Lembaga Perkreditan Desa Adat Darmasaba, sebuah lembaga keuangan yang didirikan pada tahun 1987 menghadapi tantangan berat dalam sejarahnya mengalami dua kali kegagalan yang mengakibatkan kolapsnya sistem LPD tersebut. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya latar belakang dan pemahaman keuangan dari sumber daya manusianya, seperti yang diungkapkan oleh I Made Adi Gunartha yang saat itu menjabat sebagai Badan Pengawas. Sampai akhirnya pada Mei 2004, ia diberi kepercayaan sekaligus dianggap paham soal sistem kerja lembaga LPD untuk mengisi posisi ketua yang sebelumnya dipegang oleh Bendesa Adat. Sampai sekarang, selama 17 tahun menjabat, I Made Adi Gunartha telah melakukan upaya gigih untuk melakukan transformasi dalam LPD Desa Adat Darmasaba. Dengan kepemimpinan yang kuat dan pemahaman yang mendalam tentang keuangan, ia telah berupaya memperbaiki sistem internal LPD, memperkuat pengawasan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Berkat dedikasinya, LPD Desa Adat Darmasaba telah ‘lahir kembali’ menjadi lembaga keuangan yang tangguh dan berkelanjutan, memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dan membantu dalam pembangunan ekonomi lokal.
Setelah 20 tahun sebagai karyawan Bank Sri Partha, Adi Gunartha telah diundang untuk bergabung dan mengawasi kinerja LPD Darmasaba. Setelah munculnya permasalahan-permasalahan yang menghadang, prajuru desa memutuskan untuk tidak mencari calon baru sebagai ketua pengelola LPD, melainkan mempercayakan tugas tersebut kepada badan pengawas yang telah memiliki pemahaman mendalam tentang akar permasalahan dan kelemahan LPD. Dengan dukungan dari prajuru dan masyarakat, Adi Gunartha optimis untuk mengambil alih posisi tersebut dan membawa LPD Darmasaba ke arah masa depan yang lebih cerah. Ia memiliki keyakinan bahwa dengan upaya membawa pengetahuan serta pengalaman yang berharga dalam mengelola keuangan dan merumuskan strategi yang efektif, LPD Darmasaba dapat mencapai arah masa depan yang lebih terarah.
Baca Juga : Anak Desa yang Menuntaskan Dharma Kepada Ayahnya Tercinta Untuk Menjadi Seorang Dokter
Akuntansi perbankan dan akuntansi LPD memang memiliki perbedaan dalam sistemnya. Adi Gunartha pun menghadapi tugas yang menantang untuk mengintegrasikan sistem akuntansi perbankan ke dalam LPD. Salah satu komponen penting dalam akuntansi adalah pos neraca. Meski sempat terjadi adu argumen, ia akhirnya berhasil mengidentifikasi dan mencatat semua aset yang dimiliki oleh LPD pada sisi aset neraca seperti kas, piutang, investasi dan inventaris. Hal ini penting agar dapat melacak nilai dan pergerakan aset LPD secara akurat. Sementara itu, pada sisi kewajiban dan modal neraca, Adi Gunartha perlu mengidentifikasi dan mencatat semua kewajiban dan modal yang dimiliki oleh LPD. Kewajiban dapat mencakup utang, pinjaman dan simpanan nasabah. Sedangkan modal mencerminkan kekayaan bersih LPD setelah dikurangi kewajiban. Modal LPD dapat berasal dari sumbangan pendiri, laba ditahan dan modal baru yang disetor oleh anggota atau pemiliknya. Dengan menjaga pos neraca yang seimbang, Adi Gunartha akan memastikan bahwa semua aset, kewajiban dan modal LPD tercatat dengan benar. Hal ini akan membantu dalam mengambil keputusan yang tepat, mengendalikan keuangan dengan baik serta memastikan keberlangsungan kegiatan LPD.
Setelah berhasil menyelesaikan permasalahan yang ada, Adi Gunartha tak bosan mengajak masyarakat untuk memberikan dukungan pada LPD Darmasaba, terutama rekan-rekan yang memiliki usaha agar turut berpartisipasi dalam menumbuhkan LPD ini dengan memanfaatkan layanan jasa keuangan yang tersedia di LPD. Dalam kurun waktu lima tahun kepemimpinannya, Adi Gunartha dan timnya telah mencatat kemajuan yang positif bagi LPD Darmasaba. Berkat kebijakan yang cerdas dan komitmen yang kuat, LPD berhasil mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam berbagai aspek.
Baca Juga : “Rektor Universitas PGRI Mahadewa Indonesia” Belajar Dari Sebuah Seni Untuk Menjalani Hidup Multidisiplin
Berani Melakukan Inovasi di Lingkup Kecil Sekalipun
Pria berusia 58 tahun ini menunjukkan bukti nyata akan keseriusannya dalam menjalankan peran sebagai pengelola LPD Darmasaba. Baginya, transformasi tersebut harus dimulai dari kesadaran dan perubahan diri yang mendalam. Ia dengan tegas menghentikan kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan sosok pemimpin di kalangan masyarakat, sebagai langkah pertama dalam menciptakan kepercayaan dan mendapatkan dukungan masyarakat desa. Dengan komitmennya yang teguh, ia berusaha untuk menarik simpatisan masyarakat dan membangun hubungan yang harmonis dalam memimpin LPD Darmasaba.
Selain itu, Adi Gunartha juga menunjukkan keberaniannya dengan mengadopsi sistem perbankan dalam pengelolaan LPD Darmasaba, meskipun lingkup LPD tersebut relatif kecil. Keputusan tersebut merupakan langkah luar biasa yang menunjukkan keinginan dan tekadnya untuk memberikan pelayanan yang lebih profesional dan efisien kepada masyarakat desa. Dengan mengadopsi sistem perbankan, LPD Darmasaba mampu memberikan layanan keuangan yang lebih terstruktur, transparan dan dapat diandalkan. Penerapan sistem perbankan tersebut meliputi pencatatan keuangan, pelaporan yang akurat, pengelolaan risiko yang lebih baik serta peningkatan kualitas layanan kepada nasabah.
Baca Juga : Fokus Kembangkan Desa Banjarangkan Tercinta dengan Menemukan Solusi Terbaik Sesuai dengan Urgensinya
Keberanian dalam mengadopsi sistem perbankan tersebut, juga berdampak positif pada citra dan reputasi lembaga keuangan tersebut. Masyarakat desa merasa terdorong untuk memanfaatkan layanan LPD Darmasaba karena merasa yakin akan keamanan dan kehandalan sistem yang diterapkan. Hal ini secara bertahap meningkatkan jumlah nasabah dan pertumbuhan aset LPD. Dengan tetap berlandaskan kejujuran dan ketekunan, ia membuktikan bahwa ukuran LPD yang kecil bukanlah penghalang untuk berinovasi dan menghadirkan layanan yang setara dengan lembaga keuangan yang lebih besar. Langkah ini menjadi inspirasi bagi lembaga keuangan serupa dalam skala yang lebih kecil untuk berani melakukan perubahan demi memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat.
Memilih Tidak Melaksanakan Doorprize
Dalam kontribusinya, LPD Darmasaba memiliki kesamaan dengan LPD lain dalam melakukan pendistribusian dana untuk kegiatan agama, dana duka maupun pembagian sembako. Namun, ada perbedaan signifikan yang membedakan LPD Darmasaba, yaitu ketidakpelaksanaan program doorprize. Menurut Adi Gunartha, doorprize dianggap tidak produktif, terutama karena LPD Darmasaba bertanggung jawab atas dana masyarakat yang harus dipergunakan dengan penuh pertanggungjawaban. Ia sangat berhati-hati agar kebijakan ini tidak mengorbankan nasabah hanya untuk tujuan pemberian hadiah semata. Pengambilan keputusan ini menunjukkan komitmen LPD Darmasaba dalam menjaga integritas dan tanggung jawab terhadap dana yang mereka kelola. Mereka fokus memprioritaskan kepentingan nasabah dan keberlanjutan masyarakat daripada pengeluaran untuk hadiah yang dianggap kurang esensial.
Harapan Adi Gunartha pada LPD Darmasaba tidaklah tinggi-tinggi. Dengan ketekunan dan dedikasi yang tak kenal lelah, LPD Darmasaba terus bertahan dan mengembangkan diri untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Melalui integrasi karakter perbankan, pengelolaan dana yang bertanggung jawab dan pengakuan akan dimensi spiritual. LPD Darmasaba menjadi bukti nyata bahwa lembaga keuangan skala kecil pun mampu tumbuh dan berkembang jika dijalankan dengan komitmen dan prinsip-prinsip yang benar, bahkan mengubah masa lalu yang sulit menjadi sebuah kesuksesan yang menginspirasi.