Perjalanan hidup I Made Sutarjana adalah salah satu contoh bagaimana kehidupan sering kali membawa kita pada jalur yang tak terduga. Dari latar belakang sederhana sebagai pengemudi truk, ia kini menjabat sebagai manajer koperasi, sebuah lompatan besar yang mengubah jalan hidupnya. Menariknya, I Made Sutarjana adalah lulusan Biologi tahun 1987, sebuah disiplin ilmu yang tampaknya tak berkaitan langsung dengan karirnya saat ini. Setelah menyelesaikan pendidikannya, alih-alih berkarir sesuai bidang studinya, ia justru tertarik untuk mengikuti pendidikan angkatan bersenjata di Surabaya. Selama dua tahun, ia mendedikasikan dirinya untuk menyelesaikan pendidikan tersebut. Namun, nasib berkata lain, ia dinyatakan gugur dari program tersebut. Kejadian ini menyoroti salah satu realita dalam kehidupan: manusia sering kali memiliki harapan dan rencana, namun restu semesta atau takdir tidak selalu sejalan dengan keinginan kita. Namun, kegagalan itu tidak menghentikan I Made Sutarjana. Dalam ketidakpastian, ia menemukan jalannya di dunia koperasi. Perubahan karier yang drastis ini menjadi bukti bahwa setiap perjalanan memiliki jalurnya sendiri dan kadang kesempatan terbaik datang dari arah yang tak terduga.

Setelah gagal lolos sebagai prajurit, Sutarjana memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Desa Mambang, Tabanan. Kehidupan di desa membawanya kembali ke akar keluarga, pada tahun 1996 ketika orangtuanya membeli sepetak tanah di Bantas, ia pun pindah ke sana. Namun, tantangan baru muncul ketika Sutarjana belum memiliki pekerjaan tetap. Dalam usahanya untuk menemukan penghidupan, ia pergi ke Kuta dan berhasil mendapatkan pekerjaan di sebuah pabrik garmen. Di sana, ia bekerja selama tiga tahun, mengasah kemampuan dan memperluas pengalamannya di dunia kerja. Meskipun demikian, Sutarjana menyadari bahwa jalan hidupnya harus terus berkembang. Usai dengan pekerjaan di garmen, Sutarjana memilih untuk membantu orangtuanya mengelola truk yang mereka beli. Truk tersebut digunakan untuk mengangkut bahan baku material bangunan ke daerah Denpasar. Sutarjana mengambil peran penuh dalam pengelolaan bisnis keluarga ini, mengendarai truk dan menangani logistik pengiriman bahan material. Seiring waktu, bisnis keluarga mulai berkembang. Mereka menambah armada truk untuk memperbesar kapasitas pengiriman dan memperluas usaha di Denpasar. Langkah ini menunjukkan semangat kewirausahaan Sutarjana dan kemampuan adaptasinya dalam menghadapi tantangan ekonomi. Keberhasilannya dalam mengelola usha keluarga mencerminkan kerja keras dan ketekunan yang selalu ia bawa dalam setiap aspek kehidupannya, baik ketika bekerja di garmen maupun saat mengelola usaha truk di Denpasar.
Baca Juga : “I Gede Agus Sugiarta” Perjalanan Inspiratif Seorang Pengusaha, Guru dan Pemangku

Sejak itu profesi sebagai sopir truk melekat pada dirinya, Sutarjana bersyukur atas peningkatan ekonomi keluarganya, namun di dalam hatinya ia masih menyimpan ambisi untuk mencapai lebih. Tanpa diduga, keinginannya tersebut justru membawa peluang besar dalam bidang koperasi. Saat itu, ia masih berstatus sebagai anggota koperasi di Desa Mambang yang telah beroperasi sejak 2003 hingga 2007, namun dalam perjalanannya koperasi tersebut menghadapi masalah finansial yang cukup serius dimana banyak dana yang masih mengendap di bawah sehingga mengganggu arus perputaran keuangan lembaga. Untuk menyikapi permasalahan ini, kemudian manajemen koperasi pada saat itu menunjuk Sutarjana untuk turut membantu menyelesaikan permasalahan tersebut.
Sebagai salah satu anggota yang dipercaya, proses yang ditempuh Sutarjana tidak mudah dan membutuhkan waktu, tetapi berkat tekad dan integritasnya serta dukungan dari rekan-rekannya, permasalahan tersebut bisa teratasi. Dari hasil tersebut, Sutarjana bersama rekan-rekannya mulai memiliki ide untuk mengembalikan kepercayaan anggota dan masyarakat setempat, serta membangun kembali koperasi dengan dasar yang lebih kuat. Inisiatif ini menjadi titik awal kebangkitan koperasi. Dengan komitmen yang kuat, Sutarjana dan timnya mulai merancang langkah – langkah perbaikan dan merestrukturisasi koperasi, baik dari segi sistem maupun sumber daya manusia (SDM) sehingga bisa mengembalikan citra koperasi di mata anggota dan masyarakat sehingga mampu memberi asas kebermanfaatan sesuai dengan tujuan utama sebuah koperasi dibentuk.

Semangat Kebangkitan
Sebelum Sutarjana berhasil membangkitkan koperasi, ia menghadapi berbagai proses administratif yang harus ditempuh. Salah satu langkah krusial adalah melapor ke Dinas Koperasi Kabupaten Tabanan untuk mendapatkan izin serta arahan lebih lanjut. Setelah melakukan konsultasi, diadakan rapat luar biasa antara pihak koperasi dan dinas terkait. Dalam rapat tersebut, diputuskan bahwa koperasi dapat dikelola kembali dengan beberapa syarat yang perlu dipenuhi salah satunya adalah melaporkan setiap perkembangan dan pengelolaan koperasi secara berkala kepada dinas koperasi setempat. Setelah mendapatkan persetujuan resmi dari Dinas Koperasi Tabanan, langkah berikutnya adalah mencari lokasi operasional. Untuk memulai kembali koperasi dengan sumber daya yang terbatas, Sutarjana membuka operasional koperasi di warung kecil milik keluarganya. Meskipun fasilitas yang belum memadai, langkah ini menjadi tonggak sejarah bangkitnya koperasi di tanah kelahirannya.
Baca Juga : “Perjalanan Inspiratif Nyoman Cikung” Dari Kuli Bangunan Hingga Berdikari Bangun Bisnis Sendiri
Meskipun Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Cahaya Bayu Sudana sempat mengalami kegagalan, Sutarjana tidak pernah menyerah, ia justru bersyukur karena mendapatkan kesempatan kedua dari masyarakat Desa Mambang untuk memulihkan koperasi tersebut. Dengan tekad yang kuat dan bekerja sama dengan dua orang rekan lainnya, Sutarjana mulai menjalankan koperasi dengan mengikuti koridor yang benar. Mereka memulai kembali operasional koperasi dengan dana yang terkumpul sebesar 6 juta. Saat itu, Sutarjana masih bekerja sebagai sopir truk, namun hal tersebut tidak menghalanginya untuk memberikan perhatian penuh kebangkitan koperasi.

Perjalanan kebangkitan koperasi ini tidaklah mudah, namun berkat kerja keras, ketekunan dan dukungan dari anggota dan masyarakat, pada tahun 2013 “Koperasi Simpan Pinjam Cahaya Bayu Sudana” berhasil meraih predikat sebagai koperasi terbaik di Tabanan Prestasi ini bahkan telah diraih sebanyak tiga kali, menunjukkan stabilitas dan keberhasilan dalam pengelolaan. Aset koperasi yang pada awalnya berada dalam kondisi minus, kini mengalami peningkatan luar biasa, dengan total aset mencapai 13 miliar. Salah satu langkah signifikan yang diambil oleh Sutarjana adalah menata kembali pembukuan dan alur keuangan koperasi yang lebih terstruktur dan transparan dalam pengelolaannya disamping memanajemen SDM yang bekerja di koperasi. Tindakan ini tidak hanya memperbaiki kepercayaan masyarakat terhadap koperasi, tetapi juga menunjukkan komitmen Sutarjana untuk menjaga marwah koperasi sesuai dengan tujuan lembaga ini terbentuk demi terciptanya kesejahteraan bersama. Dengan aset yang semakin bertumbuh dan pengelolaan yang semakin profesional, KSP Cahaya Bayu Sudana menjadi salah satu contoh nyata bahwa komitmen dan kerja keras mampu menjadi dasar untuk perubahan yang positif dan memberi manfaat yang optimal kepada masyarakat atau anggota koperasi.
Dengan semangat untuk terus belajar dan meningkatkan kapasitas manajemen koperasi, Sutarjana berkomitmen untuk membawa KSP Cahaya Bayu Sudana menuju pencapaian yang lebih besar. Melalui pelatihan dan uji kompetensi yang masih diikutinya hingga saat ini, ia menunjukkan bahwa pengelolaan koperasi bukan hanya tentang modal, melainkan tentang bagaimana menjaga kepercayaan anggota serta pemahaman mendalam akan strategi manajemen dan keberlanjutan organisasi. Keinginannya untuk terus memperbarui pengetahuan, meskipun koperasi yang dikelolanya telah berhasil menunjukkan bukti nyata kebermanfaatannya, mencerminkan visi jangka panjang Sutarjana untuk menjadikan koperasi sebagai institusi yang benar-benar berfungsi bagi kesejahteraan masyarakat. Dengan konsistensi dan dedikasinya, Sutarjana berharap koperasi ini dapat menjadi contoh bagi koperasi lain di Indonesia, serta memberikan manfaat nyata bagi anggota dan komunitas sekitar.