Sebagian orang mungkin pernah merasakan bekerja dengan keterpaksaan. Bekerja hanya dengan fisiknya saja tanpa menyertakan hati dan pikiran. Sebagian lagi mungkin juga mengerjakan sesuatu dengan suka cita, bekerja dengan menghadirkan cinta dan segenap pikiran dan sudah barang tentu hasilnya pun akan berbeda.
Pada kenyataannya kerja keras dan jujur ternyata belum cukup untuk menghantarkan seseorang menuju karir yang gemilang.
Adalah seorang putra daerah yang menjadi Direktur Utama ‘BPR Ulatidana Rahayu’ bernama I Made Suarja, S.H.,M.H yang menyakini hal itu. Baginya dengan bekerja dengan hati maka semangat dan passion pun akan terbangun dan integritas pun sudah pasti akan terbentuk.
Baca Juga : Digagas Oleh Pasemetonan Berorientasi Melayani Anggota dari Berbagai Latar Belakang
Kuncinya adalah tentu saja harus menyenangi pekerjaan, karena dengan sikap itu seorang insan akan bertanggung jawab penuh dengan apa yang dikerjakan. Nilai – nilai itulah yang terpatri kuat di hati I Made Suarja dalam kehidupan sosok I Made Suarja yang selalu dipegangnya dalam penitian karirnya.

Berbicara tentang unjung tombak pembangunan daerah, pemerintah di Bali sendiri telah melakukan manuver yang cukup kuat untuk meningkatkan pembangunan serta ekonomi masyarakat wilayah melalui Bank Perkreditan Rakyat/BPR.
Lewat tangan dingin I Made Suarja, BPR Ulatidana Rahayu kini kian mantap menjadi lembaga keuangan daerah yang menjadi gerbong utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Mulai dari pemberdayaan masyarakat, hingga mendongkrak pelaku UMKM wilayah untuk membentuk sektor usaha mandiri dengan sumber daya yang ada.
Langkah unifikasi di semua lini simpan pinjam pun ia fokuskan dalam programnya agar dapat mengena ke berbagai lapisan masyarakat, sehingga dapat berjalan seiring untuk berkontribusi bersama. Apalagi masa pandemi yang di warsa terakhir meluluhlantakkan semua lini perekonomian Indonesia, tak terkecuali di Bali, dimana masyarakatnya sebagian besar berkecimpung pada aktivitas pariwisata

Keadaan ekonomi pun sempat terhambat, maka dalam keadaan seperti itu BPR Ulatidana Rahayu tetap konsisten menjalankan fungsi lembaganya sebagai ujung tombak untuk terus membantu menstabilkan laju pertumbuhan ekonomi wilayahnya, sebagaimana tujuan awal BPR ini di bentuk. Dalam hal ini BPR Ulatidana Rahayu memberikan keringanan bagi para masyarakat yang terkena dampak dari pandemi tersebut dengan berbagai subsidi dan kebijakan strategi yang dikemas dengan intens.
Menurut I Made Suarja, semua perkembangan lembaga tentunya juga tak luput dari peran penting sinergitas antara masyarakat dan lembaga keuangan wilayah yang dapat melebur dengan kesadaran dan perannya masing-masing. Hal itu merupakan nilai penting dan yang paling fundamental dalam mewujudkan program – program yang digalakan.
Hingga dengan kredibilitas tersebut, sudah sewajarnya jika BPR Ulatidana Rahayu dapat terus melaju progresif dan terus bertumbuh, seiring dengan antusiasme masyarakat untuk turut bergabung yang semakin tinggi.

Karir I Made Suarja dalam menjalankan dunia perbankan sudah cukup panjang. Ia sudah mulai terjun bekerja sejak tahun 1989 di salah satu bank lokal swasta Bali. Genap satu tahun bekerja, ketekunan yang ia miliki mulai menunjukan hasil gemilang dengan diangkatnya ia menjabat sebagai Account Office / AO yang memiliki tanggung jawab untuk menangani berbagai macam kegiatan yang berhubungan dengan nasabah, dan berlanjut menjadi pimpinan cabang.
Setelahnya, pada tahun 1994 karir I Made Suarja pun semakin menanjak dengan memegang tongkat estafet kepemimpinan sebagai direktur utama di bank tersebut sejak tahun 1994 hingga tahun 2001.
Baca Juga : Cendekiawan Bali yang Terus Gencar Berinovasi
Dengan semua integritas, kredibilitas dan pengalaman yang dimilikinya, perjalanan karir I Made Suarja pun berlanjut dengan mendapatkan amanah dari seorang koleganya untuk mengorganisir sebuah lembaga keuangan, sebagai direktur utama ‘BPR Ulatidana Rahayu’ yang di tekuninya hingga sekarang. Berada di titik saat ini, siapa yang menyangka bahwa sosok I Made Suarja sempat merasakan hidup susah.

I Made Suarja lahir ditengah keluarga yang amat sederhana dan jauh dari kata mewah. Ayahanda merupakan seorang petani dan ibunda tercinta merupakan pedagang yang harus mencukupi hajat hidup keluarga dan keenam anaknya.
Keadaan ekonomi keluarganya yang begitu pelik, membuat I Made Suarja sejak kecil telah terbiasa bekerja membantu pergulatan ekonomi keluarga dengan turut bekerja membantu ibunda berdagang. Sembari bersekolah biasanya I Made Suarja telah disiapkan barang dagangan oleh ibunda untuk kemudian ia jajakan di sekolah.
Tidak seperti anak lain seusianya yang dapat bermain seusai sekolah. Kegiatan I Made Suarjana pun berlanjut untuk membantu orang tuanya bekerja di ladang atau menjadi pekerja serabutan harian. Meski terus dihadapkan dengan keadaan hidup yang begitu susah, tak pernah sekalipun I Made Suarjana mengeluh dan lantas patah arang.

Karena ia tahu betul perjuangan kedua orang tuanya yang terseok-seok untuk mencukupi hajat hidup dan pendidikan anak – anaknya, tak jarang pula orang tuanya harus gali lubang tutup lubang agar anak-anaknya dapat terus bersekolah.
Maka dari itu, I Made Suarja pun bertekad untuk bersungguh – sungguh menimba ilmu pendidikan, karena baginya ilmu pendidikan adalah satu-satunya jalan agar dapat mengubah garis takdir hidupnya dan keluarga.
Mungkin lembar kehidupan inilah yang tanpa sadar membentuk sikap disiplin dan integritas tinggi sosok I Made Suarjana. Meski proses perjalanan kehidupannya tidak mudah dan penuh dengan batu terjal, I Made Suarja dapat membuktikan semua itu dapat terlewati jika mempunyai tujuan dan tekad yang kuat.
“Yakinkan dalam hati jika pekerjaan yang kita kerjakan itu bermanfaat bagi orang lain, dari sana seorang insan dapat mensyukuri kehidupan yang dijalankan.”