“Rektor Universitas PGRI Mahadewa Indonesia” Belajar Dari Sebuah Seni Untuk Menjalani Hidup Multidisiplin

Setelah menamatkan pendidikan S1 nya, ia pun diangkat menjadi dosen dan dapat bekerja sebagai pegawai keuangan di institusi pendidikan tempatnya mengabdi. Hal itu dikarenakan memang sedari masih sebagai mahasiswa, I Made Suarta dikenal sangat aktif membantu segala aktivitas dan pengembangan kampus, sehingga nilai-nilai luhurnya itulah yang pada kenyataannya membukakan pintu kesempatan karir yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehnya.

Namun tak berhenti sampai disitu, rasa haus untuk terus belajar akhirnya mendorong I Made Suarta untuk lanjut menempuh pendidikan magister dan hasilnya adalah ia pun lulus menapaki pendidikan S2 nya di ‘Universitas Udayana’.

Dalam proses menjalani pendidikan magisternya, I Made Suarta yang memang gemar berorganisasi pun akhirnya memasuki dunia baru, yaitu tergabung dalam organisasi seni tari. Awalnya hal itu dilakukannya agar dapat memperdalam wawasannya tentang seni dan budaya, namun lambat laun ternyata kegiatan tersebut dapat menghatarkannya mencari pundi-pundi rupiah saat kerap kali diundang pada berbagai perhelatan seni dan budaya.

Aktivitas seni tari ini jugalah yang kemudian mendasari ide tesisnya, yang kemudian ia kembangkan menjadi gagasan untuk mengulik wacana sastra budaya yang terjadi pada suatu pertunjukan. Gagasan tersebut keesokan harinya langsung ia kemukakan dengan guru pembimbingnya. Alhasil dikarenakan I Made Suarta yang memang terjun langsung dalam aktivitas menyangkut tesisnya, gagasan tersebut pun disetujui.

Baca Juga : Memaknai Kesederhanaan Dari Sosok Bersahaja Direktur PT. Angkasa Jaya

Ide yang datang seperti air yang mengalir itu pun kemudian tertulis dalam kertas berisikan 300 halaman, tibalah saatnya I Made Suarta bersiap untuk berhadapan dengan dosen penguji. Tahap demi tahap pertanyaan pun berhasil ia selesaikan, dikarenakan ada beberapa pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan jawaban yang lugas, I Made Suarta pun akhirnya mencoba menafsirkannya dalam bentuk nyanyian dan pertunjukan.

Kerja keras disertai dengan pengembangan karya yang imajinatif itu kemudian membuahkan hasil yang sangat gemilang, profesor dan dosen penguji pun kemudian memberikannya nilai ‘A’ yang memuaskan. Dapat lulus S2 dengan karangan tesis yang memukau tentu sebuah pencapaian yang melebihi ekspektasi bagi I Made Suarta. Namun lagi-lagi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan nya pun datang dari dosen pengujinya yang menawarkan untuk melanjutkan kuliah S3 dengan beasiswa penuh tanpa seleksi.

Hal itu pun langsung ditanggapi positif oleh sosok I Made Suarta dan menariknya kembali untuk menempuh pendidikan akademisnya dalam mengambil gelar doktor. Hingga pada bulan Agustus 2010, Universitas PGRI Mahadewa Indonesia harus kehilangan sosok fundamental dalam tumbuh kembang kampus tempat I Made Suarta mengabdikan diri.

Wafatnya sosok rektor pendahulu ‘Bapak Redha Gunawan (alm)’ kemudian menjadi keadaan genting bagi institusi dikarenakan kehilangan sosok pimpinan. Integritas dan dedikasi I Made Suarta saat mengabdi di kampus Universitas PGRI Mahadewa pun kemudian menjadi energi esensial yang menuntunnya secara musyawarah untuk mengemban amanah dan tanggung jawab besar dalam menyambung tongkat estafet kepemimpinan yang sebelumnya diamanatkan oleh sosok bersahaja ‘Bapak Redha Gunawan’ yang sangat I Made Suarta hormati, sebagai guru dan juga suri tauladan dalam perjalanan hidupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *