Kesederhanaan I Wayan Mustika dalam mengawali perintisan usahanya, tak muluk – muluk hanya bermodalkan keberanian. Keberanian untuk memulai dan keberanian untuk meminjam modal yang sangat besar. Tentu sebagai manusia biasa, rasa kekhawatiran akan usaha perdana yang ia dirikan tidak akan berkembang pasti ada, belum lagi memikirkan bagaimana pengembalian modal nantinya. Bersyukur ia dikelilingi keluarga yang memberi dukungan moril yang sangat berarti untuknya, sehingga rasa percaya diri itu datang, dan yang tidak kalah penting keyakinan kepada Sang Pencipta, melalui doa-doa yang ia panjatkan, ia yakin akan selalu diberikan jalan terbuka kepadanya, di setiap tantangan yang akan ia hadapi kedepannya sebagai wirausaha pemula.
Wayan Mustika, awalnya telah memiliki basic di bidang ekonomi, di kelas perkuliahannya, kemudian setelah menikah, ia bekerja di sebuah koperasi pada posisi collector. Sekian lama berkecimpung sebagai karyawan, ia semakin meyakini penghasilan perbulan yang ia dapatkan, tak bisa ia andalkan terus menerus, apalagi kebutuhan keluarga akan terus meningkat dan harga kebutuhan terus mengalami kenaikan. Sebagai kepala keluarga, tanggung jawab dalam pemenuhan tersebut sudah menjadi kewajibannya, demi mensejahterakan istri dan anak-anaknya.
Baca Juga : Gaya Fanatik Pengusaha yang Enggan Merambah Bisnis Lain di Tengah Pandemi
Dengan kondisi masih bekerja di koperasi, Wayan Mustika mulai membicarakan rencananya ini dengan istri. Sang Istri pun setuju akan gagasan tersebut dan turut menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam merintis usaha sebuah toko kecil. Pasangan suami istri tersebut kemudian memikirkan untuk mencari pinjaman, sebagai jalan satu-satunya untuk memperoleh modal.
Akhirnya dengan adanya fasilitas KUR (Kredit Usaha Rakyat) dari bank pemerintah, Wayan Mustika mengandalkan kemudahan tersebut dengan melakukan peminjaman sebanyak 25 juta rupiah dan menggunakannya sebijak mungkin, untuk memenuhi kebutuhan toko. Proses adaptasi dari kebiasaan sebagai karyawan kemudian sebagai wirausaha, pun dijalankan meski tidaklah mudah, dimana harus lebih berani mengambil resiko dari biasanya. Karena sudah terlanjur terjun ke dunia usaha, ia memotivasi dirinya sendiri untuk menjaga optimisme, bahwa usahanya akan berjalan sesuai dengan harapannya. Terlebih dukungan dari keluarga yang diberikan, tak bisa ia abaikan begitu saja.
Resiko yang akan dihadapi Wayan Mustika dan istri, sudah dipertimbangkan baik – baik oleh keduanya, maka daripada itu sebagai pemula, mereka berupaya lebih berhati – hati dalam menjalankan usaha. Seiring setahun berjalan toko sembako yang mereka kembangkan, mampu berjalan stabil, hingga ia diberi kepercayaan oleh bank untuk meminjam modal kembali hingga 1,5 miliar.
Modal material bisa saja kita dapatkan darimana saja, namun modal keberanian, tidak semua orang memilikinya. Wayan Mustika pun paham betul kepercayaan yang diberikan dari pihak bank, akan sia-sia bila dari dirinya sendiri tak berani mengambil langkah tersebut. Setelah toko sembako yang bernama “Restu Toserba” mulai dikenal masyarakat dan Wayan Mustika pun memutuskan berhenti dari pekerjaannya di koperasi dan fokus mempersiapkan toko lebih matang lagi, dengan harga yang siap bersaing. Ia juga kembali meminjam modal untuk mengembangkan usaha di bidang rent car pada jalur pariwisata. Saat pariwisata berjalan dengan bagus – bagusnya, ia pun mendirikan villa untuk disewakan kepada para tamu.
Baca Juga : Mewujudkan Impian Bermodal Ketekunan
Berkat pemikirannya untuk mengembangkan usaha di beberapa bidang yang berbeda, kondisi perekonomian Wayan Mustika di masa pandemi ini terselamatkan dari krisis yang hampir berdampak di semua sektor. Ia pun bersyukur Restu Toserba yang beralamat di Jalan Raya Canggu, Kerobokan, Kec. Kuta Utara ini, masih eksis menjadi tulang punggung penghasilan keluarga sampai saat ini.
Toko sembako yang menyediakan grosir dan retail ini pun, sampai saat ini masih mempekerjakan karyawannya. Hal ini sesuai dengan harapan dan doa pria kelahiran Kerobokan ini sejak awal, membangun usaha sembari menyediakan lapangan pekerjaan. Doa yang di dalamnya ada sebuah keyakinan bahwa Sang Pencipta selalu mendengar permohonan umatnya, asalkan ada kemauan yang kuat untuk berubah dan berani menjalani proses didalamnya. Karena memang sesungguhnya tidak ada kesuksesan yang didapatkan secara instan, tapi harus melalui jalan yang tidak mudah, yang sekaligus melahirkan sosok baru yang lebih maju dan positif yang lahir dari dalam diri kita.
2 thoughts on “Tak Hanya Bermodalkan Materi, Butuh Langkah Keberanian Untuk Mengubah Nasib”