Bagaimana tidak, Ketut Budiari akhirnya berkecimpung sebagai wirausaha di masa kini, setelah sejak masa kecilnya, sudah diajak orangtua terlibat dalam kegiatan jual beli. Jiwa dagang tersebut pun tumbuh secara alamiah dan membuat pola pikirnya terbentuk, bahwa dengan cara berdagang akan menjadi jalan terbaik untuk memenuhi kebutuhan ia dan sembilan saudaranya pada masa itu.
Wanita kelahiran Jimbaran, Badung 10 Maret 1975 ini menceritakan kedekatan dengan ibunya, yang diisi dengan kegiatan berdagang. Ia pun bisa menyaksikan secara langsung dan mengambil pelajaran dari kesuksesan orangtuanya tersebut dengan berdagang, dengan mengambil tindakan yang sama pada kehidupan rumah tangganya saat ini.
Ketut Budiari lahir dari ayah sebagai penjahit dan ibu tak hanya mengurus rumah tangga, tapi juga berdagang. Oleh ibunyalah, anak kedelapan dari 10 bersaudara ini banyak belajar tentang cara berdagang. Seiring bertambahnya usia, ia juga diberikan pesan, untuk menjadi wanita mandiri, terlebih bila tiba saatnya berumah tangga, tidak akan ada salahnya ikut meningkatkan perekonomian keluarga.
Baca Juga : Bangkit di Atas Keraguan Keluarga, Buktikan dengan Bisnis Endek Bali
Orangtua sukses membawa pendidikan Ketut Budiari dan saudara-saudaranya hingga tamat kuliah. Setelah menikah, Ia kemudian sempat bekerja di sebuah perusahaan kontraktor asal Jakarta, namun ia memutuskan untuk mundur dan bekerja di salah satu bank swasta, saat melahirkan anak kedua. Saat tengah mengandung anak pertama, pengalaman hidup yang tak selalu berjalan mulus, harus dihadapi Ketut Budiari.
Bersyukurnya memiliki suami yang tak mudah putus asa dalam bekerja, dengan memegang sebuah proyek bangunan, sehingga kondisi bisa distabilkan kembali, sambil mengumpulkan modal untuk mendirikan usaha toko bangunan, yang mereka namai, “TB. Muda Artha Sejahtera”.
Berlokasi di Jalan Darmawangsa, Kutuh, Badung, usaha yang telah berdiri ini kemudian dilimpahkan ke Ketut Budiari untuk mengelola, dikarenakan sang suami tidak memiliki skill dalam berdagang dan lebih fokus dalam menangani proyek. Dalam kondisi yang sama – sama sibuk, membangun usaha memang menjadi jalan terbaik, karena mampu berjalan dengan mempekerjakan karyawan, saat tidak di tempat.
Baca Juga : Restu Orangtua Sebagai Gerbang Pembuka Kesuksesan Saya
Toko bangunan Muda Artha Sejahtera pun yang awalnya menangkap peluang usaha dari menerima proyek-proyek dari pekerjaan suami, kemudian juga merambah menerima borongan dari proyek lain. Tentu hal ini dilakukan agar usaha dapat terus memberikan perkembangan dan kemajuan yang pesat. Di samping itu, kehadiran toko bangunan di tengah warga lokal khususnya, sangat membantu. Mengingat kebutuhan ini sudah manusiawi menyentuh dari berbagai kalangan.
Di tengah kondisi pandemi, yang berdampak pada sepinya proyek, Ketut Budiari berupaya tetap menjaga usaha tetap berjalan sebagaimana mestinya. Tidak mudah menyerah dengan kondisi sesulit apapun, astungkara mampu melaluinya dengan kepala dingin dan solusi terbaik. Karena bukan wirausahawan namanya bila tak siap menerima tantangan di zaman – zaman yang akan selalu memberikan perubahan.
Ketut Budiari tak hanya sebagai penganut Hindu sebagai kepercayaannya, pelajaran hidup telah menyisakan keyakinannya bahwa, sampai di posisi kesuksesan ini adalah berkah dari Sang Pencipta yang wajib disyukuri. Ia pun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada para leluhur, telah meninggalkan karma baik kepada anak cucu yang bisa dinikmati sampai saat ini. Kondisi pun harus dijaga dan terus diupayakan kepada generasi penerusnya, agar semakin giat belajar dan meningkatkan skill untuk menentukan masa depan. Apalagi sudah ada teknologi yang semakin canggih, bisa dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk mengakses informasi dan memperdalam ilmu. Kelak siapa tahu bisa turut mengembangkan toko bangunan lebih modern lagi dan mempertahankannya dari tantangan masa ke masa.