Bercita – cita sebagai insinyur sudah menjadi karir yang diimpikan Ir. I Gde Sudiartha sejak remaja. Kemampuannya dalam bidang ini pun semakin terasah dengan mendirikan dua perusahaan kontruksi. Meski berada di sela-sela kesibukan yang menyita perhatiannya, ia berupaya tak menutup diri dengan menjaga keakraban dengan lingkungan sekitar. Santunnya pergaulan dan memiliki wibawa dalam mengayomi masyarakat yang awalnya hanya seputar di perusahaannya saja, ternyata tak sedikit yang melirik pria asal Tabanan ini untuk maju dalam kegiatan partai politik.
I Gde Sudiartha, pria kelahiran 1966 ini, dari ayah yang merupakan kepala Kantor Pos Indonesia cabang Tabanan sedangkan ibu fokus mengurus rumah tangga. Seiring kesuksesan perjalanan karir ayahnya, beliau juga mengembangkan finansialnya dengan mendirikan fasilitas akomodasi penginapan, salah satunya yang terkenal “Hotel Taman Rai” yang telah direnovasi pada tahun 2002, beralamat di Jl. Darmawangsa No.15, Delod Peken, Kec. Tabanan, Kabupaten Tabanan.
Baca Juga : Dari Supir Hingga Sukses Berwirausaha Mendirikan UD. SKN
Sepeninggal ayah pada tahun 1973, membuat Gde Sudiartha tak sempat mengenal bagaimana sosok beliau, karena saat itu ia baru duduk di bangku TK. Jadi ia hanya dibesarkan dan dididik oleh Ibu yang merupakan sosok yang sabar tapi tegas. Pengaruh yang demikian, melahirkan Gde Sudiartha yang memiliki semangat untuk meraih cita – citanya sebagai insinyur sejak SMA. Setelah tamat, ia kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Udayana.
Ibu dari Gde Sudiartha telah berhasil membuktikan, sukses mendidik tujuh orang anak yang kini telah membidangi karir masing – masing, Gde Sudiartha sendiri mendirikan CV. Wahyu Amerta, kemudian disusul CV. Eka Karta Utama dan CV. Wahyu Amerta II. Diantara kakak-kakak dan adiknya, I Gde Sudiartha yang merupakan anak keenam ini, satu – satunya yang selain sebagai pengusaha, juga terjun ke partai politik.
Saat semasa kuliah, Gde Sudiartha juga senang mengikuti kegiatan organisasi. Hingga di tengah pendirian usaha, ia yang dikenal oleh rekan – rekannya sebagai sosok yang mengayomi masyarakat, didorong untuk maju dalam suatu partai politik. Tak ada penolakan darinya, karena basic-nya ia memang memiliki passion bersosialisasi, terlebih bisa memberi manfaat dengan kuasa yang ia miliki, tentunya menjadi perbuatan yang terpuji dan kebanggaan tersendiri.
Gde Sudiartha sudah bergabung ke PDIP sejak tahun 2000 silam yang dimulai dari anak ranting. Pada periode tahun 2009 – 2014, pria yang akrab dipanggil Gde Taman Rai ini berhasil menduduki kursi wakil rakyat di DPRD Tabanan dengan jabatan sebagai Wakil Ketua Komisi II. Namun sayangnya ia dikecewakan oleh oknumnya sendiri, hingga setelah habis satu periode, ia memilih vakum dari perpolitikan Tabanan dan tahun 2015 resmi sudah tak menjadi bagian dari struktur Partai PDIP.
Kinerja Gde Suadiartha ternyata telah meninggalkan fans fanatiknya tersendiri, ia pun mendapat dukungan untuk kembali menyuarakan aspirasi masyarakat dengan maju kembali ke partai politik. Dikarenakan adanya desakan dari para pendukungnya tersebut, meski diakui olehnya semangatnya sudah tak 100% saat sebelum – sebelumnya. Apalagi berdasarkan pengalamannya, membuat ia berpikir beberapa kali untuk terjun kembali ke dunia tersebut.
Baca Juga : Menjalani Hidup dan Sukses dengan Menjadi Versi Terbaik Kita
Demi Fans Fanatik
Berbagai pilihan partai datang menemuinya, berharap Gde Sudiartha berkenan untuk bergabung dengan beberapa tawaran untuk duduk diposisi strategis. Hingga akhirnya menjatuhkan pilihan dan kembali berkiprah di dunia politik, dengan mengusung Partai Nasdem, sebagai salah satu partai pendukung Presiden Joko Widodo, yang ia kagumi dan hormati melihat kinerja beliau yang banyak membawa perubahan bagi Indonesia. Melihat kedekatan hubungan pendiri partai, Surya Paloh dan Sang Presiden, selain itu Ideologi dari Partai Nasdem sendiri yang sangat berpihak pada masyarakat, kemudian politik tanpa mahar dan berani memberi peluang bagi tokoh – tokoh masyarakat yang ingin maju menjadi caleg tanpa harus duduk di struktur partai. Akhirnya ia pun memantapkan diri mencalonkan diri sebagai caleg dari Partai Nasdem nomor urut 2 di Dapil I (Tabanan-Kerambitan). Partai Nasdem pun dengan bangga mendudukannya sebagai Komisi Saksi Nasdem Tabanan.
Seiring perjalanan Gde Sudiartha di dunia politik, tentu yang diharapkan oleh masyarakat pemerintahan tersebut dapat membawa perbaikan dalam hal kesejahteraan dan kehidupan mereka. Hal inilah yang selalu menjadi ‘alarm’ baginya, di mana ia telah didukung oleh pendukung setianya sedemikian rupa, tak mau hanya memikirkan kepentingan diri sendiri atau sesama rekan politik saja. Seperti sikap optimis bisa kembali duduk sebagai anggota dewan, seperti itu pula ia menyambut langkahnya untuk menjunjung tinggi visi misi aspirasi masyarakat.
Baca Juga : Sebagai Pebisnis Lokal, Mari Saling Meringankan Beban di Tengah Krisis Pandemi
Berpartisipasi dalam bidang ini memang bukan perkara kemenangan dengan angka statistik mayoritas dan euforia semata. Setelah ini, mental kita diuji dan harus benar-benar dibuktikan bahwa kita memang memiliki kualitas, dari hasil sebuah demokrasi. Kemudian melahirkan kegiatan yang bermanfaat yang penuh dilakukan karena penuh kesadaran, visi kesejahteraan yang luas dan terus keberlanjutan, hanya demi memikirkan manfaat bagi seluruh masyarakat.
Namun sayangnya, memang godaan dan ujian itu datang dari mana saja, bahkan zaman ini orang yang ‘positif justru diasingkan, yang negatif, buruknya bisa dielu – elukan’, tentu hal ini sangat memalukan sebagai citra orang – orang dengan bungkusan pakaian yang rapi dan memiliki kepintaran otak untuk berpikir, namun mata hatinya belum tersentuh untuk tetap berpedoman pada kebenaran. Kondisi ini yang membuat Gde Sudiartha harus selalu mawas diri dan berlandaskan keimanan yang kuat dalam menjalani bidang apapun.
Meski telah lepas dari PDIP, bukan berarti ia menutup tali silahturahmi. Gde Sudiartha tetap mengikuti perkembangan partai dengan simbol moncong putih tersebut, yang telah mewarnai pengalamannya dalam getirnya dunia perpolitikan. Ia berharap meski berbeda warna, persatuan antara partai – partai yang sama – sama memiliki tujuan mulia untuk negeri, seharusnya tak ada kata persaingan yang penting untuk dilakukan, bahkan sampai menjatuhkan sesama. Baiknya kita bahu – membahu, sebagai sosok yang terpilih dan diberi kesempatan oleh Sang Pencipta duduk di kursi yang berfungsi untuk memperjuangkan suara rakyat dan menjalani posisi kita sebaik mungkin. Tentunya diiringi dengan menanamkan ketakwaan dan keimanan kepada Beliau, untuk memohon bimbingan dan restu dalam setiap langkah yang akan diambil.
One thought on “Mendapat Simpatisan Dari Masyarakat, Harusnya Kembali ke Masyarakat dan Mensejahterakan”