Terpilih dan dipercayanya sebagai pimpinan LPD Padangtegal Ubud pada tahun 2000, I Wayan Artana, S.E, menganggap hal yang melatarbelakangi pencapaian tersebut karena kepribadiannya yang menyenangi kegiatan bersosialisasi dan aktif dalam organisasi sebagai bendahara. Alasan kuat lainnya, dari latar belakang keluarga, khususnya sang ayah yang memiliki citra yang baik sebagai perangkat desa.
Lahir di Gianyar, 23 Juli 1964, dari ayah kelahiran Padangtegal Ubud, bekerja sebagai kepala sekolah dan ibu, selain mengurus rumah tangga, juga memiliki usaha dagang di pasar. Lahir di tahun sekian, hingga menginjak usia 57 tahun, sudah banyak peristiwa genting yang ia saksikan, mulai dari meleteusnya Gunung Agung, krisis moneter, pesatnya kemajuan teknologi, hingga global pandemi, yang tak pernah diduga begitu dahsyatnya mempengaruhi perekonomian dunia. Sangat bersyukur, ia dapat diberi kesempatan untuk banyak belajar dari peristiwa-peristiwa tersebut, bahwa perubahan akan selalu mengiringi kehidupan kita, siap tidak siap, sikap terbaik adalah hadapi dengan lapang dada dan beradaptasi dengan pembaharuan.
Baca Juga : Jiwa Bebas Sang Pembalap Temukan Potensi Diri dan Sukses di Medannya
Penggemblengan hidup tak kalah diterima Wayan Artana di usia remajanya, semasa itu ia tengah sibuk – sibuknya dituntut untuk ikut membantu orangtua, terlebih sebagai anak pertama, harus memberi contoh baik kepada adik – adiknya. Menjalani pendidikan sebagai bekal di masa depan, pun memberi pelajaran luar biasa baginya di tengah keterbatasan ekonomi keluarga, apalagi saat ia melanjutkan pendidikan SMA di Denpasar, dengan cara indekos ia terkadang rela tak mendapat bekal dari orangtua. Perjuangan Wayan Artana untuk tetap mengenyam pendidikan, apapun rintangannya ia hadapi, hingga akhirnya mampu merampungkan pendidikan Sarjana Ekonomi di Universitas Udayana.
Setelah lulus, Wayan Artana banyak aktif dalam kegiatan organisasi, seperti ayahnya. Citra yang ia tampilkan tersebut, membuatnya dilirik untuk bergabung dengan LPD Padangtegal Ubud, yang membawahi empat banjar dengan jumlah kepala keluarga 670 orang tersebut. Setelah SK resmi dikeluarkan, Wayan Artana pun dimohon untuk mewakilkan diri mengikuti pelatihan diklat untuk LPD. Setelah rampung, ia ditunjuk untuk menempati posisi manajer harian, di mana saat itu, ia sembari melanjutkan kuliah. Sampai menemui tahun 2000, ia dipercaya sebagai pimpinan LPD, menggantikan pimpinan sebelumnya mundur dari jabatannya, karena alasan keluarga.
Pengenalan Wayan Artana dengan LPD, telah dimulai sejak pendiriannya pada tahun 1987, namun perkembangannya cukup alot, dengan modal awal 4,5 juta rupiah berlokasi di Balai Banjar setempat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan, mulai dari faktor ekonomi yang masih rendah, menyebabkan masyarakat masih belum bisa bergabung dengan LPD, kemudian adanya binaan koperasi di desa yang lebih dulu tampil, tentu membuat masyarakat lebih memilih lembaga yang dianggap mereka lebih matang.
Baca Juga : Menjadi Bahagia dengan Pengabdian yang Berlandaskan Kemanusiaan
Agar mendapatkan perhatian dan meningkatkan kesadaran masyarakat, pada tahun 2005 pengurus desa membuat awig – awig yang akhirnya menjadikan LPD sebagai lembaga perekomian yang sangat dirasakan penting oleh masyarakat. Atas kesabaran dan kerja keras pengurus desa, pengurus dan karyawan LPD ditambah bergabungnya Wayan Artana, LPD Padangtegal Ubud mulai bergerak dari tidur panjangnya, menerima nasabah demi nasabah untuk mengelola keuangan warga desa. Peresmian bangunan berlantai empat di Jalan Jatayu Ubud, oleh Bupati Gianyar, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati pada tahun 2012 silam, pun mencirikan LPD telah berhasil melalui masa sulitnya dan semakin efisien dalam melayani nasabah. Bangunan tersebut difungsikan untuk Balai Pelayanan Kesehatan Gratis bagi masyarakat, basement untuk parkir, lantai 2 dan 3 untuk pelayanan LPD, dan lantai 4 untuk kegiatan masyarakat dan LPD.
Hingga memasuki penghujung tahun 2021, masa pandemi telah menorehkan tantangan yang luar biasa bagi lembaga perekonomian, begitu juga LPD yang berlokasi di pedesaan seni Ubud, yang pendapatan warganya bergantung dari pariwisata. Dalam kondisi ini, Wayan Artana tetap berupaya terus membangun semangat kinerja positif seluruh staf LPD, melayani nasabah dengan sebaik mungkin dan mempertahankan LPD, dengan mengesampingkan kepentingan laba sementara waktu, sampai kondisi bisa dikendalikan dan menjaga likuiditas keuangan agar tetap pada posisi aman.