Pada bulan April tahun 2004, sebuah perubahan yang signifikan terjadi dalam kehidupan I Wayan Artana, seorang warga Desa Pakraman Bangal di Bali. Pada awalnya, I Wayan Artana telah diberikan kepercayaan luar biasa oleh masyarakat desanya, ketika ia dipilih menjadi Kelihan Adat. Posisi ini membawanya ke dalam dunia adat dan tradisi Bali yang penuh makna dan tanggung jawabnya terhadap warisan budaya tersebut sangatlah penting. Namun, takdir memiliki rencana lain untuknya pada tahun yang sama.
Pada saat yang sama, Desa Pakraman Bangal juga menghadapi sebuah perubahan besar dalam bentuk Lembaga Perkreditan Desa (LPD). LPD adalah institusi keuangan yang berperan penting dalam mendukung perkembangan ekonomi masyarakat desa. Kepemimpinan LPD menjadi posisi yang sangat strategis dalam mengarahkan penggunaan dana dan sumber daya untuk memajukan desa. Dalam situasi ini, I Wayan Artana dipandang sebagai orang yang tepat untuk memegang kendali LPD.
I Wayan Artana mendapati dirinya berada dalam situasi yang sulit. Dia harus memilih antara tanggung jawab adat yang telah dipegangnya dengan erat atau menerima tantangan baru sebagai Ketua LPD untuk membantu pengembangan ekonomi desa. Kedua posisi ini memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan dan keharmonisan desa.
Setelah pertimbangan yang matang, I Wayan Artana akhirnya menerima keputusan krama dengan menunjuk dirinya sebagai Ketua LPD Desa Pakraman Bangal, didampingi oleh dua rekannya yaitu, I Ketut Sukarata sebagai Kasir/Sekretaris dan Desak Made Ariwinyani di posisi TU/Bendahara. Meskipun meninggalkan posisi Kelian Adat, dia tetap menjaga dan merawat nilai-nilai adat Bali dalam kehidupannya sehari-hari.
Keputusannya untuk memilih LPD menunjukkan dedikasi dan komitmen untuk mendukung kemajuan desa, sementara tetap menghormati dan merawat warisan budaya dan adat yang kaya. Ia adalah contoh inspiratif tentang bagaimana seseorang bisa mengatasi tantangan kompleks dalam menjaga keberlanjutan dan keharmonisan komunitasnya.
Modal Awal dan 21 tahun Semangat Pengabdian
Pada awalnya, LPD Bangal hanya memiliki modal awal sebesar 10 juta rupiah dari masyarakat setempat dan tambahan 10 juta rupiah dari pemerintah. Dengan total modal awal 20 juta rupiah, I Wayan Artana beserta dua rekan kerjanya memulai perjalanan ini. Mereka mulai merintis LPD Desa Pakraman Bangal dengan semangat dan tekad untuk melayani masyarakat dan mengembangkan ekonomi desa.
Selama fase awal pengembangan LPD Desa Pakraman Bangal, I Wayan Artana dan dua rekannya bekerja secara sukarela tanpa mengharapkan gaji. Ketika mereka mulai, belum ada ketentuan mengenai gaji dalam LPD, dan semangat ngayah (kerja sukarela) menjadi pilar utama perjalanan mereka. Dalam kurun waktu 21 tahun, LPD terus bertumbuh dan mengalami perkembangan positif.
Selain berfokus pada pengembangan ekonomi desa, LPD Desa Pakraman Bangal di bawah kepemimpinan I Wayan Artana juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Mereka menyediakan dana santunan untuk keperluan seperti pemakaman dan memberikan kontribusi dalam kegiatan muda – mudi. Selain itu, mereka juga mengajak setiap perwakilan keluarga di Desa Bangal dalam kegiatan spiritual seperti tirta yatra yaitu perjalanan ketempat-tempat suci atau pura yang mana tujuannya bersembahyang untuk memperoleh air suci atau tirtha.
Baca Juga : “SIAP MENGEMBAN TANGGUNG JAWAB” Rumah Sakit Mata Bali Mandara Siap Memberikan Pelayanan Terbaik
Perjalanan 21 tahun I Wayan Artana dan LPD Desa Pakraman Bangal adalah contoh yang menginspirasi tentang bagaimana komitmen, semangat pengabdian dan pelayanan yang baik dapat membantu pengembangan ekonomi desa dan memelihara kepercayaan masyarakat.
Salah satu kunci keberhasilan LPD Desa Pakraman Bangal adalah komitmen I Wayan Artana dan timnya untuk menjaga kepercayaan masyarakat. Mereka selalu siap melayani masyarakat dengan baik, bahkan di rumah mereka sendiri. Pelayanan yang cepat dan efisien membantu memperkuat hubungan antara LPD dan masyarakat.
Perjalanan I Wayan Artana dan LPD Desa Pakraman Bangal adalah bukti nyata bahwa dengan komitmen, kerja keras dan fokus pada kepentingan masyarakat, sebuah desa dapat berkembang dan mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik. I Wayan Artana adalah inspirasi bagi generasi muda untuk terlibat dalam pembangunan desa dan menjaga nilai-nilai budaya yang kaya dalam masyarakat Bali. Dengan kepemimpinan yang bijaksana, LPD Bangal dan masyarakatnya memiliki masa depan yang cerah.
Latar Belakang I Wayan Artana
I Wayan Artana lahir pada tahun 1979, adalah individu yang telah mengalami perjalanan hidup yang penuh dengan pengalaman dan makna mendalam. Kisah hidupnya mencerminkan nilai-nilai penting seperti penghargaan terhadap orang tua, ketabahan dalam menghadapi cobaan dan kedekatan emosional yang kuat dengan keluarga.
Ketika I Wayan Artana masih kecil, ia diasuh oleh pamannya karena pamannya tidak memiliki anak. Meskipun awalnya menghadapi tantangan berat sebagai seorang anak angkat, I Wayan Artana akhirnya belajar menerima dirinya sendiri dan tumbuh menjadi pribadi yang kuat. Apalagi, orangtua angkatnya menyayangi dengan sepenuh hati.
Orangtuanya adalah petani, yang mengajarkan I Wayan Artana tentang nilai-nilai kerja keras, kesederhanaan dan kejujuran. Pengalaman hidup di pedesaan mengakar dalam dirinya, menciptakan fondasi yang kuat untuk karier dan kehidupan yang akan datang.
Namun, hidup tidak selalu berjalan mulus. Pada tahun 2018, I Wayan Artana kehilangan ayahnya. Sebelum meninggal, ayahnya meninggalkan kata-kata yang menggetarkan hati. Ayahnya berkata “Meskipun bukan anak kandung, tapi ayah sangat menyayangimu.” Ungkapan ini menjadi salah satu momen paling berharga dalam hidup I Wayan Artana.
Tahun 2021 juga menjadi tahun yang berat bagi I Wayan Artana karena harus kehilangan sosok ibu yang lemah lembut. Kehilangan ini menjadi pengingat betapa berharganya waktu yang telah ia habiskan bersama orang yang ia cintai. Meskipun perasaan kehilangan sangat dalam, I Wayan Artana tetap mengambil hikmah dari pengalaman tersebut dan memperkuat keyakinannya pada pentingnya menghormati dan mencintai orang tua.
Bagi I Wayan Artana, orang tuanya adalah guru dalam kehidupan nyata dan dewa dalam kehidupan sejati. Ia meyakini bahwa menjaga hubungan yang baik dengan orang tua adalah kunci untuk mendapatkan pengetahuan dan tuntunan dalam hidup.