Revitalisasi lembaga keuangan desa sangat penting dalam menyediakan akses sumber daya keuangan bagi masyarakat pedesaan. Banyak desa tidak memiliki akses terhadap layanan perbankan, sehingga mereka tidak mempunyai sarana untuk menyimpan uang, berinvestasi dalam bisnis atau mengakses kredit.
Dengan merevitalisasi lembaga keuangan desa seperti LPD (Lembaga Perkreditan Desa), masyarakat pedesaan dapat memperoleh akses terhadap layanan keuangan yang terjangkau dan berkelanjutan. Hal ini tidak hanya memberi mereka keamanan finansial yang lebih besar namun juga mendorong pembangunan ekonomi dan kemajuan bersama dalam masyarakat.
Konsep dan struktur LPD yang memainkan peran penting dalam meningkatkan ekonomi desa dengan mempromosikan aksi kolektif dan memberdayakan anggota masyarakat. Maka lembaga seperti LPD dapat didefinisikan sebagai asosiasi otonom yang secara sukarela berkumpul untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya bersama-sama.
Sama halnya seperti LPD Desa Adat Penarukan yang dalam perjalanannya sempat meredup dikarenakan kepengurusan internal yang kurang matang, sehingga nyala pertumbuhan LPD ini sempat terhambat dan hampir padam.
Di saat seperti itu, maka dibentuklah tim dan generasi baru untuk merivitalisasi lembaga keuangan desa ini agar dapat kembali melaksanakan fitrahnya sebagai tonggak kekuatan perekonomian desa.
Dengan cara mufakat, sosok putra daerah I Gusti Putu Gunastra pun kemudian ditunjuk dan diamanahkan sebagai pemutar tongkat estafet kepemimpinan LPD Desa Adat Penarukan yang kembali memulai lembar perjalanannya dengan generasi baru pada tahun 2007.
Baca Juga : Jejak Kesuksesan Perempuan Bali Mandiri, Transformasikan Warung Sederhana Menjadi Restoran Bertaraf Dunia
Dengan wajah baru dan visi luhur, LPD Desa Adat Penarukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan krama desa. Hal ini termasuk memastikan kebutuhan ekonomi yang sehat, pembangunan desa adat dan kebutuhan untuk membatu krama dalam kegiatan keagamaan dan kebudayaan. Maka dengan bekerja sama, lembaga yang baru direvitalisasi ini diharapkan dapat berperan sebagai alat perjuangan ekonomi yang memberikan kemandirian dan kemampuan daya saing.
Prinsip-prinsip dan nilai-nilai inilah yang kemudian menjadi napas baru LPD Desa Adat Penarukan. I Gusti Putu Gunastra meyakini bahwa untuk meningkatkan ekonomi rakyat di daerah pedesaan maka perlu dibangun suatu lembaga keuangan yang dikerjakan secara gotong royong, saling merangkul sebagai pusat pelayanan kegiatan perekonomian masyarakatnya.
Harapannya lembaga LPD ini akan dapat menjadi tulang punggung perekonomian wilayah, khususnya di desa adat dan membantu program pemerintah dalam mengatasi kesenjangan sosial.
Membangun lembaga keuangan yang solid memanglah tidak semudah membalikkan telapak tangan, terlebih dalam hal pengorganisirannya sebagai lembaga baru yang hadir di tengah masyarakat.
Tentu ada beberapa faktor yang harus berjalan dan berbenturan juga dengan ritme kinerja struktur organisasinya terdahulu. Hal itu juga menjadi tantangan yang harus di hadapi I Gusti Putu Gunastra dalam menjalankan amanahnya di masa awal memimpin.
Namun dengan learning by doing, transisi kepemimpinan dan kepengurusan ini pun kemudian menjadi bagian perjalanan LPD Desa Adat Penarukan dalam membentuk kinerja lembaga menjadi lebih baik dan dapat menjalankan perannya sebagai lembaga intermediasi keuangan yang sehat dan solid.
Hingga saat ini I Gusti Putu Gunastra terus mencondongkan arah kebijakannya untuk dapat memasilitasi kebutuhan pelayanan simpan pinjam, perkreditan, pemberdayaan di sektor pertanian dan juga menaiktingkatkan UMKM lokal untuk memaksimalkan segala sumber daya yang ada di wilayahnya.
Karena menurut I Gusti Putu Gunastra pembenahan dan program-program yang dijalankan LPD Desa Adat Penarukan harus lah sesuai dan sejalan dengan kondisi sumber daya masyarakat yang ada, sehingga dengan itu program yang dijalankan akan fokus dalam mendorong segala potensi desa agar dirasakan manfaatnya dengan optimal.
Tantangan yang harus ia taklukan terlebih dahulu ketika terjun langsung menahkodai jalannya LPD adalah bagaimana memupuk kembali animo dan kepercayaan krama desa.
Namun dengan semangat kegigihan,I Gusti Putu Gunastra bersama rekan seperjuangannya yaitu I Made Nada selaku sekretaris, seluruh staff dan badan pengawas dapat melalui tantangan itu secara perlahan. Strateginya adalah dengan masif mensosialisasikan fungsi dan tujuan LPD ini, lalu merangkul kembali para krama yang masih aktif dalam simpan pinjam dan kredit dengan cara kekeluargaan.
Sehingga laju perkembangan lembaga ini pun dapat berjalan dengan asas kekeluargaan dan menumbuhkan rasa kepercayaan yang kuat. Alhasil strategi itu pun terbukti dapat membuka kembali jendela antusisme krama secara organik.
LPD Desa Adat Penarukan merupakan gerakan ekonomi rakyat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melandaskan kegiatannya pada prinsip-prinsip kebersamaan yang sejalan dengan adat dan budaya desa.
Maka berlandaskan hal itu I Gusti Putu Gunastra pun terus menggencarkan langkah unifikasi antara lembaga dan perangkat pemerintahan desa untuk mewujudkan tujuan utamanya, yakni meningkatkan kesejahteraan dan menaiktingkatkan taraf kehidupan krama di wilayahnya.
Dengan diberikannya amanah untuk langsung mengorganisir lembaga keuangan desa ini, I Gusti Putu Gunastra yang latar belakangnya memang telah berkecimpung di dunia bisnis dan wirausaha kemudian menjadikan semua pengalamannya itu untuk membentuk ‘LPD Desa Adat Penarukan’ menjadi lebih komprehensif dan sehat, seiring dengan semangat masyarakat diwilayahnya yang semakin terkonsolidasi untuk maju bersama melalui LPD.
Sehingga momen ini menjadi titik balik kehidupan I Gusti Putu Gunastra yang menempa pribadinya menjadi sosok yang mempunyai tujuan pasti, mengabdikan diri seutuhnya untuk pertumbuhan ekonomi mandiri masyarakat di desanya.
Dengan sumber daya yang berkompeten dan seiring dengan sistem informasi terpadu, ‘LPD Desa Adat Penarukan’ terbukti mampu mengendalikan isu nasional terkait pandemi yang tentu juga menjadi tantangan setiap lini industri di Indonesia.
Baca Juga : “SIAP MENGEMBAN TANGGUNG JAWAB” Rumah Sakit Mata Bali Mandara Siap Memberikan Pelayanan Terbaik
Manuver-manuver dan program-program yang diwujudkan I Gusti Putu Gunastra di masa krusial itu pun kemudian dapat mengena dan bisa membantu masyarakat di wilayahnya yang terkena dampak dari siklus pandemi, dalam wujud manifestasi berupa dana sosial. Kontribusi tersebut tentunya digalakkan untuk terus menstabilkan perekonomian desa.
Berbicara tentang tumbuh kembangnya ‘LPD Desa Adat Penarukan’ maka tidaklah lepas dari latar belakang dan penempaan hidup I Gusti Putu Gunastra yang membentuk karakter integritasnya dalam menjalankan kinerja lembaga ini sehingga dapat tumbuh dinamis.
Sosok I Gusti Putu Gunastra lahir pada 17 Agustus 1964 dan dibesarkan di tengah keluarga yang sangat jauh dari kata mewah. Orang tuanya dahulu merupakan transmigran yang tinggal dan bermukim di Lampung tepatnya di Desa Rama Indra (RI), Kec. Seputih Raman, Lampung Tengah.
Masa-masa paceklik dengan keadaan alam, iklim dan daerah yang terisolasi pada saat itu kemudian menuntun anggota keluarganya untuk kemudian kembali pulang ke Bali.
Di masa transisi itu, ayahanda kemudian bekerja sebagai kernet dan ibunda membantu perekonomian keluarga dengan berdagang garam keliling.
Keadaan ekonomi keluarganya yang saat itu serba pas-pasan membuat I Putu Gusti Gunastra harus dapat berdikari sejak dini. Untuk mencukupi hajat hidup dan pendidikannya, sejak SD I Gusti Putu Gunastra telah berdagang es keliling sembari bersekolah.
Maka rutinitas masa kecilnya pun banyak dihabiskan untuk menyokong perekonomian keluarga sembari menimba ilmu.
Lembar demi lembar perjalanan kehidupan masa kecilnya itu pun ia lalui dengan penuh perjuangan, sampai akhirnya dapat menamatkan pendidikan formal nya.
Terus dihadapkan dengan perekonomian keluarganya yang sulit, membuat I Gusti Putu Gunastra kemudian semakin memantapkan diri dengan berjanji kepada diri sendiri untuk menemukan cara agar dapat mengubah garis takdir hidupnya, keluarga dan desa tercinta.
Mungkin lembar kehidupan masa kecil itulah yang memberikannya banyak pelajaran tentang pentingnya semangat kemandirian dan tujuan hidup yang turut membentuk integritasnya dalam menjalankan sendi – sendi kehidupan. Sehingga terbentuknya rasa kesadaran dan tanggung jawab dalam menahkodai jalannya lembaga keuangan desa yang kini diamanahkan kepadanya.
I Gusti Putu Gunastra meyakini bahwa LPD bukan hanya perkara simpan pinjam, tapi juga ada nilai-nilai sosial yang menjadi fitrahnya. Maka dalam perjalanannya ‘LPD Desa Adat Penarukan’ selalu memberikan wujud kerja nyata untuk membantu pertumbuhan infrastruktur dan menggalakkan dana sosial juga spiritual bagi semua lapisan masyarakat yang membutuhkan. Sehingga semua program yang dihadirkan memang memiliki urgensi bagi masyarakat itu sendiri.
Setiap insan pasti mempunyai tujuan dan pengharapan hidup. Tujuan hidup itu dapat dilihat dari kesuksesan yang telah dicapai selama menjalankan prosesnya. Namun bagi I Gusti Putu Gunastra kesuksesan tersebut tidak hanya dilihat dari nilai finansial yang diperoleh, namun juga dapat dilihat dari keberhasilan seseorang berguna atau bermanfaat bagi orang lain dan tanah luhurnya. Sehingga landasan nilai-nilai itu menuntunnya untuk turut berkontribusi membangun pertumbuhan ekonomi masyarakat di wilayahnya melaui LPD Desa Adat Penarukan.
Terhitung 17 tahun kepemimpinan dari tanggal 2 Februari 2007 sampai 2023, I Gusti Putu Gunastra dalam merevitalisasi dan menumbuh kembangkan kembali lembaga ini, ‘LPD Desa Adat Penarukan’ terus eksis bertumbuh dinamis sejalan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
I Gusti Putu Gunastra berencana untuk pensiun di tahun 2024 dan ia berharap apa yang ia kerjakan saat ini akan menjadi legacy bagi generasi-generasi penerusnya.