Bangkit di Atas Keraguan Keluarga, Buktikan dengan Bisnis Endek Bali

Bangkit di Atas Keraguan Keluarga, Buktikan dengan Bisnis Endek Bali

Sosok Ni Luh Sri Dewi Laksmi adalah ibu rumah tangga yang hebat. Selain menjalankan tanggung jawab yang besar sebagai seorang ibu, perempuan kelahiran Denpasar, 15 Juli 1978 ini juga tetap aktif dan fokus menekuni dunia bisnis. Tak repot jauh – jauh mencari partner demi memudahkan pekerjaan di ranah usaha, ia bersama sang suami, I Wayan Agus Eka Putra, bahu- membahu mempertahankan sekaligus berupaya membangun bisnis secara mandiri yang sesuai dengan keinginan mereka di bidang kain daerah Bali atau yang dikenal dengan nama endek Bali. Hingga saat ini, bisnis yang mereka kelola bersama dikenal dengan nama Aiswarya Endek Bali dan masih berdiri kokoh di tengah geliat pasar industri modern.

Saat ini, gempuran produk – produk fashion impor dari berbagai brand kenamaan dunia tentu menjadi sorotan banyak orang. Akan tetapi, tidak kalah saing dengan produk buatan desainer lokal yang buktinya masih tetap eksis mewarnai industri fashion tanah air. Bahkan tak sedikit, pengusaha kain dan pakaian lokal masih mampu menawarkan produk berkualitas tinggi.

Salah satu yang masih mempertahankan usaha di bidang kain dan pakaian lokal asli Bali adalah Aiswarya Endek Bali, bisnis kain melalui outlet pemasaran yang berlokasi di jalan Tukad Barito Timur, No.88A, Panjer – Denpasar. Tentu tak bisa dipungkiri, di zaman modern ini kain tenun endek Bali telah mengalami revolusi dari waktu ke waktu. Ada banyak model dari baju endek telah mengalami perubahan untuk mengimbangi skena fashion. Berbagai corak dan dengan berbagai mode desain bermunculan untuk semakin memanjakan konsumennya.

Baca Juga : Bangun dari Keterpurukan, Menjadi Bijak Melalui Kebangkitan Spiritual

Dan usaha milik Dewi Laksmi yang sudah berjalan beberapa tahun silam ini turut meramaikan pasar fashion dan masih konsisten mengeluarkan produk kain dan desain khas lokal yang menarik. Melalui Aiswarya Endek Bali, terdapat beragam pilihan prodak menarik. Seperti diantaranya ada kain tenun khas Bali seperti kain endek, songket rangrang, seseh, tenun ikat endek motif barong, dari bahan katun dan sutra untuk pria dan wanita. Tidak hanya itu, kemeja lengan panjang dan pendek khusus untuk pria serta model tas atau clutch emboss phyton turut menjadi produk yang cukup diminati.

Dewi Laksmi yang sempat ditemui di sela kesibukannya, banyak menceritakan tentang bagaimana awal mula dirinya berani mendirikan bisnis tersebut. Bahkan tak hanya sekadar lika-liku selama menjalankan usahanya tersebut, namun juga hal yang menarik adalah bagaimana bisnis yang di kelola secara mandiri ini mampu bangkit di atas banyak keraguan, rasa pesimis, serta ketidakpercayaan keluarga atas upaya yang kini tengah mereka geluti. Ibu tiga anak ini mengaku, bahwa dirinya dibesarkan di tengah lingkungan keluarga yang harmonis.

Terlahir sebagai anak bungsu dari dua bersaudara, dari pasangan suami – istri, Drs. I Ketut Gerudug Astia dan Ni Wayan Sumarni, Dewi Laksmi di tuntun untuk tumbuh menjadi seorang anak perempuan yang berbakti dan tentu mampu menggapai cita-cita. Mengingat, sosok Ibu yang berprofesi sebagai seorang Guru dan Ayahnya bergelut di industri pariwisata sebagai staff di salah satu hotel di Bali, kian menjadi patokan atau ukuran kesuksesan.

Dalam artian, ketika pekerjaan di terapkan dalam sistem pegawai kantoran maka pekerjaan itu dikatakan sudah sangat layak untuk serius dijalankan. Mindset yang terus ditanamkan dan menjadi tolak ukur sebuah kesuksesan itulah yang membentuk masa perjalanan Dewi Laksmi di tengah keluarga dan lingkungan pergaulannya.

Namun hal itu tidak mesti ia salahkan. Toh pada akhirnya, perempuan yang akrab disapa Dewi ini mampu menemukan sendiri arti kesuksesan yang siap ia lukis dan warnai sendiri. Saat SMA, Dewi pun memilih sekolah jurusan di bidang Ekonomi, yang sangat jauh berbeda dari keinginan orang tua yang berharap agar dirinya bisa masuk di sekolah kedokteran dan menjadi dokter. Syukurnya, ada toleransi dan ruang kebebasan yang masih diberikan oleh kedua orang tua. Ia pun turut di dukung penuh hingga akhirnya mampu menamatkan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Bali.

Tidak lama setelah lulus dari kuliahnya itu, Dewi pun mendapat pekerjaan yang baik di bidang perbankan, salah satu lembaga Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Belasan tahun, Dewi pun mengabdikan diri hingga bertemu dan menikah bersama suami, I Wayan Agus Sumarni. Taraf hidup yang dijalani, sangat mapan, terlebih sang Suami mendapat pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Namun di tengah perjalanannya, keduanya merasa ada yang kurang. Hal ini berkaitan dengan waktu mereka untuk anak – anak dan keluarga. Dari situlah, keinginan Dewi untuk coba memulai pelan – pelan merambah dunia bisnis yang juga kebetulan, mata pencaharian orang tua dan keluarga Suami Dewi banyak bergeliat di dunia bisnis. Niat Dewi pun di dukung penuh oleh I Wayan Agus Sumarni.

“Kebetulan suami anak tunggal dan mertua memang menggeluti usaha di kain dan bahan baku. Karena kebetulan kita berpikir untuk melanjutkan usaha dari orang tua, kami punya tekad untuk coba belajar di ranah bisnis. Saya juga berpikir bahwa saya harus banyak belajar terlebih dahulu. Saat memulai usaha ini saya sudah berusia 30 tahun dan waktu itu sudah lahir anak yang kedua. Saya berpikir kalau tetap bekerja di kantoran, berarti harus menunggu 25 tahun lagi. Dan memang hampir 90% waktu saya untuk bekerja, Makanya sejak saat itu saya memutuskan untuk berhenti bekerja dan memulai bisnis.

Alasan utama untuk memilih resign memang untuk keluarga. Jika melihat hasil profit dari bisnis sendiri memang tidak menentu ya. Akan tetapi saya memiliki waktu lebih banyak untuk keluarga. Keuntungan lainnya juga saya bisa mengatur waktu sendiri,” jelas Dewi dengan sedikit tersenyum.

Tentu sebuah pilihan yang sangat berani. Terlebih ketika Dewi memulai usaha secara mandiri di daerah Denpasar dengan menyewakan satu tempat untuk membuka outlet khusus kain endek Bali.

Baca Juga : Bangun Bisnis Ritel Waralaba yang Bersahabat dan Terpercaya

Dewi tidak mengelak jika ada rasa pesimis sekaligus tidak yakin dengan upaya yang kita lakukan. Tetapi dengan keseriusan serta semangat yang besar, semuanya keraguan itu bisa kami jawab dengan pembuktian. “Jadi memang kita bisa bangkit di atas keraguan keluarga. Saya meyakini jika kita bekerja sesuai dengan yang kita senangi, memang beda hasilnya ketimbang mengerjakan sesuatu atas paksaan. buktinya ketika bekerja sesuai dengan passion, pancaran aura dan tenaga sangat berbeda. Dan tentu setiap pekerjaan selalu dinikmati,” tutur Dewi.

Ia juga tidak mengelak, bahwa untuk bisa menjawab sebuah keraguan tentu membutuhkan waktu yang cukup lama. Bukan bagaimana tentang seberapa hasil yang didapat, akan tetapi bagaimana mereka bisa merubah mindset. “Sehingga memang butuh waktu dua tahun untuk bisa membuktikan ke orang tua. Saya meyakini untuk serius dan fokus pada pilihan usaha saya sendiri. Syukurnya, dalam membangun usaha ini, sosok suami memiliki dorongan besar kepada saya. Suami memang benar – benar mendorong sekaligus berperan untuk mengenali konsep kerja dalam usaha ini,” aku Dewi.

Begitu pula yang diakui I Wayan Agus Eka Putra . Pria yang kini memilih fokus dalam dunia bisnis bersama Istri dan memilih berhenti dari tugasnya sebagai PNS, tidak mengelak jika alasan waktu untuk keluarga menjadi alasan sederhana namun sangat berpengaruh pada keberlangsungan hidup. ” Saya merasakan bahwa satu hal yang tidak bisa di beli adalah waktu. Waktu untuk keluarga, untuk anak-anak dan lebih intens berinteraksi dengan keluarga,” imbuhnya. Memilih peran di lini usaha pun merupakan pilihan yang sangat tepat. Mengingat, orang tua dan keluarga besar banyak bergelut di dunia usaha, seperti berdagang. Keyakinan itu pula yang diakui I Wayan Agus Eka Putra, ia dapatkan dari karakter Ayah.

Pria yang lebih akrab disapa Agus ini mengatakan jika sosok beliau adalah pekerja keras yang tidak pernah berhenti bekerja dengan semangat dan ambisi yang besar untuk bisa menghidupi kebutuhan keluarga. Dan caranya bekerjanya adalah dengan merambah dunia bisnis. “Saya sangat dekat dengan sosok ayah. Beliau memang sangat ambisius. Dalam artian, Ayah memiliki keyakinan pada setiap pilihan usaha yang ia geluti. Sehingga kepada anak-anak pun sangat men-support lewat sikap dan tindakannya. Sehingga dengan sendirinya energi itu yang kian mendarah daging dalam kepribadian saya.

Dulu saya pernah menjalankan usaha Art Shop, kandang ayam, dan akhirnya saya malah masuk di PNS. Bahkan usaha ayam yang masih bertahan hingga saat ini yang kebetulan dijalankan oleh keluarga sendiri. Tapi sekarang saya juga sudah berhenti dari PNS dan kembali fokus untuk ikut membantu mengembangkan usaha Istri serta bisa mendapat lebih banyak waktu untuk keluarga,” tutup Agus.

4 thoughts on “Bangkit di Atas Keraguan Keluarga, Buktikan dengan Bisnis Endek Bali

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *