Berawal dari antusiasnya memperhatikan bagaimana dokter bekerja merawat pasien, terlebih pada dokter spesialis akupuntur, sejak kelas V SD dr. Ni Wayan Putu Suati pun menanamkan keinginan terdalamnya untuk menjadi seorang dokter nantinya. Semangat itu kian menjadi – jadi, saat ia bertemu seorang dokter bernama, dr. Poernomo, yang mengatakan kepadanya bahwa, ia adalah calon dokter di masa depan. Mendengar hal tersebut, untuk usia anak – anak sepertinya, tentu menjadi sebuah support yang luar biasa akan selalu terpatri sepanjang hidupnya.
Dibesarkan oleh orangtua luar biasa pekerja keras, dari masih menempati kontrakan, hingga memiliki rumah pribadi, tak salah dr. Ni Wayan Putu Suati memiliki karakter yang kuat dalam mengejar cita – citanya. Latar belakang ayah yang bekerja sebagai sopir dan ibu berdagang di pasar, yang sudah harus meninggalkan rumah sejak jam 4 pagi, memaksanya sebagai putri pertama yang memiliki tanggung jawab memenuhi kebutuhan tiga orang adiknya dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, kemudian mengantarkan adik masuk sekolah, yang ia rutinitaskan sejak kelas III SD.
“Kata – kata adalah doa” seperti itulah hukum semesta yang berlaku di muka bumi ini. Barang siapa yang selalu berkata lisan yang baik, timbal baliknya akan menimbulkan hal positif dalam kehidupan. dr. Ni Wayan Putu Suati pun membuktikannya, doa tak selalu harus melalui ritual-ritual keagamaan, tapi juga harus diimbangi dengan perilaku dan pola pikir keseharian kita. Dan patut disyukuri, ia dilahirkan di lingkungan yang memiliki support system yang baik untuk tumbuh kembangnya di masa keemasannya, di masa kecil.
Baca Juga : Segala Kebaikan yang Kita Bangun Pada Akhirnya Akan Membangun Diri Kita
Wanita kelahiran 18 April 1972 di kota Klungkung ini, mulai menambah wawasannya dengan membeli buku-buku, seni menambah ilmu di era belum mengenal informasi melalui media internet. Pada tahun 1980an, ia harus berangkat ke kantor pos untuk mendapatkan buku yang ia inginkan, masih sangat sederhana dan cukup menyita waktu, seraya tersenyum dr. Ni Wayan Putu Suati mengungkapkan sangat menikmati proses terssebut.
Bertajuk “Dari Balik Kamar Praktek Dokter” oleh Dr. Handrawan Nadesul adalah buku yang pertama dibeli dr. Ni Wayan Putu Suati dengan uang tabungannya. Lembar demi lembar ia mulai membaca dan tertarik untuk menerapkan beberapa kasus sederhana dari buku tersebut. Bersama adiknya yang ia andai-andaikan sebagai pasien dan dirinya yang saat itu masih berusia 11 tahun, tentunya pada posisi sebagai dokter, dr. Ni Wayan Putu Suati sudah mulai menghapal gejala – gejala penyakit dengan gaya khas anak-anak sembari bermain.
Masa bermain dokter – dokteran sambil belajar, membuat dr. Ni Wayan Putu Suati semakin tidak sabar untuk menjadi dokter sungguhan. Apalagi jasa seorang dokter sebagai penyembuh orang sakit adalah pekerjaan yang mulia. Orangtua manapun sudah pasti bangga bila anak mereka berprofesi sebagai dokter. Ayah dari dr. Ni Wayan Putu Suati khususnya, pun sangat mendukungnya untuk memilih jalan karirnya sebagai dokter, didukung dengan prestasi akademisnya yang selalu mendapatkan juara di kelas.
Waktu demi waktu menanti kabar pengumuman kelulusan test jalur Sipenmaru (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) di fakultas kedokteran, menjadi pengalaman tak terlupakan bagi dr. Ni Wayan Putu Suati saat itu. Akhirnya melalui surat kabar, percaya tidak percaya pada tanggal 4 Agustus 1990, dr. Ni Wayan Putu Suati dinyatakan lulus dan resmi menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana. Orangtua pun turut bahagia atas kabar tersebut, apalagi reaksi ayahnya yang langsung mengabarkan ke orang – orang sekitarnya, bahwa putri pertamanya akan menjadi seorang dokter.
Setelah lulus, dr. Ni Wayan Putu Suati memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu di sebuah klinik berlokasi di Kuta, sebelum melanjutkan ke program profesi. Seiring berjalannya waktu dan menyaksikan serba-serbi klinik tersebut, tanpa ia sadari ia meyakini suatu saat nanti, akan memiliki sebuah klinik dan membiarkan pikiran – pikirannya terus dikuasai keinginan tersebut, seolah kejadian tersebut sudah benar – benar terjadi. Pola pikir dr. Ni Wayan Putu Suati pun semakin mendetail saat ia masih berstatus sebagai karyawan. Dalam klinik yang ia dirikan, ia akan berkesempatan mengembangkan karir yang lebih cemerlang nantinya dan kefleksibelan waktu bersama keluarga sebagai wirausaha.
Baca Juga : Berdikari Melalui Profesi
Tanpa terasa tiba masa dr. Ni Wayan Putu Suati untuk melanjutkan program profesi atau yang akrab disebut Dokter PTT. Setelah selama tiga tahun ditempatkan di desa Manggis, Karangasem, ia memutuskan membuka praktek swasta, tanpa embel – embel berstatus sebagai PNS. Segala kebutuhan dalam perintisan usaha tersebut ia kerjakan secara mandiri, belum mempekerjakan karyawan ataupun perawat sama sekali.
Pada saat masih sebagai Dokter PTT, dr. Ni Wayan Putu Suati sudah dibanjiri oleh pasien, saat ia sudah mendirikan lokasi praktek, tak diragukan lagi dr. Ni Wayan Putu Suati tak membutuhkan waktu yang lama untuknya melakukan pelayanan positif kepada masyarakat, khususnya di daerah objek wisata Candidasa. Pilihannya untuk membuka praktek di lokasi tersebut, karena sedari awal bekerja di daerah pariwisata, membuatnya ingin kembali membuka di area wisata, yang juga sekaligus dekat dengan kampung halamannya.
Meyakini “The Law of Attraction”
Jauh sebelum ilmu tarik menarik atau disebut “The Law of Attraction” yang melibatkan manusia, Tuhan dan semesta naik kepermukaan, dr. Ni Wayan Putu Suati yang belum paham tentang konsep tersebut, tanpa disadari telah mempraktekan dalam kehidupannya. Sejak ia memiliki cita – cita sebagai dokter, kemudian membayangkan dirinya memiliki klinik pribadi. Secara perlahan, diiringi dengan doa dan kerja cerdas, semesta pun merestui buah dari pemikiran – pemikiran dan ucapan-ucapan positif atau afirmasi yang ia yakini akan menjadi bagian dari perjalanan penting hidupnya.
Selain sukses menciptakan cita-citanya, vibrasi yang positif dimiliki dr. Ni Wayan Putu Suati juga tak lepas memberi manfaat dalam menarik hal-hal positif yang mendukung karirnya hingga di pencapaiannya mendirikan “Klinik Yagya Dasa” yang beralamat di Jl. Raya Candidasa, Sengkidu, Kec. Karangasem dan terakhir bertugas sebagai kepala puskesmas di Puskesmas Manggis 1. Seperti melakukan hal – hal baru, yakni meditasi dan yoga, yang mampu membangkitkan ketenangan jiwa yang lebih tenang dan bahagia.
Apa yang dimiliki wanita yang juga berprofesi sebagai yogini atau praktisi yoga wanita ini, diyakini olehnya adalah hal terbaik yang dianugerahkan Tuhan kepadanya. Terlepas meski belum ada kesempatan karena terbatasnya ekonomi untuk melanjutkan spesialis saat itu, namun ia sangat bersyukur dan tak berpasrah begitu saja, justru semakin terpacu untuk meningkatkan kualitas diri dan meng-improve skill baik diri sendiri dan seluruh staf, agar Klinik Yagya Dasa mampu terus memberikan pelayanan yang optimal, berpondasi pada pencerahan spiritual kepada sesama.
2 thoughts on “Menciptakan Kesuksesan dengan Vibrasi Positif dan “The Law of Attraction””