Praktik fisioterapi atau terapi fisik sudah dimulai sejak abad 2500 SM di China, berupa akupuntur dan berbagai teknik manual terapi. Hal ini menjadikan fisioterapi sebagai suatu sistem kedokteran paling tua. Pada era modern, fisioterapi mulai banyak dikembangkan yang pada mulanya bertujuan untuk meningkatkan mobilitas untuk menjaga kekuatan dan fungsi otot.
Hingga kini ilmu fisioterapi kemudian berkembang pesat di Indonesia dengan standarisasi layanan dan ilmu fisioterapi yang sejalan seiring dengan ilmu kedokteran modern.
Adalah seorang putra daerah kelahiran Denpasar, bernama I Ketut Darmayasa, S.Ft yang menengahkan paraktik fisioterapi miliknya untuk melayani kebutuhan kesehatan masyarakat di Bali. Terletak di pusat kota Denpasar, tepatnya di Jl. Raya Sesetan No.26, praktik fisioterapi I Ketut Darmayasa terus memberikan pelayanan optimal dan profesional bagi para pasiennya. Dilandasi dengan niat untuk membantu masyarakat, I Ketut Darmayasa jadikan pengalaman serta ilmu pendidikannya sebagai media untuk mengabdi.
Baca Juga : Tidak Hanya Berilmu Tapi Harus Jujur Melayani Krama Adat
Praktik fisioterapi I Ketut Darmayasa lebih memfokuskan untuk membagikan ilmu kepada para pasiennya agar dapat mandiri dan tidak selalu bergantung pada pengobatan yang berulang. Menurutnya hal ini di rasa penting, karena pada dasarnya fisioterapi merupakan ilmu yang menitikberatkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak tubuh yang terganggu.
Oleh karena itu, pemberian edukasi kepada pasien merupakan keharusan agar kedepannya para pasien dapat melatih proses metode terapi geraknya sendiri di rumah. Sejatinya, I Ketut Darmayasa hanya ingin melihat para pasiennya merasakan sehat dengan kesempurnaan gerak yang bisa dilakukan dengan terapi sendiri dengan mandiri, sesuai dengan moto prakteknya yang berbunyi “Kesempurnaan Menuju Kemandirian”.
Lebih jauh fisioterapi dapat melatih pasien dengan pola olahraga khusus yang materinya akan diberikan saat berkonsultasi. Meskipun begitu, ada juga yang harus menggunaan alat khusus untuk mengatasi beberapa masalah pada pasien yang tidak dapat diatasi dengan latihan – latihan fisioterapi.
Menurut I Ketut Darmayasa fisioterapi merupakan salah satu metode penyembuhan yang paling banyak digunakan dalam berbagai penanganan masalah saraf, otot dan sendi, atau juga rehabilitasi pasca operasi, dan yang lebih umum biasanya adalah gangguan struktur tulang belakang yang tidak benar yang mengakibatkan banyak efek, seperti sakit kepala dan lainnya.
Apalagi ketika harus beradaptasi pada ritme kerja di rumah terkait pandemi saat ini, tentu banyak masyarakat sekarang yang merasakan gangguan masalah sendi dan otot, karena mungkin ketika bekerja di rumah, lingkungan dan properti seperti kursi dan mejanya kurang layak untuk aktivitas harian yang memakan waktu lama, terlebih yang pekerjaannya hanya di depan komputer yang minim dengan aktivitas gerak. Biasanya hal pertama kali yang paling berasa adalah keluhan gangguan sendi dan tulang belakang, hal ini menurut I Ketut Darmayasa juga menjadi masalah yang cukup umum baru-baru ini, karena efek dari ‘Work From Home’ .
Sukses menyelesaikan studi pendidikan fisioterapinya dengan karir gemilang dan dapat berguna bagi banyak orang dengan membuka tempat praktiknya sendiri, siapa yang menyangka bahwa perjalanan sosok I Ketut Darmayasa penuh lika – liku dan perjuangan untuk sampai di tahap sekarang.
I Ketut Darmayasa adalah putra asli tanah Denpasar, ia terlahir dari keluarga yang jauh dari kata mewah. Orang tuanya merupakan seorang petani, perekonomian keluarganya yang kala itu sungguh susah akhirnya menuntutnya untuk turut mengambil peran dalam menggerakkan roda perekonomian keluarganya, agar dapat terus bersekolah dan mencukupi hajat hidup keluarganya.
Sedari masih duduk di bangku sekolah dasar, I Ketut Darmayasa tak sungkan untuk bekerja apa saja. Mulai dari membantu orang tuanya di sawah, menjadi pekerja serabutan, hingga menjadi buruh kasar bangunan.
Baca Juga : Berharap Bisa Meregenerasi ke Anak Cucu
Meskipun dihadapkan dengan kehidupan yang sungguh pelik, namun tidak pernah sekalipun dalam benaknya terlintas rasa untuk menyerah atau pun menyalahkan nasibnya. Apalagi ketika melihat kegigihan sosok ayah dan ibunda tercinta yang tanpa lelah menyokong biaya sekolahnya, meski harus terseok – seok dan merelakan hidup serba kekurangan.
Mungkin perjalanan kehidupan itulah yang membentuk karakter seorang I Ketut Darmayasa menjadi pribadi yang disiplin dan berkeinginan kuat untuk berdikari agar dapat mengubah garis takdir keluarganya.
Memang ketika seorang insan berkeinginan kuat untuk menggapai impiannya, maka bentuk kegigihan dan doa akan menjadi suatu bekal kuat untuk membuka semua pintu kemungkinan yang telah Tuhan siapkan bagi hambanya yang tak kenal putus asa. Hal itu terbukti dalam kehidupan yang I Ketut Darmayasa sekarang. Mungkin ceritanya akan menjadi berbeda jika saja ia memutuskan untuk menyerah dan berputus asa.
Bahkan berkali – kali terpaan badai cobaan itu menghantamnya, berkali-kali juga dirinya bangkit menepis keraguan di dalam dirinya untuk tetap berdiri dan menjalankan hidupnya. Bagi I Ketut Darmayasa cobaan itu adalah sebuah perjalanan untuk menempa mentalnya agar bisa terus berkembang, sampai akhirnya ia bisa memanfaatkan ilmu pendidikan yang dimilikinya untuk membantu sesama. Hingga saat ini praktik fisioterapi miliknya terus bergerak dinamis dan berinovasi untuk memberikan kenyamanan dan kesehatan para pasiennya.
3 thoughts on “Kesempurnaan Menuju Kemandirian”