Kesederhanaan Nyoman Diara terpancar, bagaimana ia mendeskripsikan perjalanan karirnya dari hanya sebagai staff, kemudian dipercaya menjadi kepala cabang, hingga 20 tahun lamanya. Tak ingin menyayangkan kesempatan tersebut, ia berupaya menjalaninya dengan perfoma terbaik, namun tidak melupakan kesadaran dari diri sendiri untuk menjaga pola hidup yang seimbang antara duniawi dan spiritual.
Nyoman Diara yang merupakan lulusan dari Sekolah Menengah Farmasi (SMF) tahun 1991, kemudian bekerja di Rumah Sakit Kasih Ibu hanya selama empat tahun, karena ia hendak mengikuti tes di Universitas Gadjah Mada (UGM). Namun disayangkan ia tidak lulus dalam tes tersebut, karena faktor bidang farmasi saat itu sedang laris manisnya, mudah untuk memperoleh pekerjaan. Ia akhirnya memutuskan kuliah Fakultas Ekonomi di Bali, sambil bekerja di sebuah BPR pada posisi penanggungjawab.
Setelah menempuh pendidikan sarjana selama lima tahun, pria asal Desa Muncan, Kabupaten Karangasem ini berhasil meluluskan kuliahnya. Ia kemudian bekerja di sebuah perusahaan farmasi, dari dipercaya menempati berbagai posisi selama 15 tahun hingga ia terpilih sebagai kepala cabang pada perusahaan PT. United Dico Citas yang meng-cover wilayah Lombok, Bali dan Kupang, berkat ilmu pendalamannya tentang farmasi dan loyalitas dalam bekerja.
Baca Juga : Kegigihan Seorang Dokter Dalam Profesionalisme Kerja dan Kembangkan Kreatifitas Dalam Wirausaha
Dalam perjalanan 20 tahun memegang kepala cabang, yang berlokasi di Jalan Noja No.106, Kesiman Petilan, Kec. Denpasar Timur, seraya tersenyum Nyoman Diara mengungkapkan sudah memiliki insting yang matang dalam memperhatikan para karyawannya bekerja. Dari posisi gudang, pemasaran dan keuangan, seolah tak ada yang mampu berkelit darinya, bila ada yang berbuat kecurangan, karena pahit manisnya di posisi-posisi tersebut telah ia rasakan.
Jika mengingat kembali bagaimana masa kecilnya, Nyoman Diara sangat terkenang dengan menyaksikan kedisplinan orangtuanya dalam bekerja sebagai petani dan pedagang. Di masa anak – anaknya pun, anak ketiga dari empat bersaudara ini tak lepas dari didikan tersebut, terlebih saat ia bersikap nakal. Ia akan menerima hukuman, untuk menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah tidak dibenarkan. Pengalaman menyenangkan lainnya ialah saat menghabiskan waktu makan bersama dan membantu orangtua bekerja, terdengar sederhana, namun meninggalkan makna yang mendalam tentang pentingnya arti kebersamaan dalam keluarga.
Baca Juga : Bangun dari Keterpurukan, Menjadi Bijak Melalui Kebangkitan Spiritual
Nyoman Diara pun tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, terutama saat ia sudah memasuki masa sekolah, ia berupaya membiayai pendidikannya sembari bekerja. Pengalamannya pun lahir di tengah keluarga yang sederhana, tak berhenti hanya memberikan pelajaran sebatas yang berhubungan dengan duniawi saja. Seiring kedewasaannya dalam menapaki kehidupan, juga selaras dengan pendekatan pada Sang Pencipta melalui jalan spiritual, salah satunya dengan cara meluangkan waktu untuk talk to self dan bermeditasi. Ia pun telah merasakan manfaatnya, menjadi pribadi yang lebih menghargai dan mencintai diri sendiri.
Meski telah memiliki integritas di bidangnya, diakui oleh Nyoman Diara, belum keberanian dan kesempatan untuk membuka usahanya sendiri, terlebih kepercayaan yang diberikan oleh owner-nya langsung, merupakan sesuatu yang sangat berharga dan impian bagi seseorang yang memang memiliki passion sebagai pekerja sepertinya. Selagi ia masih diberi kepercayaan di perusahaan, ia akan mengemban kewajiban tersebut sebaik mungkin.
Harapan kedepannya, setelah pensiun dari pekerjaan nantinya, Nyoman Diara akan pulang ke kampung halaman, menikmati hasil dari pekerjaannya selama ini. Sebelumnya juga ia sudah mempersiapkan sebuah kebun kelapa dan peternakan ayam sebagai pengisi waktunya di hari tua. Namun ia tidak mau menutup kemungkinan juga, bahwa suatu saat nanti akan mencoba membangun sebuah bisnis, entah apakah itu bisnis pabrik batako, penyewaan dekorasi atau bisnis apapun yang cocok dikembangkan di desa. Terpenting tak hanya sekedar memberikan keuntungan, tapi juga menjaga keseimbangan dari dalam diri dengan memberi manfaat bagi masyarakat desa dan ikut memelihara alam. Dengan basic pemahamannya pada dunia spiritual tersebut, tentunya bertumpu pada kuasa Sang Pencipta, ia meyakini akan tercipta kedamaian dan kebahagiaan yang lahir dari hati kita sendiri.
One thought on “Loyalitas Pekerja Melahirkan Insting Menjaga Keseimbangan Hidup”