UD. Sari Kembar dirintis dari orangtua I Ketut Suwirya pada tahun 1990an. Usaha kemudian diambil alih olehnya dan mendapat kepercayaan penuh untuk pengelolaan seperti apa kedepannya. 15 Tahun sudah, Ketut Suwirya berkecimpung dalam usaha toko bangunan tersebut, bukan waktu yang singkat untuk mempertahankannya diantara usaha serupa yang terus tumbuh seiring berjalannya waktu.
Jauh sebelum membangun usaha, ayah dari Ketut Suwirya merupakan seorang sopir pengangkut kayu lokal, belum adanya kayu asal Kalimantan seperti saat ini dan ibu, sebagai penjual telur. Penghasilan yang tak seberapa, membuat perekonomian keluarga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari. Tak mau terus – menerus tergerus kondisi yang pelik, kemudian ayahnya memiliki dorongan untuk mempelajari perkayuan ini lebih lanjut.

Puncaknya saat sang ayah mengalami musibah kecelakaan, akhirnya beliau melepaskan pekerjaannya tersebut dan mulai merintis usaha toko bangunan atas motivasinya sendiri. Dengan pengetahuan dan pengalaman seadanya, usaha dimulai dengan apa adanya dan mengikuti arus seperti air yang mengalir.
Baca Juga : Sebagai Pebisnis Lokal, Mari Saling Meringankan Beban di Tengah Krisis Pandemi
Sementara Ketut Suwirya saat itu masih tengah sibuk menyelesaikan pendidikannya. Berkat usaha toko bangunan yang diberi nama “UD. Sari Kembar”, ia bisa menempuh pendidikannya hingga sarjana. Dari yang dulu berpikir untuk memenuhi kebutuhan makan saja sulit, siapa yang menyangka ia bisa bersekolah hingga jenjang sarjana.
Setelah lulus dari Fakultas Ekonomi, Mahasaraswati ini, Ketut Suwirya kemudian diberi kepercayaan untuk mengambil alih penuh usaha yang beralamat di Jalan Pulau Bungin No.94, Pedungan, Denpasar Selatan ini. Dengan senang hati, tentunya rasa tanggung jawab, ia mulai terjun usaha pada 15 tahun yang lalu.
Langkah yang diambil Ketut Suwirya untuk mengembangkan usahanya, mampu ia arahkan ke jalan yang positif. Ia pun mampu meningkatkan volume material bangunan, seiring dengan progres jumlah penjualan maupun distribusi ke daerah Denpasar, Badung dan Gianyar yang juga meningkat.
Tak ada kendala yang berarti saat pria kelahiran tahun 1973 ini, mulai menyentuh usaha orangtua, hanya saja untuk kondisi pandemi ini, seperti pemilik usaha lainnya, Ketut Suwirya harus menghadapi penurunan. Namun ia berupaya menjalaninya sebaik mungkin dan ikhlas, sembari berdoa agar kondisi pulih kembali dan menemukan kestabilan ekonomi dalam usaha, demi mempertahankan usaha.
Baca Juga : Tak Hanya Bermodalkan Materi, Butuh Langkah Keberanian Untuk Mengubah Nasib
Dalam meneruskan usaha, Ketut Suwirya lebih banyak menggali pengalaman dari ayah, sedangkan hubungan emosional, ia lebih dekat dengan almarhum Sang Ibu. Beliau merupakan sosok yang selalu memberi dukungan kepada seluruh anggota keluarga, yang membuat Ketut Suwirya pun sebagai putra, tak ragu dan pantang menyerah untuk mencoba sesuatu yang baru, yakni dengan berwirausaha.
Penerapan dalam kehidupan lainnya yang ia dapat dari pengalaman hidupnya di masa kecil yang tak kalah penting ialah tak pernah berhenti bersyukur, terutama di tengah pencapaiannya saat ini, karena tidak sedikit yang memiliki nasib di tengah kondisi pandemi ini, tidak seberuntung dirinya. Dengan adanya rasa syukur yang kita panjatkan setiap harinya, astungkara rezeki akan senantiasa mengalir pada usaha. Diiringi semangat optimisme dan kerja keras melibatkan seluruh pekerja agar dapat terus dipekerjakan, tanpa dirumahkan. Semoga kesadaran ini dapat menjadi bagian dari diri kita semua, terutama untuk generasi muda yang seharusnya memiliki semangat tinggi, dapat dicurahkan untuk menaklukan kondisi krisis dengan kreatifitas, dengan teknologi yang semakin modern, asal jangan mudah menyerah dan berdoa, sampai menemukan tujuan yang diharapkan.
One thought on “Tetap Bersyukur di Tengah Kondisi Pandemi”