Tamat SMA, Ni Luh Niken Arma Eni, Amd., Akp. berangkat ke Surabaya dan mendapatkan informasi dari Dinas Kesehatan bahwa ada akademi akupunktur yang baru dibuka di kota tersebut. Ni Luh Niken Arma Eni mencoba mengikuti tes masuk dan ia dinyatakan lolos dan kemudian menempuh pendidikan di sana selama tiga tahun. Niken kemudian mempraktekan ilmu pertama kalinya di masyarakat, pada sebuah fasilitas homecare. Kemudian ia dipercaya untuk bekerja di instansi pemerintahan, di Dinas Kesehatan Provinsi Bali, namun hanya beberapa minggu, karena merasa lebih nyaman praktek secara individu dengan waktu yang tak dibatasi.
Sebelum membuka praktek sendiri, Niken sempat memiliki keinginan untuk mengejar karir sebagai akupunktur terapis di kapal pesiar. Dia telah menyiapkan semua dokumen yang diperlukan dan hampir saja ditempatkan di kapal tersebut. Namun, pada panggilan terakhir, Niken berubah pikiran dan memilih untuk tidak melanjutkan karir di kapal pesiar dan memilih membuka praktek sendiri. Keputusan tersebut tidaklah mudah, tetapi ia memiliki keyakinan dan visi yang jelas tentang bagaimana ia ingin memberikan perawatan kesehatan kepada pasiennya yang lebih pribadi dan fokus pada pasien, serta dapat membangun hubungan yang lebih baik dengan mereka. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk membuka praktek sendiri dan mengejar cita-citanya sebagai seorang praktisi akupunktur yang independen.
Sosok orangtua sangatlah penting bagi Niken dalam mencapai pencapaian yang telah diraihnya. Sang ayah merupakan sosok yang sangat spiritual, penyabar, setia, dan penuh kasih sayang dalam keluarga. Selalu memberikan dukungan dan nasihat yang baik untuk Niken dalam mengejar cita-citanya. Ibu Niken juga merupakan sosok yang sangat penting dalam perjalanan pendidikannya, yang menemani dan mendampinginya selama menempuh pendidikan di Surabaya. Kehadiran orangtua Niken memberikan dukungan dan motivasi yang kuat bagi Niken dalam mengejar impian dan cita-citanya. Oleh karena itu, Niken memutuskan untuk memberikan penghormatan kepada orangtuanya dengan menamai praktek akupunkturnya “Praktek Akupunktur Niki Husadha” yang mana mengangkat nama dari nama ibu, “Ni Ketut Djeniki”.
Baca Juga : Anak Desa yang Menuntaskan Dharma Kepada Ayahnya Tercinta Untuk Menjadi Seorang Dokter
Sejauh ini, “Praktik Akupunktur Niki Husadha” yang merupakan pionir akupunktur di Bali ini, banyak menerima pasien stroke, namun fungsinya tidak hanya itu. Praktik ini juga mampu membantu dalam penanganan saraf kejepit, sakit kepala dan migrain, masalah pencernaan seperti sakit perut, diare, sembelit, dan asam lambung, masalah muskuloskeletal seperti nyeri punggung, bahu beku, dan osteoarthritis, serta berbagai masalah lainnya. Bahkan, tren dan kemajuan dalam bidang estetika juga bisa diatasi melalui teknik akupunktur yang khusus dirancang, dikenal sebagai akupunktur kosmetik atau facial acupuncture. Teknik ini mampu merangsang produksi kolagen, meningkatkan sirkulasi darah, mengurangi kerutan dan mengencangkan kulit. Dalam beberapa kasus, teknik ini juga digunakan untuk mengatasi masalah kulit seperti jerawat dan bintik-bintik pigmentasi. Namun, meskipun akupunktur umumnya aman, ada beberapa kondisi medis yang tidak diperbolehkan untuk diobati dengan akupunktur seperti patah tulang; tumor; kulit infeksi, kehamilan, beberapa titik akupunktur tertentu pada tubuh dapat merangsang kontraksi dan memicu kelahiran prematur, sehingga akupunktur tidak dianjurkan untuk wanita hamil di trimester pertama. Namun, pada trimester kedua dan ketiga, akupunktur dapat diterapkan dengan hati-hati dan harus dilakukan oleh ahli akupunktur yang berpengalaman.
Baca Juga : Tetap Membumi Dengan Impian Besar Untuk Masa Depan Keluarga dan Anak Bangsa
Wanita yang juga sebagai Bendahara HAKTI (Perhimpunan Akupunktur Terapis Indonesia) Bali ini, memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan perawatan kesehatan kepada pasien. Tanggung jawab tersebut mencakup identifikasi masalah kesehatan pasien, pemilihan titik akupunktur yang tepat, dan penggunaan alat-alat akupunktur dengan benar. Selain itu, ia harus mampu berkomunikasi dengan pasien dan memberikan perawatan yang berkualitas dan aman. Salah satu pengakuan dari pasien “Praktek Akupunktur Niki Husadha” ialah Bapak Dwi, ia mengalami keluhan nyeri pada leher akibat mengangkat beban terlalu berat dan kebiasaan naik sepeda dengan postur yang menunduk. Bersama istri yang telah dua kali menjalani pengobatan akupunktur, Bapak Dwi yang baru pertama kali mencobanya juga merasakan lega sesuai dengan harapannya. Dengan mengikuti aturan dan tidak melanggar pantangan yang disarankan oleh Niken, Bapak Dwi merasakan perubahan yang signifikan pada lehernya yang semula kaku dan kini mulai lentur.
Niken berharap pengobatan akupunktur lebih dikenal oleh masyarakat, dilengkapi dengan fasilitas akupunktur di rumah sakit dan poliklinik semakin berkembang. Hal ini karena akupunktur juga diminati oleh para wisatawan yang mencari alternatif pengobatan yang aman dan efektif. Dengan pengalaman dan keahlian yang dimilikinya, ia bertekad untuk terus memberikan perawatan akupunktur yang berkualitas dan aman bagi pasiennya dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan. Dengan begitu, diharapkan keberadaan praktisi akupunktur semakin diakui dan diapresiasi sebagai bagian dari sistem perawatan kesehatan yang holistik.