Membuka Pintu Rezeki di Tengah Pandemi, Perbanyaklah Sedekah dari Hati

Membuka Pintu Rezeki di Tengah Pandemi, Perbanyaklah Sedekah dari Hati

Liu Feredigo & Gina Devina – Nandiya Bakery

Dari penampakan luar Liu Feredigo mungkin awalnya hanyalah dipandang sebagai pekerja biasa. Namun, kita tidak bisa men-judge seseorang segampang itu karena kita tidak pernah tahu, bagaimana seseorang berupaya menanamkan semangat kemandirian didalam jiwanya, untuk terus mengubah nasib masa depan. Tak hanya menjadi sosok yang bisa dikatakan “lahir kembali” dalam pembaruan segi finansial, tapi juga pola pikir dan cara pandang hidup yang lebih bijaksana.

Lahir di Kalimantan dari orangtua yang bekerja sebagai pemilik beberapa bidang usaha di Jakarta, Liu Feredigo sempat merasakan kerasnya didikan dalam keluarga. Dari didikan yang ia terima tersebut, ia sempat berpikir, bahwa kedua orangtuanya tak memiliki kasih sayang untuknya, karena begitu detailnya orangtua mengajarkan kedisplinan dan tanggung jawab dalam pekerjaan rumah tangga kepadanya.

Meski sempat membandingkan cara orangtua mendidiknya dengan teman-teman sebayanya, Liu Feredigo tetap memiliki kedekatan dengan orangtua. Seiring beranjak dewasa, ia semakin paham bahwa dibalik penampilan keras yang orangtuanya tunjukkan, ada sebuah kasih sayang yang tulus, bahkan tak hanya dengan keluarga, tak sedikit orang – orang di lingkungan tempat tinggalnya, mengungkapkan betapa Sang Ibu tanpa pamrih membantu mereka yang saat membutuhkan pertolongan.

Dengan pola didikan yang demikian, Liu Feredigo memiliki semangat dan memberanikan dirinya untuk berpindah – pindah kota dan dari pekerjaan satu ke pekerjaan lainnya, terutama spesialisasi sebagai customer service dan operational system. Dari satu perusahaan ke perusahaan berbeda bidang atau membantu orangtua hingga sanak keluarga, ia jalani sesuai kemampuannya. Sampai pada akhirnya ia memutuskan untuk berangkat ke Bali, atas saran pamannya, agar ia memiliki pikiran yang semakin terbuka dalam memandang dunia.

Tiba di Bali, di daerah yang masih asing baginya, Liu Feredigo menyerahkan nasibnya pada Sang Pencipta, sembari ia harus tetap bekerja keras menemukan peluang kerja yang tepat untuknya. Tantangan demi tantangan pun harus dihadapi, dari penghasilan yang tidak seberapa untuk bertahan memenuhi kebutuhan dan rasa hampir menyerah yang membuatnya ingin kembali ke kampung halaman. Namun Tuhan memberinya petunjuk melalui mimpi bahwa perjalanannya belum berakhir.

Ia boleh saja bekerja dan berpenghasilan, tapi akan lebih baik lagi kalau ia mulai memperhatikan orang – orang disekitar yang lebih memiliki nasib kurang beruntung dibanding dirinya. Mendapat petunjuk tersebut, tanpa ragu ia mulai menyisihkan penghasilannya berapa pun yang ia dapatkan dengan bersedekah. Alhasil, janji Tuhan memang tidak pernah salah, rezeki selalu ada untuknya, meski ia masih sebagai karyawan bawahan saat itu. Dari pengalaman tersebut, Liu Feredigo pun semakin terpanggil bersedekah tak hanya di tempat ibadah, tapi juga di sarana umum lainnya.

Jalan yang terbuka tersebut, kemudian melanjutkan langkah Liu Feredigo pada sebuah perusahaan bakery ternama di Bali, Liu Feredigo memiliki pengalaman yang cukup lama dibandingkan perusahaan-perusahaan sebelumnya ia bekerja saat masih di Bogor dan Jakarta. Namun karena adanya suatu pemikiran yang tidak sejalan dalam menjalankan perusahaan. Secara perlahan, ia memutuskan lebih baik mundur dan memilih jalannya karirnya sendiri.

Kemampuan Liu Feredigo dalam meng-handle pelanggan, penyediaan produk, kemudian ia aplikasikan pada usaha yang mengangkat nama putrinya “Nandiya Bakery” yang tersebar di daerah di Bali yaitu di Jalan Raya Padang Luwih No.6A-Dalung, Jalan Gunung Rinjani No. 32- Denpasar Barat, Jalan Raya Pemogan-Denpasar Selatan, Jalan Flamboyan No. 38 Semarapura, Jalan I Gusti Ngurah Rai-Gianyar dan Jalan Ciung Wanara-Gianyar. Dalam pengelolaannya, ia dengan senang hati menerima kritik maupun saran dari customer, demi meningkatkan kualitas usaha bakery-nya tersebut.

Banyak Belajar Bisnis dan Hidup dari Para Senior
Semakin suksesnya usaha yang didirikan Liu Feredigo, ia semakin memahami bahwa sumber kebahagiaan hidup ini tak hanya memperoleh uang, tapi juga membahagiakan orang – orang, khususnya yang ada di sekitar kita. Maka daripada itu, ia tidak mau terus menerus menenggelamkan dirinya dengan pekerjaan. Ia senantiasa menyisihkan waktu bersama keluarga, terutama keluarga kecilnya saat ini, sesuai dengan pesan yang banyak disampaikan oleh orangtuanya dan mereka yang dari usia lebih senior dalam menjalani hidup.

Berawal dari obrolan kecil saat Liu Feredigo bertemu dengan customer, terutama orang – orang yang telah berusia matang di sela – sela urusan pekerjaannya. Kemudian obrolan tersebut semakin hangat dan saling mengikat antara satu sama lain, meski tak memiliki hubungan sedarah. Ia yang tentu nampak lebih muda dari lawan bicaranya, bukannya semakin merasa membuang waktunya, justru merasa terpanggil, bahwa ilmu yang ia dapat pasti akan berguna suatu saat nanti.

Ilmu memang bisa datang dari mana saja, tak hanya dari guru atau profesor, bahkan orang biasa yang tak secara resmi menyabet sebuah gelar dalam rangkaian namanya, bisa kita dapatkan sebuah ilmu dan pengalaman yang berharga, meski cara penyampaian mereka tak sehandal para pengejar di sebuah institusi pendidikan.

Begitulah pengakuan Liu Feredigo selama ia melayani beberapa customer-nya ataupun takdir yang sengaja membawanya ke dalam pertemuan dengan sosok yang begitu berpengaruh baginya dalam menjalani hidup saat ini. Tak hanya ilmu bisnis, ilmu dalam mengarungi hidup yang mungkin tak sepenuhnya kita dapatkan di sekolah, ia dapatkan bahkan secara cuma – cuma. Salah satunya, jangan pernah ragu untuk mencoba sesuatu, bila kita melakukan kesalahan, kita bisa memperbaikinya dan belajar dari kesalahan tersebut, hingga menemukan titik cerahnya.
Sebagai anak muda yang identik dengan sikap yang tidak sabaran, darisanalah Liu Feredigo juga banyak belajar, sesuai dengan isi pesan yang ia dapatkan. Bahwa tak ada kesuksesan yang didapat secara instan, semuanya butuh serangkaian proses yang akan semakin mematangkan kita dalam bersikap maupun berpikir. Jadi untuk menjadi orang sukses itu, sudah dipastikan butuh kesabaran dan hati yang sebelum menggapainya.

Terakhir, ia juga menambahkan, jangan pernah mengabaikan akan pelajaran dari bersedekah, karena dari ketulusan hati pemberian rezeki kita akan sangat berarti bagi mereka, terutama di tengah kondisi pandemi. Jangan hanya sibuk menyembuhkan keuangan kita dengan bekerja, tapi mulailah juga dengan beramal dan membahagiakan banyak orang.

2 thoughts on “Membuka Pintu Rezeki di Tengah Pandemi, Perbanyaklah Sedekah dari Hati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *