Diawali pada tahun 1974, RSU Manuba masih berupa klinik yang hanya menerima pasien persalinan saja. Karena masa itu tenaga dokter yang tersedia hanya sebatas dokter kandungan dan dokter anak. Seiring perkembangan peraturan-peraturan baru, khususnya di dunia medis, klinik tersebut pun mengubah statusnya menjadi rumah sakit umum, sekaligus meningkatkan pelayanan yang lebih memuaskan dan menyehatkan masyarakat.
dr. Ida Bagus Gede Fajar Manuaba, Sp.OG, MARS atau yang akrab disapa dr. Fajar ini, lahir di Surabaya 19 Maret 1967, di mana ayah yang berprofesi sebagai dokter sedang melanjutkan pendidikan spesialis saat itu, hingga di tahun 1971, kembali ke Bali dan beliau bekerja di RSUP Sanglah. Ibu dari dr. Fajar pun berprofesi sebagai dokter yakni spesialis gigi. Atas latar belakang kedua orangtuanya tersebut, sudah dipastikan kedisplinan menjadi didikan istimewa yang ia dapatkan dalam keluarga.
Baca Juga : Tetap Menjaga Kualitas Sebagai Prioritas
Berkat didikan tersebut, dr. Fajar sukses menyelesaikan pendidikannya sebagai Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin. Kini selain memimpin dan praktek di RSU Manuaba, ia juga praktek di RS Bhakti Rahayu, sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan terhimpun dalam organisasi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI).
Sebelum berstatus sebagai rumah sakit umum, RSU Manuaba yang didirikan ayahnya masih berupa klinik persalinan. Seiring berkembangnya peraturan dan dunia medis, klinik ini bertumbuh menjadi salah satu rumah sakit swasta ternama di Bali yang berlokasi di jantung kota Denpasar.Sebagai rumah sakit swasta, yang juga menangani kasus covid di Bali, dr. Ida Bagus Gede Fajar Manuaba dengan tegas mengatakan pihak rumah sakit tak merasa diuntungkan dengan adanya pandemi ini.
Justru bila kasus covid tak mengalami penurunan, pihak rumah sakit juga mengalami kerugian. Di mulai dari prasangka dan ketakutan masyarakat berobat ke rumah sakit, karena menganggap rumah sakit sebagai sarang dari virus ini atau khawatir bahwa tenaga medis terlalu cepat mengambil kesimpulan, bahwa setiap pasien yang datang adalah positif covid.
Baca Juga : Niat Positif Untuk Masa Depan Progresif
Tentu hal ini akan membawa citra buruk bagi fasilitas kesehatan sendiri, kondisi merugi ini pun untuk fasilitas sekelas rumah sakit, tak semudah seperti usaha restoran yang harus tutup di tengah jalan karena pandemi. Meskipun kondisi semisal tanggal surat izin pendirian sudah habis masa berlakunya, rumah sakit pun harus tetap dibuka.
Beban pun dirasa oleh investor, termasuk dr. Fajar selaku pendiri RSU Manuaba, mengingat harus selalu ada laporan penyediaan oksigen, namun tidak ada keseimbangan antara pasien yang menggunakan kartu BPJS dan pasien umum, yang diharapkan bisa disubsidi silang, karena keduanya sama-sama mengalami penurunan kunjungan. Terakhir atas hasil rapat yang dilakukan, selaku Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Bali berupaya memulihkan gambaran umum rumah sakit swasta saat ini dengan memberikan edaran untuk meminta laporan data tunggakan pemerintah kepada rumah sakit swasta. Tentu agar mampu memenuhi kebutuhan pasien covid khususnya, agar dapat berjalan maksimal dan angka kesembuhan dari pasien covid terus meningkat.
5 thoughts on “Terus Bertahan dan Beradaptasi Mengikuti Perubahan Positif di Masa Pandemi Global”