Sebagai istri sekaligus ibu, Ni Made Darmayani tentunya disibukkan dengan urusan rumah dan mendidik anak-anak. Seiring bertambahnya usia putra putrinya dan mulai mampu mandiri memenuhi kebutuhan sendiri, ia mulai berkeinginan mencari kegiatan di luar rumah tangga. Dukungan keluarga pun ia dapatkan dan disarankan agar ia mencoba mengikuti beberapa kursus seperti bahasa Inggris dan sekolah kepribadian.
Usai mengikuti kursus, Ni Made Darmayani mulai mencoba membuka sebuah bisnis. Suami pun turut memberi bantuan secara materiil, dengan membeli produk yang akan ia jual. Dari Pasar Tanah Abang Jakarta, ia ditemani suami mulai memenuhi kebutuhan membeli beberapa barang. Nasib baik disaat baru memulai mengisi barang, sudah dirasakan Made Darmayani, ia bertemu para pedagang yang ramah untuk diajak bertransaksi, hingga para supplier yang datang sendiri untuk menawarkan produk mereka kepada calon bisnis yang akan baru dirintisnya.
Meski dari lingkungan Made Darmayani cenderung memberikannya dukungan yang cukup untuknya berbisnis, namun tetap ada perasaan khawatir dari dalam dirinya, apakah bisnisnya akan berjalan sesuai dengan keinginannya atau tidak. Ia pun tak berani untuk memasok barang dalam quantity yang besar, karena takut merugi. Sang suami pun kembali memberinya semangat motivasi untuk lebih berani mengambil resiko. Namun apalah daya kata-kata motivasi, bila tak ada kemauan dari diri sendiri untuk mulai melakukan perubahan. Made Darmayani pun enggan hanya mengandalkan semangat dari suami dan anak-anknya saja. Seharusnya ia sebagai pelaku bisnislah yang lebih memiliki optimisme untuk melenggangkan karirnya sebagai wirausahawan, sesuai dengan keputusannya diawal.
Baca Juga : Integritas dan Kredibilitas Dalam Memenuhi Layanan Kesehatan Masyarakat
Made Darmayani kemudian kembali menambah produk yang ia dapatkan dari Surabaya, karena lokasi yang sudah disiapkan oleh suami berupa bangunan ruko, masih sangat leluasa untuk dilengkapi berbagai jenis stock barang. Seiring perjalanan dalam proses tersebut, ia pun semakin menikmati alur usahanya meski secara perlahan, namun memberikan perkembangan yang mulai terlihat nyata, seperti kelengkapan produk bayi, anak – anak dan ibu hamil & menyusui, kedatangan customer yang menyambangi tokonya mulai meningkat dan penambahan jumlah karyawan, yang awalnya hanya ada dua orang, kini sudah bertambah menjadi sembilan orang.
Juli 2013, Made Darmayani resmi membuka AK Baby Shop di Jl. Brigjen Ngurah Rai, Kawan, Kabupaten Bangli. Dengan pelayanan yang jujur dan ramah yang ditekankan kepada seluruh karyawan kepada customer, menjadi tantangan selanjutnya dalam pengelolaan usaha, Diakui olehnya, ia senang bisa turut serta dalam menyumbangkan lapangan pekerjaan, namun juga tak asal comot mereka yang tak memiliki pekerjaan. Calon karyawannya yang sebagian berasal dari warga kota Bangli harus memiliki karakter yang ramah dan pandai membuat pengunjung nyaman saat berkunjung ke AK Baby Shop. Syarat pada umum lainnya, seperti pengalaman bekerja atau syarat pendidikan tertentu tak terlalu ia utamakan, terpenting memiliki niat bekerja dan mau belajar. Dengan mempekerjakan karakter karyawan yang demikian, berharap kunjungan dari masyarakat tak hanya datang sekali atau dua kali, tapi menjadi toko yang wajib dikunjungi untuk mempersiapkan kebutuhan buah hati.
Harus Fokus untuk Menemukan Hasil
Wanita kelahiran Desa Pohgending Tabanan, 24 Februari 1969 ini, dibesarkan oleh ibu sebagai pedagang ikan dan ayah menafkahi keluarga dengan sebagai sopir truk. Dibalik kesederhanaan tersebut, didikan dari orangtua tak pernah lepas darinya. Ia yang menghabiskan masa pendidikannya sampai SMA di Tabanan, diajarkan menjadi pribadi yang saling menyayangi antar kerabat dan selalu rendah hati.
Menginjak bangku kuliah, Made Darmayani melanjutkan di Institut Pertanian Stiper Yogyakarta. Tak hanya dirinya yang memilih melanjutkan pendidikan di luar Bali, sebagian besar keluarganya secara turun temurun melanjutkan tradisi tersebut. Terutama dari sang kakek, sangat mendukung anak – anak serta cucu – cucunya untuk mendapatkan pengalaman baru di luar zona nyaman mereka, sehingga semakin memacu untuk bisa belajar lebih banyak hal dan membuka pikiran dengan wawasan yang lebih baru. Pengalaman berkesan lainnya yang ia dapatkan dari kakeknya, beliau tak pernah absen, setiap sebulan sekali selalu datang ke Yogyakarta membawakan makanan atau kebutuhan lainnya.
Baca Juga : Semangat Berwirausaha Sukses Membangun Bisnis Sembako Hingga Properti
Dari Yogyakarta, Made Darmayani melenggang ke Jakarta, bekerja di salah satu Bank swasta. Di saat usia yang sudah matang untuk menikah, ia pulang ke Bali dan setelah sah menjadi suami istri, Made Darmayani ikut suami yang bekerja di Surabaya hingga 17 tahun. Tahun 2015 barulah ia dan keluarga menetap di Bali, sekaligus mulai mencoba berwirausaha mengisi kegiatan di sela – sela sebagai ibu rumah tangga.
Usaha yang pertama digeluti Made Darmayani ternyata bukanlah baby shop, dari adik ipar yang memiliki toko emas, ia pun didukung untuk mencoba di usaha yang sama. Namun karena saat perintisan usaha, dibarengi dengan kondisi ibu mertua yang sakit, fokusnya pun terbagi yang cenderung lebih ke arah merawat mertua. Toko emas pun perlahan terabaikan dan akhirnya ditutup.
Langkah selanjutnya yang diambil Made Darmayani, ia beralih ke bisnis franchise, namun lagi – lagi karena gagal fokus, usaha pun tak bisa dilanjutkan. Dari pengalaman-pengalaman tersebut, ia memetik sebuah pelajaran, bahwa untuk sukses berwirausaha, tak bisa setengah – setengah. Bila ingin hasil yang optimal, memang harus membutuhkan waktu dan perhatian ekstra terutama saat baru merintis. Kemudian saat berada di tengah kondisi usaha mulai stabil, pun masih membutuhkan kefokusan, maka dari itu passion dalam bidang usaha yang dipilih bagi Made Darmayani, sangatlah penting agar kita juga nikmat dalam menjalani prosesnya.
Menyukai dunia anak – anak, Made Darmayani kemudian memilih untuk berbisnis perlengkapan bayi dan anak – anak dan juga kebutuhan ibu hamil “AK Baby Shop”. Astungkara, sukses akhirnya ia temukan dalam bisnis dengan luas tiga ruko ini. Sebagai ucap rasa syukurnya, ia masih ingat sekali saat memperoleh gaji pertamanya, ia disarankan oleh ibunya untuk menghaturkan penghasilannya tersebut terlebih dahulu kepada Sang Pencipta, sebelum digunakan. Hal yang sama pun ia lakukan sampai saat ini, tak pernah lupa berterimakasih atas rezeki yang diberikan oleh Sang Pencipta dan terlebih sebagai wirausaha, sudah tentu kita memiliki kelebihan untuk berbagi kepada sesama, entah itu kerabat atau orang kurang mampu yang ada di lingkungan sekitar. Prinsip keseimbangan tersebut yang terus diupayakan Made Darmayani, karena ia meyakini rezeki adalah titipan yang harus selalu dibagi, dengan demikian kepercayaan Sang Pencipta kepadanya untuk diberikan kemudahan dalam rezeki materiil dan kerahayuan, astungkara senantiasa menyertai ia dan keluarga.
4 thoughts on “Kalau Mau Hasil Optimal Jangan Setengah – Setengah Dalam Berbisnis”