Pasangan I Komang Sakrana Budi dan Ni Gusti Nyoman Sari patut berbangga memiliki seorang putra dengan semangat juang yang tinggi dalam pencarian passion-nya dalam karir, I Putu Laksana Saputra, nama putra mereka, sebelum akhirnya membuka bisnis yang sama, telah mencoba berbagai objek dagangan untuk dijual, hingga mencoba peluang karir di kapal pesiar, namun tak juga menemukan titik terang. Hingga akhirnya ia kembali ke pangkuan orangtua, melebarkan sayap usaha yang sama dan sukses berjalan hingga saat ini.
Sebagai orangtua yang memiliki anak di usia remaja, Gusti Nyoman Sari patut bersyukur karena kesibukannya mengurus rumah tangga bersama suami, tak terlalu direpotkan dengan tingkah Putu Laksana Saputra yang cukup dewasa di usianya yang bisa dikatakan masih dalam masa pencarian jati diri. Ia pun sebagai ibu, hal terbaik yang bisa ia lakukan adalah memberi dukungan penuh, selama apa yang dilakukan sang anak adalah positif. Kemungkinan kebebasan inilah, yang membuat Putu Laksana Saputra tumbuh memiliki tanggung jawab untuk setidaknya mulai memenuhi biaya kebutuhannya sendiri, tak lagi bergantung dengan bantuan finansial dari orangtua.
Baca Juga : Menjaga Kelanggengan Usaha dengan Mengedukasi Produk Smart Equipment dan Service Terbaik Kepada Customer

Sebelumnya Gusti Nyoman Sari dan suami telah mendirikan sebuah usaha sendiri, agar tidak perlu lagi bekerja dan bergantung dari segi ekonomi oleh sebuah instansi atau perusahaan swasta. Bersyukur, kerja cerdas tersebut telah dilakukan ia dan suami jauh sebelumnya, saat putranya masih bersekolah. Mereka pun mendirikan toko sepeda dan masih running sampai saat ini.
Didampingi usaha ini, keadaan ekonomi keluarga Gusti Nyoman Sari bisa berjalan lebih stabil dibandingkan sebelumnya, bahkan mampu membawa pendidikan Putu Laksana Saputra hingga ke jenjang sarjana, di Fakultas Ekonomi, Universitas Warmadewa. Tentu pencapaian ini membawa kepuasan tersendiri sebagai seorang ibu, bahkan putranya mencapai kelulusan hanya dalam waktu 3,5 tahun dengan prestasi cumlaude.

Di masa perkuliahannya, Putu Laksana Saputra sempat mencoba empat usaha yang berbeda, salah satunya ia pernah membuka warung lalapan, namun mengalami kegagalan. Hingga ia setelah lulus, ia mencoba melamar pekerjaan, namun tak satu pun yang menerimanya sebagai karyawan. Ia pun sempat terheran – heran, dengan nilai yang sedemikian terpujinya, ia tak mendapat kesempatan sama sekali untuk bekerja.
Putu Laksana Saputra tak mau berputus asa, kembali ia mencoba peluang lainnya yakni investasi emas berjangka, hasilnya lagi-lagi ia dirugikan. Akhirnya ia putuskan untuk sementara bekerja di toko milik orangtuanya, sembari terus mencari ide segar agar segera memperoleh pekerjaan. Ia pun mulai mengubah mindset-nya, dari yang terlalu berambisi memikirkan soal uang, ia belajar menjadi pribadi yang lebih ikhlas dan banyak bersyukur kepada Sang Pencipta.

Baca Juga : Dari Sopir Kini Sukses Jadi Pengusaha
Sempat melakukan kesalahan di toko, membuat Putu Laksana Saputra bersikeras untuk lebih baik bekerja di luar. Setelah mendapatkan informasi lebih lanjut, ia memutuskan mengikuti pelatihan untuk bisa berangkat ke kapal pesiar dan seiring dikeluarkannya surat keputusan untuk berangkat ke kapal pesiar pada April 2020, pandemi pun muncul di Indonesia, membuatnya lagi – lagi harus menghela nafas panjang, karena pembatalan keberangkatannya.
Sejak perjalanannya tertunda akibat pandemi, secara perlahan Putu Laksana Saputra mulai menguasai jiwa dagang yang didapat dari orangtua. sehingga semakin hari ia semakin mengenal dunia dagang yang memberikan sebuah tantangan tersendiri terjun ke lapangan secara langsung, dari berbekal disiplin ilmu yang ia punya. Ia pun dengan pendirian teguhnya memutuskan menghasilkan finansialnya sendiri tak bergantung dengan usaha orangtua, dengan membuka cabang dari toko orangtua, yang bernama “Toko Abadi Bikeshop & Toys” yang beralamat di Jalan Raya Celuk, Singapadu, Kec. Sukawati, Kabupaten Gianyar.

Sekilas Putu Lakana Saputra memang memiliki keras kepala bila menginginkan sesuatu, beruntung ia lahir dari orangtua yang tak kalah tangguhnya dalam memberikan segala nasehat terbaik. Bahkan tak hanya sekedar kata – kata yang terlontar dari mulut saja, tapi dialami secara nyata oleh ibu dan ayah. Beliau tak hanya sebagai sosok orangtua, tapi guru pembimbing mental dan spiritual yang selalu memberi dukungan positif kepadanya atas apapun yang menjadi keputusan penting dalam hidupnya. Khususnya dari Sang Ayah, yang hidup beliau telah berorientasi pada dunia spiritual, mengajarkannya untuk selalu ingat mengucapkan syukur, tak hanya lewat kata – kata saja, tapi juga melalui perbuatan dengan memberikan manfaat bagi sesama.