Kadek Sokantara – UD. Bali Sari 66
Berawal dari rasa keprihatinan Kadek Sokantara dengan kondisi pandemi yang berdampak krisis ekonomi pada lingkungan sekitarnya, justru melahirkan gerbang rezeki baru untuknya. Meski sempat ada omongan-omongan yang kurang menyenangkan, tak membuat ia patah semangat dalam menanamkan benih-benih kebaikan kepada sesama.
Dalam kondisi pandemi, tak sedikit masyarakat yang berdampak krisis pendapatan, bahkan mengalamai kebangkrutan pada usaha. Dua tahun yang lalu, berawal dari sikap empati kepada masyarakat yang mengalami musibah tersebut, Kadek Sokantara berbagi sembako di sekitar tempat tinggalnya. Setelah semakin hari semakin dijalani, kebiasaan tersebut membangkitkan motivasi diri untuk berbuat lebih jauh lagi dalam berbagi kepada sesama.
Lewat berdonasi yang dilakukan Kadek Sokantara, tercetus ide untuk menjual produk sembako dengan harga yang lebih murah. Tidak main-main, dari keuntungan yang didapat, ia juga memberikan sumbangannya kepada yang membutuhkan dan seiring berjalannya waktu, ia semakin percaya diri untuk membuka toko yang bernama “UD. Bali Sari 66.
Di awal terjun merintis usaha, Kadek Sokantara keluar dari zona nyamannya dalam komitmen kerja keras untuk berbagi. Namun tak semua pandangan positif mengarah kepadanya, ada saja respon orang-orang yang terkadang membuatnya harus banyak bersabar dan menganggap semua itu sebagai tantangannya dalam berwirausaha.
Semakin berjalannya waktu dalam mengelola UD. Bali Sari 66 yang beralamat di Jalan Tukad Balian Wirasatya I, Ruko No.2a, Sidakarya, Denpasar Selatan ini, Kadek Sokantara mulai menemukan passion-nya yang memang ternyata adalah bekerja di lapangan, bertemu banyak orang dan melakukan transaksi kepada customer. Bisa jadi, kalau ia tidak pernah nekad mencoba berwirausaha, ia bisa saja melewatkan ambisinya tersebut dalam berkarir.
Bila dibandingkan duduk di seberang meja, Kadek Sokantara akan lebih memilih berkarya dengan berinteraksi dengan banyak orang. Berbeda dengan latar belakang orangtuanya, terutama ayah yang merupakan seorang pegawai kantoran, yang tidak terpikirkan sama sekali untuk menjadi wirausahawan. Meski ibunya sempat mencoba usaha, namun tak mendapat dukungan, sehingga tidak dilanjutkan dan ditutup begitu saja. Pria asli Panjer ini pun sempat tidak mendapat dukungan, setelah membuktikan sampai adanya perputaran usaha, barulah keluarga terbuka dengan usaha yang ia jalankan.
Keberanian untuk keluar dari zona keluarga sebagai pegawai, bisa dikatakan Kadek Sokantara diwarisi dari ibunya. Hanya saja ia lebih berkomitmen dan tidak tanggung – tanggung dalam melakukan upaya terbaik untuk mencapai tujuan daripada usahanya tersebut, tentunya masih dalam jalur yang positif, tak ada maksud untuk menganggu harga pasar, di mana yang menjadi fokus dari UD. Bali Sari 66, menawarkan sembako murah kepada masyarakat.
Baca Juga : Berdedikasi sebagai Pelayanan Masyarakat maupun Berwirausaha
Seiring dengan perjalanan usahanya, Kadek Sokantara sedikit menemukan penyesalannya, mengapa ia tidak melakukan pekerjaan ini saat usianya jauh lebih muda. Karena yang ia lakukan memang tak hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, tapi juga berlandaskan berbagi dalam kehidupan sosial. Namun seperti kata pepatah “Lebih baik terlambat, daripada tidak sama sekali”, ia tak mau terlalu lama menghabiskan waktu yang tidak bisa diputar kembali, dengan memanfaatkan waktu terbaik yang diberikan oleh Sang Pencipta, untuk tak lelah berbuat baik, apapun tantangan yang akan ia temui kedepannya.
Selebihnya sebagai orang Hindu Bali, Kadek Sokantara percaya dengan adanya karma, sekecil apapun kebaikan atau keburukan yang kita tinggalkan, pasti akan meninggalkan karma untuk kita. Hal ini pula yang ingin dikejarnya di masa kehidupan saat ini, dengan cara menabung karma baik yang tak hanya akan menjadi rezeki untuk dirinya sendiri, bahkan keluarganya kelak. Tentu dengan ketulusan, disertai dengan keyakinan hati pada doa dan mensyukuri segala nikmat yang didapat dari Sang Pencipta.
One thought on “Menemukan Passion Sekaligus Berdonasi Lewat Usaha”