“DARI ANAK PETANI YANG RAGU BERMIMPI” Kini Sukses Kembangkan Beberapa Sektor Usaha

“DARI ANAK PETANI YANG RAGU BERMIMPI” Kini Sukses Kembangkan Beberapa Sektor Usaha

Membayangkan untuk memiliki sepeda saja, rasanya tidak berani. Begitulah ungkapan I Wayan Arnata Yasa ketika mengenang masa lalunya. Dulu, ia tumbuh dalam keterbatasan, di mana memiliki sesuatu yang lebih dari kebutuhan pokok terasa seperti kemewahan yang sulit digapai. Namun, perjalanan hidupnya membuktikan bahwa kerja keras, ketekunan dan keberanian mengambil peluang mampu mengubah keadaan. Kini, I Wayan Arnata Yasa telah menjadi sosok yang sukses dengan beberapa usaha yang ia bangun dari nol. Dari seseorang yang bahkan ragu untuk memiliki sepeda, ia telah berkembang menjadi seorang pengusaha yang tidak hanya mandiri secara finansial, tetapi juga mampu membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Namun, perjalanannya tidaklah mudah. Ada banyak rintangan, jatuh bangun, dan keputusan besar yang harus ia hadapi.

Bukan hanya tidak berani membayangkan memiliki sepeda. Arnata juga mengenang masa lalunya, bahwa saat melanjutkan sekolah tujuannya hanya satu, asal tamat saja. Ia tidak pernah bermimpi muluk-muluk, apalagi membayangkan bisa sukses seperti sekarang. Baginya, bersekolah lebih merupakan kewajiban daripada sebuah peluang besar untuk mengubah nasib. Dikarenakan orang tuanya hanyalah penjual kayu bakar dengan penghasilan yang pas-pasan. Kebutuhan sehari-hari sering kali lebih diutamakan dibandingkan dengan pendidikan. Untuk bisa tetap sekolah, ia harus menerima kondisi tanpa fasilitas yang memadai.

Tamat sekolah, Arnata memulai perjalanan dengan bekerja dengan Bapak Purnayasa (alm), pemilik Purnayasa Transport. Di bawah kepemimpinan almarhum bukanlah hal yang mudah. Pak Purnaysa dikenal sebagai sosok yang disiplin dan tegas, tidak segan-segan menggembleng karyawannya dengan keras. Namun, bagi Arnata, pengalaman itu adalah pelajaran berharga yang tidak bisa ia dapatkan di bangku sekolah. Setiap hari, ia menghadapi berbagai rintangan di tempat kerja, mulai dari tugas yang berat, tekanan dari atasan, hingga tuntutan untuk bekerja dengan cepat dan efisien. Ada saat-saat di mana ia merasa lelah dan ingin menyerah, tetapi ia berusaha bertahan. Ia selali mengingat prinsip yang ia pegang teguh: Jika tidak digembleng, maka tidak akan jadi orang. Ia menyadari bahwa setiap kesulitan yang dihadapinya adalah bagian dari proses pembentukan dirinya. Ia belajar bagaimana cara berpikir sebagai seorang pekerja, bagaimana menghadapi tantangan dengan kepala dingin dan yang paling penting bagaimana membangun kepercayaan dari atasan serta rekan kerja.

Baca Juga : MENGAWAL KEBIJAKAN PANGAN DARI HULU KE HILIR

Kondisi ekonomi Arnata juga belum ditemukan tanda-tanda perubahan, setelah ia memutuskan untuk menikah. Demi bertahan hidup, sang istri pun ikut turun tangan membantu mencari nafkah. Tanpa mengeluh, istrinya bekerja sebagai buruh wortel, pekerjaan yang penuh tantangan dan membutuhkan tenaga ekstra. Keadaan semakin sulit ketika istrinya hamil. Namun, hal itu tidak membuatnya berhenti bekerja. Setiap hari, dengan tubuh yang mulai membesar, sang istri tetap berangkat ke ladang, memanen wortel di tengah udara dingin dan tanah yang lembap. Kerja kerasnya tidak tanpa konsekuensi, tangan istri sampai terluka akibat sering bersentuhan dengan tanah dan akar wortel yang kasar. Dengan ketegaran hati, ia tetap bertahan, demi membantu suaminya agar dapur mereka tetap mengepul.

Bertahun-tahun menjalani kehidupan sebagai pekerja, ia mulai merasa bahwa kondisinya seolah tak mengalami perubahan berarti. Hari-hari terasa berulang, dengan beban ekonomi yang terus menghimpit. Di satu sisi, ia bersyukur masih memiliki pekerjaan, tetapi di sisi lain, ia sadar bahwa jika ada langkah baru, maka kehidupannya terus stagnan. Setiap kali melihat istrinya bekerja keras hingga tangannya terluka, ada perasaan sedih dan bersalah yang menggelayuti pikirannya. Ia ingin memberikan kehidupan yang layak untuk keluarganya, tetapi jalan menuju perubahan masih terasa samar. Meksi begitu, di dalam hatinya, ia tak pernah kehilangan harapan. Ia tahu bahwa selama ia masih berusaha, masih ada peluang untuk mengubah nasibnya dan membawa keluarganya ke arah yang lebih baik.

Mulai Menyentuh Wirausaha
Setelah sekian lama sebagai karyawan, Arnata mulai berpikir untuk mencari tambahan penghasilan. Ia sadar, bergantung pada satu pekerjaan saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Bermodalkan sepeda motor, ia mencoba peruntungan baru dengan menjual pupuk kandang dari kotoran ayam. Mengingat daerah sekitarnya adalah kawasan pertanian, ia melihat peluang besar dalam bisnis ini. Setiap satu pickup pupuk kandang ia jual seharga 35 ribu. Tak berhenti di situ, pagi hari ia mengurus pupuk kandang, sementara sore harinya ia berjualan tahu. Apa pun pekerjaan yang bisa menghasilkan uang, ia jalani tanpa ragu. Prinsipnya sederhana, selama halal dan bisa memberi nafkah keluarga, ia akan melakukannya.

Seiring waktu, Arnata membuka warung sembako, sebuah langkah besar dalam perjalanan usahanya. Dari sinilah ia mulai bertemu dengan orang – orang baru yang memberinya wawasan lebih luas tentang dunia perdagangan. Salah satunya adalah bertemu salah satu koleganya yang bergerak dibidang usaha obat pertanian. Melalui perbincangan dan diskusi panjang, mereka saling berbagi pengalaman dan ilmu dalam berjualan. Dari obrolan tersebut, muncul ide untuk menjual obat-obatan untuk tanaman sayur-mayur.

Baca Juga : “LPD DESA ADAT BATUAJI” Bukan Sekedar Lembaga Tapi Rumah Pengabdian

Sebuah bidang yang sama sekali belum ia pahami. Namun, tanpa berpikir panjang, ia langsung “gas saja” mencoba peluang baru dengan penuh keyakinan. Koleganya bahkan mempercayainya dengan modal berupa barang. Dengan keberanian dan semangat belajar, Arnata memulai langkah baru di dunia agrobisnis dengan membuka “Toko Ari Danu”, tanpa banyak teori, tetapi dengan tekad yang kuat untuk berhasil.

Setelah sukses mengelola Toko Ari Danu, Arnata memberanikan diri untuk membeli sebidang tanah di dekat rumahnya untuk dijadikan kandang ayam aduan. Berbekal pengalaman pernah bekerja di kandang ayam milik seorang pebisnis ayam di desa sebelah, Arnata kemudian memulai untuk beternak ayam sendiri di lahan yang ia beli. Perjalanan usaha ternak ayamnya pun bisa dibilang berjalan dengan mulus namun keberanian Arnata dalam berwirausaha semakin teruji ketika ia mengambil keputusan besar untuk merubah kandang ayam tersebut menjadi sebuah villa. Keputusan tersebut ia ambil bukan tanpa resiko. Tapi bagi Arnata, berbekal pengalaman bekerja di villa sebelumnya yang kemudian setiap peluang yang datang harus ia manfaatkan sebaik mungkin.

Ia mulai membangun dan mengelola properti sendiri, dengan mendirikan “Villa Green Ponci Bedugul” dan “Green Ponci Retreat” di daerah Sesandan, Megati, Selemadeg Timur, Tabanan. Namun perjalanannya dalam merintis usaha di sektor pariwisata nyatanya tak semanis yang ia bayangkan, setelah pembangunan villa selesai terjadi sebuah pandemi yang meluluhlantakkan segala sektor usaha tak terkecuali sektor pariwisata yaitu pandemi covid 19 yang membuat Arnata kesusahan untuk menyewakan unit kamar villanya.

Namun berkat kerja keras dan konsistensi Arnata, pandemi tersebut berhasil ia lalui dan pengetahuannya dalam bisnis pun semakin berkembang, dari hanya memiliki 2 kamar saja kini Arnata sudah mampu menyediakan 4 tambahan kamar lagi sehingga total ada 6 kamar yang disewakan Arnata. Dari perjalanan usahanya di sektor pariwisata itu, ia telah belajar mengenai pasar, strategi pemasaran, dan manajemen properti. Ia sadar bahwa bisnis properti tidak hanya soal membangun, tetapi juga bagaimana memahami target pasar, mengelola fasilitas, serta memberikan pengalaman terbaik bagi para tamu.

Tak hanya berhenti disana, Arnata juga melebarkan sayapnya dengan merambah ke lembaga keuangan, dimana sebelumnya Arnata juga sempat bekerja di salah satu lembaga keuangan koperasi. Dari Pengalamannya itu akhirnya Arnata membuka sebuah koperasi dengan nama Koperasi Tani Karya Sejahtera.

Arnata yang dahulunya seorang pekerja yang telah bertahun-tahun dijalani, seolah tak memiliki perubahan dalam nasib. Berkat keberaniannya dan pantang menyerah, ia bahkan berhasil memiliki empat usaha yaitu Toko Ari Danu, Koperasi Tani Karya Sejahtera, Villa Green Ponci Bedugul, dan Green Ponci Retreat. Kisahnya telah menjadi bukti bahwa keberanian dalam mengambil peluang, kerja keras tanpa kenal lelah, serta kesiapan untuk terus belajar adalah kunci utama dalam meraih kesuksesan. Bagi Arnata, perjalanan ini bukan hanya tentang mencari keuntungan, tetapi juga membangun warisan yang dapat bertahan dan berkembang untuk generasi mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *