ini ya, apalagi besik saya di pariwisata, sehingga betul – betul tidak ada pekerjaan yang mesti saya lakukan.

Sehingga dengan dorongan dari Ibu, saya bisa menghasilkan sesuatu dari usaha ini dan tentu memiliki aktivitas yang tentu bisa ikut membantu orang tua. Harapan ke depan sih hasil dari usaha ini bisa diinvestasikan ke hal yang bisa menghasilkan uang juga. Tentu untuk keberlangsungan hidup dan keluarga,” aku ayah satu anak ini. Kadek pun berjanji, agar setiap langkah yang di tempuh mampu membuahkan hasil dan bisa membahagiakan kedua orang tuanya.

“Janji saya kepada orang tua ya melakukan yang terbaik untuk orang tua. Cara membahagiakan mereka semoga bisa dengan menjaga usaha ini dan mengembangkannya. Karena sukses itu bagaimana cara kita menerima dan mensyukuri setiap apa yang terjadi. Nyatanya, Ibu sendiri dari awal terus berjuang dan bekerja hingga bisa sukses sampai saat ini. Dan mewakili kaum milenial, semangat yang bisa saya bagikan adalah jangan pantang menyerah, terus berinovasi, bergaul dan berteman dengan orang – orang yang positif. Khusus untuk anak – anak muda ya. Kemudian selalu berpikir untuk selalu maju dan berkembang dalam setiap pekerjaan,” tutup Kadek.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *