Masing – masing pekerjaan pasti memiliki tantangan dan tanggung jawab tersendiri. Bahkan diakui I Nengah Suwitra, ia pernah merasa ada beban moral yang dipikulnya, terlebih berhadapan dengan masyarakat di lingkungan LPD Sading sendiri. Bila seseorang tidak mengenalnya dengan baik, mungkin tak sedikit yang memandangnya sebelah mata. Namun pria kelahiran Badung, 27 April 1968 ini, berupaya tetap dengan versi terbaiknya, memimpin LPD Sading agar dirasakan manfaatnya untuk masyarakat dan tentu saja untuk pembangunan desa.
I Nengah Suwitra hanya berpendidikan sampai di bangku SMA saja. Tamat sekolah, ia bekerja di bengkel cat, karena ingin memiliki sebuah rumah, maklum ia dengan empat saudaranya tinggal bersama dengan saudara dari orangtua yang ada lima orang, di sebuah rumah kuno dengan atap jerami yang seharusnya tidak layak lagi dihuni. Kondisi tersebut membuatnya juga harus menambah penghasilan sampingan dengan cara beternak sapi. Yang tak kalah membuat mata dan hati I Nengah Suwitra kembali mengurai air mata, saat orangtuanya sebagai petani, hanya mampu memberi makan satu piring yang harus dibagi dengan empat saudara. Dengan lauk pindang, tak pernah berpikir akan bisa menyantap daging ayam.

Baca Juga : Menjadi Kuat Karena Ujian dan Perjalanan Kehidupan
Dari bengkel, I Nengah Suwitra mendapatkan gaji sebesar 500 ribu, ia juga mengungkapkan, sebagai karyawan, ia cukup mendapat perhatian dari pemilik bengkel, dikarenakan ia tak hanya bekerja dengan keuletan, tapi juga kejujuran. Namun suatu hari ia mendapat penawaran pekerjaan dari prajuru banjar untuk bekerja di lembaga keuangan milik desa. Kesempatan tersebut, sempat membuatnya berpikir, apakah bengkel akan ia tinggalkan dan lebih memilih mengabdi di desa.
April 1991, I Nengah Suwitra bergabung dengan LPD Sading, yang saat itu masih dikelola oleh empat orang pada posisi ketua, sekretaris, bendahara dan ia sendiri sebagai petugas lapangan. Di kantor yang masih sederhana sekali, ia ada di posisi tersebut sampai tahun 1993. Tahun berikutnya dikarenakan salah satu oknum tidak bertanggung jawab, menyebabkan LPD Sading hampir mengalami kebangkrutan. Namun I Nengah Suwitra bersikeras, agar LPD Sading tidak ditutup begitu saja. Bahkan dengan lantang ia berbicara, LPD Sading harus tetap dipertahankan, meski tanpa kepala sementara waktu.

Tahun 1997, LPD Sading melakukan kepengurusan baru, I Nengah Suwitra ditunjuk sebagai sekretaris. Namun tantangan dan beban bekerja selama mengabdi di desa di masa itu, memang tidak main – main, ia sampai sempat mendapat pengalaman pahit karena berseteru dengan prajuru desa, demi mempertahankan pendiriannya, bahwa saat itu ia sudah berupaya menjalankan kewajibannya di jalan yang benar. Begitu juga dengan yang ada di sekitar lingkungan LPD, ia harapkan beroperasi sesuai dengan kaidahnya.
Baca Juga : Hadapi Tantangan Jenjang Berkarir Hingga Sukses Menduduki Kursi Direktur Utama
Meskipun LPD kadang harus berbenturan dengan masyarakat sendiri, kalau sudah dijalankan sesuai dengan tata peraturan yang berlaku, LPD seharusnya berjalan normal, ucap I Nengah Suwitra. Pada tahun 2005 ia kemudian dipercaya sebagai pimpinan LPD, sekaligus kelian adat, ia berprinsip untuk tetap saling menjaga hubungan kekerabatan antara LPD dan masyarakat, karena bila bukan LPD yang membiayai pendanaan kebutuhan masyarakat maupun pembangunan desa, siapa lagi yang bisa diandalkan.

Selain sebagai pimpinan LPD Sading, kelian adat sudah dua periode, I Nengah Suwitra juga bertindak sebagai ketua di perkumpulan keluarga dan di peguyuban kecamatan Mengwi. Sekian padatnya urusan kepemimpinan kemasyarakatan saat ini, sebetulnya sebelum terpilih ia sudah melalui banyak pertimbangan, apakah keluarga dan rekan – rekan akan mendukung atau tidak, mengingat beban moral dan tanggung jawab yang akan ia hadapi nantinya. Ia juga seolah memberi syarat, bila ia melakukan kesalahan, ia siap digantikan. Setelah sama – sama sepakat, I Nengah Suwitra, bendesa adat, prajuru dan pengelola LPD, kemudian melakukan pembenahan demi pembenahan. Dimulai tahun 2009 membangun gedung LPD Sading yang berlokasi di Jl. Raya Sading No.25A, Sading, Kec. Mengwi, Kabupaten Badung. Sejak awal I Nengah Suwitra menjabat sebagai kepala LPD pada tahun 2005 dengan jumlah aset LPD berjumlah 500 juta dan berangsur naik di akhir tahun 2005 mencapai 1,5 miliar yang terus meningkat sampai saat ini dengan nilai aset hampir menyentuh di angka 45 miliar. Pencapaian tersebut berkat kerjasama pengurus, staff, prajuru desa dan para rohaniawan dalam melakukan perbaikan dan pelayanan kepada masyarakat yang tentunya didukung pula oleh kepercayaan masyarakat atau krama desa untuk menjaga LPD Desa Adat Sading menjadi lembaga keuangan yang lebih berkembang, sehat, kuat dan tangguh.
One thought on “Menjaga Kepemimpinan Tetap di Jalurnya Demi Memajukan LPD Sading”