“BANGKIT DARI KRISIS” Bangun KSP Permata Dhana Mandiri Dengan Semangat Kemandirian

“BANGKIT DARI KRISIS” Bangun KSP Permata Dhana Mandiri Dengan Semangat Kemandirian

Selama 1,5 tahun menganggur, I Kadek Hendra Yulianto menghadapi ujian terberat dalam hidupnya. Saat itu, ia sudah menikah dan memiliki seorang anak yang berusia enam bulan. Tekanan untuk segera bangkit begitu besar, bukan hanya demi dirinya sendiri, tetapi juga demi keluarganya. Banyak orang mengatakan “The Power of Kepepet” bisa menjadi pemicu perubahan, dan itulah yang terjadi pada Hendra. Dengan tekad yang kuat dan perjuangan yang tidak mudah, ia berhasil mengubah nasibnya, meski jalan yang ditempuh tidaklah instan.

Sebelum terjun ke bidang wirausaha, I Kadek Hendra Yulianto sempat meniti karir sebagai pekerja di sebuah vila. Namun, akibat masalah internal yang terjadi di tempatnya bekerja, ia memutuskan untuk mundur. Keputusan itu membuatnya terpaksa menganggur selama 1,5 tahun. Masa yang tidak mudah, terutama karena saat itu ia sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak yang masih bayi. Di tengah kebimbangannya, sempat terlintas keinginan untuk menjadi pegawai negeri sipil, mencari stabilitas di tengah ketidakpastian. Namun, seiring waktu, ia menyadari bahwa menunggu kesempatan tidak akan mengubah nasibnya. Dengan dorongan untuk kembali produktif dan memenuhi kebutuhan keluarganya, ia akhirnya mengambil langkah berani, membangun koperasi kecil-kecilan.

Koperasi yang bernama “Koperasi Simpan Pinjam Permata Dhana Mandiri” tersebut memiliki filosofi dan perjuangan hidupnya. Kata “Mandiri” memiliki makna yang sangat mendalam bagi Hendra, karena koperasi ini benar-benar dibangun atas dasar kemandiriannya, tanpa mengandalkan modal dari anggota pada tahap awal. Sebuah keberanian yang luar biasa, mengingat tidak sedikit orang yang masih memiliki stigma terhadap lembaga keuangan seperti koperasi. Untuk mewujudkan koperasi ini, Hendra harus berpikir kreatif dalam mencari modal. Ia memanfaatkan berbagai sumber pembiayaan, mulai dari menjual mobil pribadi, pinjaman di bank swasta, Kredit Usaha Rakyat (KUR), hingga akhirnya mendapatkan dukungan dari seorang temannya yang bersedia bergabung dan membantu pengelolaan. Modal yang didapat tidak hanya menjadi pijakan awal, tetapi juga menjadi bukti bahwa dengan keberanian dan startegi yang tepat, seseorang bisa membangun sesuatu dari nol.

Perjalanan mendirikan koperasi ini tentu tidak mudah. Hendra harus menghadapi berbagai tantangan, termasuk membangun kepercayaan anggota, memastikan kelancaran operasional, serta mengelola keuangan dengan cermat agar koperasi berkembang dan bertahan dalam jangka panjang. Yang tak kalah krusial, semuanya terangkum dalam sistem transparansi. Di mana setiap transaksi dan kebijakan koperasi dapat diakses oleh anggota. Setiap laporan keuangan dicatat dengan rapi, dipresentasikan secara terbuka dalam rapat anggota tahunan, dan dikawal dengan prinsip akuntabilitas yang ketat. Tidak hanya itu, ia juga membangun mekanisme komunikasi yang aktif dengan anggota, sehingga setiap masukan dan kritik dapat menjadi bahan evaluasi untuk perbaikan koperasi ke depan.

Baca Juga : Kesuksesan Pengusaha Lokal dan Kelestarian Pariwisata Bali Lewat Budaya Ramah Tamah

Penerapan prinsip transparansi dalam koperasi menjadi hal yang sangat ditegaskan oleh Hendra. Sikap ini lahir dari pengalaman pribadinya saat bekerja di sebuah koperasi sebelumnya. Selama dua tahun bekerja di sana, ia menyaksikan secara langsung bagaimana kurangnya keterbukaan dalam pengelolaan keuangan dan pengambilan keputusan bisa menimbulkan ketidakpercayaan di antara anggota. Ia melihat adanya ketidakseimbangan dalam sistem, di mana pengurus koperasi memiliki akses informasi yang lebih luas dibandingkan anggota, sehingga sering kali keputusan strategis diambil tanpa melibatkan atau memberi pemahaman yang cukup kepada para pemilik modal sebenarnya, yaitu anggota koperasi itu sendiri.

Situasi ini membuat Hendra merasa tidak nyaman. Jika sistem seperti itu terus berlanjut, maka koperasi tidak akan berkembang secara sehat. Koperasi seharusnya tidak hanya menjadi tempat simpan pinjam, tetapi juga wadah yang benar-benar memberikan manfaat bagi anggotanya dengan sistem yang adil dan akuntabel. Ia pun tidak berlama-lama di koperasi tersebut. Dua tahun baginya sudah cukup untuk memahami bagaimana sebuah koperasi dapat berjalan dengan baik. Atau justru sebaliknya, bagaimana koperasi bisa kehilangan kepercayaan anggotanya jika tidak dikelola dengan transparan.

Transparansi dan Kepercayaan
Proses pembentukan KSP Permata Dhana Mandiri tidaklah instan. Hendra memulai tahapan pra-koperasi sejak tahun 2018, yang membutuhkan waktu hingga tiga tahun, yaitu sampai tahun 2021, untuk benar-benar berdiri secara resmi. Salah satu tantangan terbesarnya adalah modal awal yang terbatas dan aset yang masih kecil. Dengan sumber daya yang terbatas, Hendra harus bekerja ekstra keras dalam mengelola keuangan, mencari anggota yang percaya pada visinya, serta memastikan koperasi dapat berjalan secara berkelanjutan.

Belum resmi berdiri, cobaan besar justru datang lebih cepat dari yang diperkirakan. Pandemi Covid-19 yang melanda dunia memberikan dampak besar pada banyak sektor ekonomi, termasuk koperasi. Banyak usaha anggota yang mengalami kesulitan, sehingga pembayaran pinjaman menjadi terhambat dan roda keuangan koperasi pun berjalan lebih lambat dari yang diharapkan. Dalam kondisi ini, banyak lembaga keuangan mengalami kesulitan, bahkan tak sedikit koperasi yang terpaksa gulung tikar akibat lonjakan kredit macet.

Baca Juga : Di Balik Kesuksesan, Ada Pengalaman Hidup dan Warisan Sang Istri

Di balik peristiwa itu, pemilik Toko Permata Sedana ini, masih bisa melihat wujud kesyukuran karena ia memiliki tiga karyawan kolektor yang bekerja dengan penuh dedikasi. Mereka tidak hanya bertugas menagih cicilan dari anggota, tetapi juga menjaga hubungan baik dengan mereka, memberikan solusi pembayaran yang lebih fleksibel sesuai kondisi ekonomi masing-masing. Cara pendekatan yang lebih humanis dan persuasif ini membuat para anggota tetap memiliki keinginan untuk menyelesaikan tanggung jawab mereka, meskipun di tengah situasi sulit.

Berkat strategi manajemen yang hati-hati dan kerja keras tim, koperasi tetap bertahan selama masa pandemi tanpa harus melakukan PHK atau memotong gaji karyawan. Ini menjadi pencapaian luar biasa bagi koperasi yang baru berdiri, karena di saat banyak perusahaan merumahkan pegawainya, KSP Permata Dhana Mandiri justru bisa tetap berjalan dan membuktikan ketahanannya dalam menghadapi krisis ekonomi. Momen itu menjadi pembelajaran penting baginya dan tim. Ia semakin yakin bahwa koperasi tidak boleh hanya berorientasi pada keuntungan semata, tetapi harus tetap mengutamakan keberlanjutan dan kesejahteraan anggotanya.

Berkat mental pantang menyerah dan kepemimpinan yang bijak, KSP Permata Dhana Mandiri berhasil melewati masa-masa sulit dan kini mulai berkembang lebih stabil. Tak puas sampai di sana Hendra mulai berpikir untuk membawa KSP Permata Dhana Mandiri ke level yang lebih tinggi. Ia tidak ingin koperasi ini hanya berjalan stagnan sebagai lembaga keuangan kecil, tetapi bercita-cita untuk mengembangkannya menjadi entitas yang lebih besar, solid, dan berdaya saing tinggi. Salah satu visinya ke depan adalah mengembangkan koperasi ini dengan konsep kepemilikan seperti saham di BPR (Bank Perkreditan Rakyat).

Melalui KSP Permata Dhana Mandiri, Hendra tidak hanya membuka peluang ekonomi baru bagi dirinya sendiri saat mengalami krisis berat, tetapi juga menciptakan jalan keluar bagi banyak orang yang menghadapi kesulitan finansial. Berlandaskan semangat berbagi dan keberlanjutan, KSP Permata Dhana Mandiri akan terus menjadi wadah yang tidak hanya menyejahterakan anggotanya, tetapi juga warisan ekonomi yang akan terus bermanfaat bagi generasi mendatangnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *