Setiap manusia pasti memiliki tujuan hidup yang berbeda-beda. Mereka yang memiliki impian yang besar akan tercipta keinginan yang kuat di dalam hatinya untuk benar-benar mencoba mewujudkannya.
Walaupun dalam prosesnya, tak jarang menemui begitu banyak kegagalan. Namun dengan tekad dan tujuan yang jelas, seseorang akan terus berjalan kedepan dan akan belajar dan berkembang dari berbagai kegagalan yang dihadapinya.
Sama halnya dengan perjalanan sosok putra daerah bernama I Ketut Siwel dalam membangun berbagai bisnisnya, mulai dari koperasi hingga merambah ke lini industri properti dan tekstil. Kesuksesan yang dimilikinya saat ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, ada jalanan terjal dan penuh liku yang harus dilaluinya terlebih dahulu dengan gigih dan sabar.
Namun di setiap keterbatasan manusia itu terkadang Tuhan menghadirkan ragam rencana terbaik, yang kadang kala di luar nalar dan akal sehat. Karena hidup adalah perjalanan panjang di mana kita sebagai insan akan menemukan ribuan keajaiban di mana ketika dihadapi dengan hal terburuk pun, nyatanya dapat menjadi awal dari babak baru dalam kehidupan.
Kisahnya di mulai dari desa kecil di Singaraja, ia tumbuh dan dibesarkan di tengah lingkungan yang amat sederhana dan jauh dari kata mewah. Buah hati dari I Wayan Lulut dan Ni Nyoman Ririg, kedua orang tuanya berprofesi sebagai petani dan peternak yang harus mencukupi hajat hidup ke empat anaknya.
Keadaan ekonomi keluarganya yang saat itu sungguh sulit membuat sosok suami dari Ni Made Sarini ini, sedari kecil telah akrab dengan aktivitas berladang dan beternak, tidak seperti anak lain seusianya yang dapat bermain lepas. Masa kanak-kanak I Ketut Siwel diisi dengan aktivitas bekerja membantu orang tuanya memutar roda perekonomian keluarga.
Baca Juga : Jejak Kesuksesan Perempuan Bali Mandiri, Transformasikan Warung Sederhana Menjadi Restoran Bertaraf Dunia
Untuk dapat bersekolah, I Ketut Siwel bekerja serabutan di pasar dengan membantu berdagang ikan milik seorang nelayan. Rutinitas itu pun menjadikannya sangat dekat dengan aktivitas jual beli yang tanpa sadar turut memupuk jiwa bisnisnya.
Dari pekerjaan ini jugalah I Ketut Siwel dapat mencukupi biaya pendidikannya hingga dapat menyelesaikan pendidikan formalnya ke tingkat SMA.
Meskipun harus sekolah sembari bekerja, prestasi I Ketus Siwel di sekolah dapat terus diraihnya dengan gemilang. Karena ia merasakan betul pahit getir perjuangan untuk mencukupi biaya pendidikan agar bisa terus bersekolah. Maka ketika berurusan dengan akademis, I Ketut Siwel selalu serius menjalani proses demi prosesnya. Ia pun meyakini, nilai-nilai pendidikan lah yang kemudian akan membukakan berbagai pintu kesempatan baginya untuk dapat mengubah garis takdir hidupnya dan keluarga.
Melihat keadaan ekonomi keluarganya yang serba pas-pasan, membuat tekad I Ketut Siwel untuk dapat hidup berdikari semakin kuat. Seingatnya dulu makan saja sulit, biasanya hanya dengan lauk sayur kelor yang dipetik di ladang dan nasi jagung sebagai sumber asupan utamanya, tak jarang juga ia melihat ibunda hanya menahan lapar dan memprioritaskan anak-anaknya dahulu untuk makan.
Didalam benaknya ia hanya ingin membahagiakan kedua orang tuanya agar kelak dapat hidup berkecukupan. Sehingga setelah menamatkan pendidikan SMA nya, I Ketut Siwel bertekad untuk melanjutkan pendidikannya keperguruan tinggi.
Tekad dan kegigihannya itu kemudian menghantarkannya lulus dalam tahap seleksi dan dapat masuk menekuni ilmu pendidikan ekonominya di Universitas Udayana. Selama kuliah, I Ketut Siwel turut bekerja dengan sosok bersahaja pengusaha jajanan Bali bernama Mak Sun yang menjadi wali angkat dan banyak berjasa dalam perjalanan hidupnya.
Pada dasarnya I Ketut Siwel sangat menjunjung tinggi integritas, sehingga pekerjaan apapun ia lakukan dengan sungguh-sungguh. Buah dari kerja kerasnya membantu usaha milik Mak Sun, I Ketut Siwel pun perlahan dapat menyelesaikan sarjana ekonominya di Udayana.
Setelah menamatkan kuliahnya, I Ketut Siwel bergegas mencari pekerajaan yang ideal untuk ia jalankan. Ia pun kemudian mendapatkan tawaran untuk dapat turut mengembangkan lembaga keuangan milik koleganya yang ada di Sulawesi. Namun niat untuk bekerja di luar kota itu pun diurungkan saat mendengar nasihat dari Mak Sun bahwa “Sebaik-baiknya pekerjaan, adalah yang dapat turut mengembangkan tanah kelahiran tercinta”.
Nasihat itu pun kemudian tersemat di dalam sanubari I Ketut Siwel, seiring dengan diterimanya ia bekerja di salah satu bank swasta yang ada di Bali.
Pengalaman menahun dalam mengorganisir dan mengembangkan lembaga keuangan tempatnya bekerja inilah yang kemudian menjadi proses penitian panjang sebagai bekal ilmu fundamental. Baginya, melaui proses panjang itu ia mampu belajar dan menciptakan langkah progresif untuk dapat bergerak menciptakan lembaga intermediasi keuangan miliknya sendiri dengan niat luhur untuk menumbuhkan potensi ekonomi di wilayahnya.
Tidak ingin menunda ide dan niatnya, dengan kebulatan tekad I Ketut Siwel pun mengundurkan diri dari pekerjaannya dan fokus untuk menghimpun jaringan kekuatan dari beberapa kolega terdekatnya, hal itu ia realisasikan dengan membentuk sebuah lembaga keuangan berupa koperasi bernama ‘KSP. Winasa Sari’ yang dimulainya pada tahun 2004.
I Ketut Siwel mempersiapkan ‘KSP Winasa Sari’ untuk menjadi suatu lembaga yang mempunyai nilai ekosistem yang sehat dan dinamis terhadap perubahan. Sehingga dapat efisien dan memberikan kemudahan dan kontribusi bagi lingkungan di sekitarnya.
Terbukti, lewat tangan dinginnya hingga kini ‘KSP Winasa Sari’ semakin bergerak progresif memberikan pelayanan prima yang nyaman dan terpadu. Tumbuh dengan kesadaran akan pentingnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah / UMKM terutama dalam hal pemberdayaan masyarakat, maka koperasi ini pun kemudian hadir di tengah masyarakat dengan program-program yang terus beriring dengan situasi ekonomi, sosial dan budaya bagi lingkungan sekitarnya.
I Ketut Siwel meyakini bahwa dengan adanya lembaga-lembaga pemberdayaan masyarakat yang menyokong pengembangan potensi diri dalam berwirausaha maka lambat laun program-program yang diwujudkannya akan dapat memutus rantai kemiskinan dan memperbaiki kondisi kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat di suatu wilayah.
Baginya meski setiap lembaga mempunyai program yang berbeda-beda dalam pengelolaannya, namun tujuannya tetap sama yaitu pemberdayaan masyarakat dalam upaya mewujudkan kesejahteraan bersama.
Niat baik itulah yang kemudian menjadi energi postif lembaga keuangan yang ia jalankan dapat terus hadir sebagai tonggak penguat pertumbuhan ekonomi diwilayahnya, meskipun diwarsa terakhir dihadapkan dengan tantangan berat terkait pandemi Covid 19 yang meluluhlantakkan berbagai sektor perekonomian.
Selain dibutuhkan strategi yang tepat, juga dibutuhkan sikap mental yang kuat. I Ketut Siwel pun menyiasati hal itu dengan baik, sehingga ‘KSP Winasa Sari’ dapat melewati masa-masa sulit terkait pandemi.
Baca Juga : “SIAP MENGEMBAN TANGGUNG JAWAB” Rumah Sakit Mata Bali Mandara Siap Memberikan Pelayanan Terbaik
Sukses dengan lembaga keuangan yang ia jalankan, tak membuat sosok I Ketut Siwel merasa cepat berpuas hati. Karena sebagai pebisnis yang di besarkan dengan nilai-nilai perjuangan dan kegigihan, ia sadar akan pentingnya untuk terus menciptakan perkembangan dan inovasi.
Akhirnya memang Tuhan akan selalu memberikan jalan terbaik bagi insannya yang selalu berteman dengan kegigihan. Di tengah kemelut pandemi, usahanya malah mulai merambah dan terus berkembang, mulai dari bisnis pengembangan properti dan akomodasi bernama ‘PT. Danta Putra Sejahtera’ dan ‘Eliska Sari Bungalows’ hingga bisnis industri tekstil bernama ‘Toko Kain Eliska Sari’.
Pada akhirnya impiannya untuk dapat berdaya guna bagi linkungan dan tanah lahirnya pun setapak demi setapak tercapai dengan hasil yang gemilang. Ia selalu memberikan bentuk apresiasi, bukti rasa menghargai yang tinggi atas hasil kerja yang telah ia lakukan pada usaha yang dirintisnya, terlebih dengan itu ia dapat membahagiakan keluarga dan berguna bagi lingkungan disekitarnya, baginya itulah inti kesuksesan yang sesungguhnya.
Kebanyakan orang hanya menengok akan pencapaian yang diperoleh oleh seseorang. Dengan rasa kagum menyaksikan, tanpa tahu betapa orang tersebut bisa membangun impiannya dari puing- puing keterpurukan.
Menilik perjalanan hidup I Ketut Siwel dalam mencapai impiannya, harusnya membuat kita untuk berhenti meratapi nasib buruk dan berkeluh kesah. Semangat untuk bangkit dan kerja keras untuk menyelamatkan yang masih tersisa adalah romantika kehidupan yang harus di jalankan dengan penuh harapan.
Di setiap jatuh bangun dan pahit getir perjalanannya dalam meniti kesuksesan, I Ketut Siwel juga meyakini bahwa doa dan sikap optimis merupakan suatu hal yang saling terkait untuk menemukan jalan dan pembelajaran agar dapat menghadapi berbagai hambatan dan persoalan.
Ia pun berharap agar para generasi penerusnya saat ini khususnya kedua anaknya yaitu Putu Eka Sila Widiawan dan Ni Made Lisa Desika Windiani, tidak mundur menghadapi beragam tantangan dan harus sesegera mungkin mengambil tindakan yang memang sifatnya untuk melatih diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Dan I Ketut Siwel pun meyakini bahwa hubungan kualitas dengan orang tua dan Tuhan merupakan esensi kehidupan yang akan selaras dengan sumber kebahagian.